Delegasi Anti-Trump Gagal di Konvensi Partai Republik

Dilaporkan 3 negara bagian penolak Donald Trump mundur. Hal itu membuat kandas untuk voting meminta Trump dikocok ulang.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 19 Jul 2016, 09:43 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2016, 09:43 WIB
Delegasi Anti-Trump Gagal di Konvensi Partai Republik
Delegasi Anti-Trump Gagal di Konvensi Partai Republik (Reuters)

Liputan6.com, Cleaveland - Delegasi anti-Trump gagal di usaha terakhir mereka untuk menghentikan laju nominasi Donald Trump di Konvensi Partai Republik atau RNC.

Sebuah suara yang memungkinkan delegasi untuk mencalonkan pilihan mereka --selain Donald Trump-- batal ketika perwakilan dari 3 negara bagian dilaporkan mundur.

Delegasi dari Colorado terlihat walk out dari gedung konvensi dan mantan jaksa agung Virgina, Ken Cuccinelli terlihat marah melempar papan namanya, demikian Liputan6.com lansir dari Bloomberg, Selasa (19/7/2016).

Mantan senator Gordon Humprey mengatakan telah mendapatkan tanda tangan dari 9 delegasi untuk petisi memaksa pemilihan roll-call (menarik nominasi tunggal dan mengajukan nama kandidat lain). Namun, menurut Humprey -- yang mewakili delegasi New Hampshire mengatakan, ia tak yakin staf RNC (Republic National Convention) memiliki nyali dan independensi untuk menekan organisasi Trump agar petisi mereka diperhatikan.

"Mereka bertindak seperti fasis," kata Humprey merujuk kepada panitia RNC.

Delegasi Anti-Trump Gagal di Konvensi Partai Republik (Reuters)

Beberapa mengatakan RNC disabotase. Senator Mike Lea dari Utah juga kaget dengan keputusan panitia yang menolak menerima petisi.

"Jika Republik ingin kita bersatu, perlakukan seluruh delegasi dengan hormat," ujarnya kepada CNN.

Tekanan voting itu adalah nafas terakhir bagi mereka yang berharap untuk melihat kandidat lain dari  Partai Republik, untuk mendapatkan nominasi jadi orang nomor 1 AS.

Namun, pemimpin konvensi mengatakan anti-Trump tak punya cukup tanda tangan untuk melakukan roll-call. Dan dengan begitu, harapan bagi kubu penolak Trump pun kandas.

Duri Dalam Daging

Nominasi Donald Trump itu sendiri telah menjadi duri dalam daging Partai Republik.

Perpecahan antara pendukung Trump dan mereka yang anti sudah mulai terlihat dari Senin 18 Juli 2016 pagi. Dilansir dari BBC, kedua kubu beserta para pengunjuk rasa di luar gedung Quicken Loans Arena saling beradu pendapat.

Adapun dua mantan presiden, George HW Bush dan George W Bush, menolak untuk mendukung Donald Trump.

Delegasi Anti-Trump Gagal di Konvensi Partai Republik (Reuters)

Pengusaha tajir itu pernah mengkritik tajam atas kebijakan Bush junior terhadap Irak dan serangan 9/11. Tak hanya itu, ia juga secara konstan menghina Gubernur Florida Jeb Bush selama ia kampanye menjadi kandidat capres.

Tangan kanan Trump, Paul Manafor, juga menyerang gubernur tuan rumah penyelenggara konvensi, John Kasich untuk 'tak mau campur tangan'. Keengganannya menolak membekukan undang-undang senjata api di Ohio dianggap memalukan oleh kelompok Trump.

Mantan nominasi lainnya, Mitt Romney juga menolak untuk hadir di konvensi. Ia adalah orang yang menentang keras kebijakan Trump terhadap imigrasi.

Di antara para pembicara yang hadir adalah istri Trump, Melania dan senator Iowa Joni Erns. Mereka berbicara dengan tema 'Make America Safe Again.'

Tensi Tinggi

Konvensi partai berlambang gajah itu dimulai dengan tensi yang tinggi. Sehari sebelumnya seorang pria membunuh 3 polisi di Baton Rouge, Louisiana. Itu yang membuat Donald Trump mengatakan negara Amerika Serikat tengah menuju kehancuran dan dalang di balik semua itu adalah kegagalan Obama jadi presiden.

Polisi dan otoritas telah melarang warga, pengunjuk rasa dan orang-orang lalu lalang untuk tidak membawa senjata api di dekat Quicken Loans Arena dan di area zona aman.

Namun, larangan itu diacuhkan. Banyak warga Ohio -- yang terkenal dengan UU paling longgar terhadap senjata api -- membawa senjata laras panjang dan pistol.

Diperkirakan akan ada 5.000 orang ke Cleveland menghadiri acara konvensi yang berlangsung selama 4 hari. Mereka berencana berdemo menggagalkan dan mendukung Donald Trump.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya