Liputan6.com, Yangon - Sekelompok orang menghancurkan dan membakar sebuah masjid di utara Myanmar. Ini adalah kali kedua serangan serupa dalam seminggu.
Polisi dilaporkan tengah menjaga desa Hpakant di negara bagian Kachin, setelah gagal mencegah warga desa dengan mayoritas Budha membakar sebuah masjid.
Minggu lalu, sekelompok pria merusak masjid di tengah Myanmar karena permasalahan konstruksi. Demikian dilansir dari BBC, Minggu (3/7/2016).
Advertisement
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah mewanti-wanti pemerintah yang dipimpin peraih Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi untuk segera menghentikan kekerasan beragama.
Serangan paling anyar terjadi pada Jumat lalu, ketika warga desa menyerang rumah ibadah itu dan membakarnya.
Laporan mengatakan, kelompok tersebut menyerang polisi dan mencegah pemadam kebakaran untuk memadamkan api.
"Masalahnya diawali karena masjid itu dibangun di dekat pagoda, dan mereka menolak untuk menghancurkan rumah ibadah itu," kata Moe Lwin seorang polisi lokal.
Ia mengatakan, kini situasi sudah tenang dan tak ada satupun yang ditangkap.
Insiden serupa terjadi di negara bagian Bago, komunitas muslim di wilayah itu terpaksa mengungsi ke kota terdekat setelah masjid dibakar dan seorang pria dipukuli.
Kini polisi tengah dikirim untuk melindungi desa itu.
Ada peningkatan kekerasan etnis dan agama di Myanmar semenjak 2012, ketika serangkaian kekerasan terjadi antara Budha dan Muslim. Puncaknya, etnis Rohingya yang mayoritas muslim terpaksa hengkang menjadi manusia perahu ke negara tetangga akibat insiden itu.
Utusan khusus untuk Myanmar di PBB, Yanghee Lee mengatakan, ia sangat khawatir dengan adanya laporan kekerasan yang semakin meningkat. Apalagi ditambah dengan tak ada tindakan pemerintah untuk menyelidiki kasus dibakarnya masjid di negeri yang baru saja bebas dari junta militer itu.
"Ini jelas sinyal yang salah yang saya terima. Pemerintah harus melakukan investigasi dan komitmen untuk mencegah kekerasan etnik dan agama," ujar Lee di akhir kunjungan 12 hari di Myanmar.