Liputan6.com, Hanoi - Pengakuan mengejutkan meluncur dari bibir seorang perempuan Vietnam. Ia mengaku, demi klaim asuransi, ia merelakan satu kaki dan bagian tangannya.
Pada Mei 2016 lalu, perempuan dengan nama alias Ly Thi N diduga berpura-pura menjadi korban tertabrak kereta. Demikianb dikabarkan People's Police Newspaper of Vietnam, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Kamis (25/8/2016).
Belakangan, ia mengaku membayar seorang temannya, yang berinisial Doan Van D, senilai US$ 2.200 atau Rp 29 juta untuk memisahkan anggota tubuhnya.
Tujuannya adalah untuk mengklaim US$ 150 ribu atau hampir Rp 2 miliar dari perusahaan asuransi yang diikutinya.
Doan Van D juga berperan sebagai saksi mata yang memanggil ambulans setelah 'menemukan' seorang perempuan tergeletak bersimbah darah di rel kereta di Hanoi.
Foto yang dipublikasikan di koran resmi Kepolisian Vietnam menunjukkan foto pelaku tiga bulan kemudian, lukanya mulai pulih.
Sementara, seperti dilaporkan media lokal, perempuan itu diduga sedang menghadapi masalah dengan bisnisnya.
Kasus yang tak biasa ini memicu perdebatan panas di sosial media di Vietnam. "Kasus penipuan asuransi yang khas. Sebuah lelucon yang hanya terjadi di Vietnam," kata pengguna Facebook, Ly Phan.
"Dia kehilangan 50 juta, 1 tangan, dan satu kaki, belum lagi menghadapi ancaman masuk penjara. Rugi besar," tambah dia.
Uang sebanyak 50 juta dong Vietnam itu dikeluarkan untuk membayar rekan pelaku.
Sejumlah netizen mengecam langkah penuh bahaya yang dilakukan perempuan itu. Lainnya bertanya-tanya, betapa putus asanya pelaku, hingga nekat melakukan tindakan yang mengancam dirinya sendiri.
"Ia mungkin nyaris bangkrut atau sangat membutuhkan uang hingga melakukan tindakan seperti itu. Namun, bukan perkara gampang menipu perusahaan asuransi," kata Thanh Phuong Quynh Le.
Sementara, netizen bernama Hoa Nguyen mengaku bersimpati dengan pelaku. "Ia pasti sangat terdesak," kata dia.
Menurut laporan media Tuoi Tre polisi sedang melakukan penyelidikan kriminal terhadap kedua tersangka.
Secara terpisah, Le Van Luan, dari organisasi paralegal Hanoi Bar Association mengatakan, akan sulit untuk menemukan pasal dalam hukum pidana Vietnam yang tepat untuk dikenakan pada pasangan itu.
"Kami membutuhkan aturan baru untuk jenis penipuan seperti ini," katanya. "Tindakan pelaku menyakiti diri sendiri sungguh mengerikan dan sangat langka."