Liputan6.com, Pedernales - Korban tewas dalam gempa berkekuatan 7,8 SR yang mengguncang Ekuador pada Sabtu 16 April 2016 terus bertambah. Berdasarkan keterangan Pemerintah Ekuador, hingga saat ini sedikitnya 413 orang meninggal dunia.
Presiden Ekuador, Rafael Correa, mengatakan bahwa peristiwa tersebut merupakan bencana terbesar yang dialami Ekuador dalam 70 tahun terakhir.
Pada Senin, 19 April 2016, enam orang termasuk dua anak-anak diselamatkan dalam reruntuhan hotel di kota pesisir Manta. Di tempat lain, diadakan pemakaman untuk beberapa korban tewas yang diadakan di dua kota yang mengalami kerusakan parah, Potoviejo dan Pedernales.
Advertisement
"Saya takut bahwa korban tewas akan terus ditemukan ketika puing-puing dibersihkan," ujar Correa dalam pidatonya di salah satu stasiun televisi.
Baca Juga
"Ada tanda-tanda kehidupan di bawah reruntuhan, dan hal itu yang akan diprioritaskan," tambahnya.
Menurut The US Geological Survey (USGS), guncangan terjadi pada kedalaman 18,2 kilometer yang berjarak 27 kilometer dari kota Muisne yang jarang penduduk.
Seperti yang dikutip dari BBC, Selasa (19/4/2016), gempa susulan juga terjadi pada Senin kemarin di Ekuador barat dengan guncangan terbesar mencapai 5,1 SR.
Di kota dekat pusat gempa, Pedernales, sebanyak 400 orang dikhawatirkan tewas. Walikota Gabriel Alvicar mengatakan bahwa seluruh kota rata dengan tanah.
"Pedernales hancur. Bangunan telah runtuh, terutama hotel di mana banyak turis menginap. Di sana banyak ditemukan jasad," ujar Alvicar kepada media setempat.
"Kami sedang berusaha untuk melakukan upaya sebaik mungkin, tapi hampir tak ada yang bisa kita lakukan," tambahnya.
Di Portoviejo, kota yang terletak 15 kilometer dari pantai dengan 300 ribu penduduk, petugas penyelamat bergegas mencari korban di antara puing-puing bangunan karena warga melaporkan bau busuk berada di bawah reruntuhan.
Sejumlah penjarahan juga dilaporkan terjadi di kota tersebut. "Aku harus mengambil kesempatan dalam tragedi mengerikan ini," ujar seorang pria, Jorge Esquivel, kepada Reuters.
"Aku membutuhkan uang untuk membeli makanan. Tak ada air, penerangan, dan rumahku hancur," tambahnya.
Di bagian lain di kota Portoviejo, gempa yang meruntuhkan penjara menjadi kesempatan 100 narapidana melarikan diri. Seperti yang dilaporkan oleh Menteri Hukum, Ledy Zuniga, beberapa dari tahanan sempat ditangkap, namun yang lainnya masih menjadi buronan.
Sementara itu, Presiden Ekuador juga memperingatkan bahwa lindu akan menelan biaya hingga miliaran dolar.
Menanggapi hal tersebut Sekjen Organization of American States, Luis Almagro, mengatakan beberapa dana darurat yang jarang digunakan akan dibuka dan diberikan kepada Ekuador untuk membantu pembangunan kembali.
Menteri Keuangan Ekuador pada hari Senin juga mengumumkan bahwa negaranya akan menerima US$2 miliar atau setara dengan Rp 26,3 triliun dari China Development Bank, namun belum pasti apakah uang tersebut digunakan langsung untuk membangun kembali setelah gempa.