Liputan6.com, Philadelphia - Panggung Konvensi Nasional Partai Demokrat Amerika Serikat (AS) bertabur "bintang". Sejumlah tokoh terkemuka hadir serta menyuarakan dukungan mereka terhadap Hillary Clinton, perempuan pertama yang menjadi calon Presiden AS.
Salah satu "bintang" yang menghiasi panggung adalah Madeleine Korbel Albright, Menteri Luar Negeri AS di era Presiden Bill Clinton. Albright menegaskan, capres asal Partai Republik, Donald Trump, telah menodai posisi AS di mata dunia.
Baca Juga
"Banyak yang berpendapat bahwa Donald Trump akan membahayakan keamanan nasional jika ia terpilih sebagai presiden. Faktanya, dengan mencalonkan diri sebagai presiden saja ia sudah merugikan," ujar Albright yang masih tampil memukau di usianya ke-79 tahun seperti dilansir Daily Mail, Rabu (27/7/2016).
Advertisement
Albright yang tampil mengenakan bros khasnya, yakni bros elang Amerika bertatahkan permata, membuka pidatonya dengan sejumlah pujian terhadap Hillary yang telah dikenalnya selama 25 tahun. Di sisi lain ia merinci bagaimana Trump bisa menjadi sebuah ancaman.
Ia bercerita tentang perjalanannya bersama Hillary ke Beijing, Tiongkok, di mana mantan Ibu Negara AS itu memberikan pidato bersejarahnya tentang hak-hak perempuan.
"Kami pergi ke Praha, di mana saya menunjukkannya kota kelahiran saya dan membuatkannya kubis Cekoslovakia. Dia tidak menyukainya," cerita Albright.
Albright juga menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki Hillary akan membuatnya menjadi seorang pemimpin yang baik.
"Kami bertemu dengan Vaclav Havel--mantan Presiden Cekoslovakia- yang sama sepertinya (Hillary), mewujudkan begitu banyak mimpi tentang kebebasan. Saya dan Hillary kuliah di kampus yang sama, Wellesley College, jadi saya tahu dari mana ia mendapatkan kebiasaan belajarnya. Kami berdua sama-sama seorang ibu dan nenek, jadi saya tahu dari mana ia mendapatkan keterampilan manajemennya," tutur perempuan paruh baya yang masih tampil prima itu.
Menurut mantan diplomat senior AS itu, Hillary tahu persis makna ketika menginjakkan kaki di Air Force One yang memiliki simbol AS di samping pintu masuknya.
"Dia tahu bahwa menjaga kebebasan dan keamanan tidak seperti memandu acara TV. Itu sangat kompleks. Pekerjaan siang dan malam yang menuntut bukan hanya tangan dan kepala yang dingin, namun juga hati yang luas," ia menjelaskan.
"Anda tidak hanya mewakili diri sendiri, namun Anda berdiri di sana untuk mewakili kami semua," kata Albright.
Pada kesempatan yang sama, ia juga menjelaskan bahwa Trump telah merusak perjuangan melawan ISIS dengan mengucilkan umat Islam di seluruh dunia melalui kebijakan melarang warga Muslim masuk ke AS.
"Donald Trump memiliki kekaguman yang aneh terhadap sejumlah diktator, seperti Saddam Husein, Kim Jong-un, dan Vladimir Putin," tutur perempuan yang pernah menjadi Dubes AS untuk PBB itu.
"Kemenangan Trump pada November mendatang akan menjadi kado bagi Vladimir Putin dan pelajaran baru-baru ini, Putin bersemangat memenangkan Trump. Dan itu harus dikhawatirkan oleh rakyat AS," jelas Albright.
Pernyataan Albright ini mengacu pada skandal e-mail petinggi Demokrat yang dibocorkan WikiLeaks belum lama ini. Beberapa menuding Rusia dalang di balik peristiwa yang disebut menguntungkan pihak Trump tersebut.
Albright yang menjabat sejak 23 Januari 1997 hingga 20 Januari 2001 merupakan perempuan pertama yang mengisi pos kementerian itu dan ia juga tercatat sebagai wanita pertama dengan pangkat tertinggi dalam sejarah pemerintahan di Negeri Paman Sam.
"Kita harus memastikan bencana tidak terjadi, karena itu kita harus memilih Hillary Clinton sebagai presiden berikutnya," katanya.