14-5-2013: Akhir Tragis Piramida Milik Suku 'Peramal Kiamat'

Sebuah piramida Suku Maya yang telah berdiri selama 2.300 tahun dihancurkan. Puingnya digunakan untuk membuat jalan. Tragis!

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 14 Mei 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2016, 06:00 WIB
Piramida di Belize dihancurkan untuk pembangunan jalan
Piramida di Belize dihancurkan untuk pembangunan jalan ( Jules Vasquez/7 News Belize)

Liputan6.com, Jakarta - Kabar dari Belize yang tersebar pada 14 Mei 2013 membuat warga dunia terhenyak: sebuah piramida Suku Maya yang telah berdiri selama 2.300 tahun di situs Noh Mul dihancurkan dengan menggunakan buldoser.

Tragisnya, puing-puing bangunan tersebut dihajar habis-habisan, dijadikan kerikil, untuk menambah material pembangunan jalan.


"Ini adalah hal terburuk yang pernah saya saksikan selama 25 tahun karir sebagai arkeolog di Belize," kata John Morris dari Institut Arkeologi Belize, seperti dikutip dari CNN, Jumat (13/5/2016).

Sementara itu, Kepala Institut Arkeologi Belize, Jaime Awe mengatakan, penghancuran kompleks Nohmul di utara Belize terdeteksi satu pekan kemudian.

Ribuan tahun lalu, piramida yang menjadi tempat pemujaan itu adalah situs paling penting di wilayah yang berbatasan dengan Meksiko tersebut.

Situs Noh Mul berada di tengah ladang tebu milik swasta. Memang bentuknya tak megah seperti piramida yang telah direkonstruksi.


Piramida Suku Maya di Belize hancur dibuldoser

Namun, Awe mengatakan para pembangun jalan itu tak mungkin tak tahu. Tak masuk akal mereka tak bisa membedakan gundukan tanah dengan bangunan piramida setinggi 100 kaki atau 30 meter itu.

"Mereka pastinya tahu itu adalah situs kuno. Tapi mereka abai," kata Awe. Perusahaan pembangun jalan, D-Mar Construction, dimiliki politisi UDP, Denny Grijalva.

Foto dari lokasi menunjukkan, backhoe mencakar bangunan piramida dari sisi samping, menyisakan inti bangunan yang terbuat dari batu kapur, berupa seperti kamar sempit.

"Bayangkan saja, Suku Maya pada masa lalu membangunnya hanya dengan alat-alat dari batu, memahatnya, dan mengangkat material penyusun bangunan di atas kepala, mendaki bukit kecil, dan kini mereka menggunakan alat-alat modern untuk menghancurkannya dalam sekejap," kata Awe.

Bangunan piramida yang nyaris hancur itu, menurut Awe, adalah sebuah 'monumen kebodohan'.

Ini bukan kalinya hal serupa terjadi di Belize, sebuah negara di Amerika Tengah berpenduduk sekitar 350 ribu, ditutupi hutan, di mana ratusan reruntuhan Maya tersebar di sana.

Norman Hammond, profesor emeritus bidang arkeologi dari Boston University, yang pernah melakukan penelitian di Belize tahun 1980-an mengatakan, "Menghancurkan peninggalan Maya untuk membangun jalan adalah problem endemik di Belize."

Sejumlah piramida Suku Maya terdapat di Belize

 

Belize bukan satu-satunya lokasi di mana karya Suku Maya sedang dihancurkan. Tapi juga di Meksiko, Guatelama, Honduras.

"Bukan berlebihan saat saya mengatakan, peninggalan Maya sedang dihancurkan demi pembangunan di salah negara di mana Suku Maya pernah tinggal di masa lalu," tulis Francisco Estrada-Belli, seorang profesor di Tulane University.

"Sayangnya, banyak yang tidak menganggapnya serius," tambahnya. "Satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah dengan menunjukkan bahwa itu adalah kejahatan besar dan mereka yang melakukannya bisa dikirim ke penjara."

Perlakuan terhadap peninggalan Maya tak sebanding dengan kehebohan terkait suku tersebut akhir 2012 lalu.

Saat itu isu kiamat merebak, membuat panik banyak orang di dunia, atau paling tidak penasaran dengan kabar 'kiamat Maya' pada 21 Desember 2012, tepat berakhirnya kalender hitung panjang (Long Count).

Namun, senada dengan para ilmuwan, para ahli Maya menegaskan, alih-alih sebuah peringatan kiamat, hari itu diyakini sebagai awal dari era yang baru. Apa yang mereka ungkap benar adanya. Dunia belum kiamat.

Selain akhir tragis piramida Suku Maya di Belize, tanggal 14 Mei juga menjadi momentum sejumlah peristiwa.

Pada 14 Mei 1791, sebuah kapsul waktu (time capsule) diletakkan di Mexico City Metropolitan Cathedral. Isinya baru terkuak setelah peti kaleng tersebut ditemukan pada Oktober 2008, 217 tahun kemudian.

Kemudian pada 1643,  Louis XIV menjadi Raja Prancis pada usia 4 tahun, menyusul wafatnya sang ayah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya