Brexit Ciptakan Gelombang 'Pencari Suaka' ke Selandia Baru

Sejumlah media Selandia Baru sudah memperingatkan adanya 'British Invasion' setelah kubu pro-Brexit menang.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 22 Agu 2016, 20:30 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2016, 20:30 WIB
Selandia Baru tawarkan keindahan alam dan petualangan
Selandia Baru tawarkan keindahan alam dan petualangan (Liputan6/Adanti Pradipta)

Liputan6.com, Auckland - Semenjak kubu pro-Brexit (mereka yang setuju Inggris keluar Uni Eropa) menang, laman pemerintah Selandia Baru mencatat rekor tinggi permintaan emigrasi WN Inggris ke Negeri Kiwi itu.

Sejumlah media Selandia Baru sudah memperingatkan adanya 'British Invasion' setelah pemerintah mengeluarkan data terbaru permintaan 'suaka' WN Inggris.

Laman imigrasi Selandia Baru menerima setidaknya 3.000 pendaftaran tiap bulannya dari pemegang paspor Inggris untuk pindah, kerja, atau investasi di negara itu.

Dilansir dari The Guardian, Senin (22/8/2016), bahkan laman itu mencatat pada suatu hari lamaran mencapai 998 dari warga Inggris. Di hari itu, tahun lalu, hanya 109 orang yang mendatar. Mereka yang sudah mendaftar, akan mendapat kabar terbaru serta detail informasi tentang kepindahan mereka ke Selandia Baru.

Di hari ke-49 setelah referendum Brexit berakhir, lebih dari 10.000 warga negara Inggris mengajukan permintaan pindah. Angka yang fantastis jika dibanding tahun lalu yang hanya 4,599 di periode yang sama.

Profesor John Morgan, pendatang dari Inggris sekaligus pengajar di University of Auckland, mengatakan gelombang permintaan masuk ke Selandia Baru mengingatkannya pada 'pencari suaka' dari Inggris tahun 1980-an yang kabur dari pemerintahan Thatcher.

"Selandia Baru menjadi daya tarik sendiri bagi warga Inggris karena ia memiliki kesamaan kebudayaan dan lokasi," kata Morgan.

"Ada ide menular bahwa Selandia Baru itu mirip dengan Inggris di tahun 1950-an, daerah yang tepat untuk melarikan diri, tempat di mana kembali ke masa lalu. Itu tak sepenuhnya benar, tapi memang warga Kiwi jelas menghindari kehidupan modern, budaya konsumerisme. Ada macet, tapi hanya satu jam," bebernya.

Neal Curtis, pengajar studi media di University of Auckland --dan juga seorang pendatang-, mengatakan ia beremigrasi ke Selandia Baru untuk menghindar sayap kanan Inggris. Tapi imajinasi akan negara barunya itu jauh dari kenyataan.

"Selandia Baru masih memiliki warisan pos kolonial namun di sisi lain, liberal, dan oasis progresif sosial," kata Curtis.

"Hal ini dapat cukup mengejutkan ketika Anda tiba untuk menemukan versi lebih luas dari Inggris," lanjutnya.

Menurut Imigrasi Selandia Baru, hingga bulan Juni 2016, ada 4934 warga Inggris yang diberikan visa residen, 22.633 warga Inggris yang diberikan visa kerja dan 1.176 warga Inggris diberikan visa pelajar.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya