'Rusuh' Antre di ATM Akibat Krisis Uang Kertas di India

PM Modi mengumumkan kebijakan penarikan uang kertas pecahan 500 rupee dan 1.000 pada Rabu lalu. Hal ini menimbulkan kegaduhan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 11 Nov 2016, 20:27 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2016, 20:27 WIB

Liputan6.com, New Delhi - Kebijakan Perdana Menteri India, Narendra Modi untuk menarik peredaran uang kertas pecahan 500 rupee dan 1.000 rupee dalam waktu semalam telah menimbulkan 'kegaduhan' di dalam negeri. Sejumlah anjungan tunai mandiri (ATM) dan bank besar di Delhi dan Mumbai dilaporkan tutup atau jika buka mereka tak memiliki persediaan uang kertas.

Seperti dilansir BBC, Jumat (11/11/2016), di sejumlah ATM yang buka, antrian mencapai ratusan orang. Mereka ingin menukar pecahan 500 rupee dan 1.000 rupee yang tak lagi berlaku.

Kebijakan PM Modi yang mengejutkan ini merupakan upaya untuk mencegah korupsi dan penggelapan pajak. Namun langkah tersebut dinilai tidak efektif mengingat kebanyakan warga India yang berpendapatan rendah sangat mengandalkan uang tunai.

PM Modi mengumumkan penarikan pecahan 500 dan 1.000 rupee pada Selasa malam waktu setempat. Dan keesokan harinya bank dilaporkan tutup.

Segera setelah dibuka pada Kamis waktu setempat, ribuan warga India berbondong-bondong mendatangi bank mengingat dua pecahan yang ditarik tersebut menyumbang 85 persen dari uang tunai yang beredar di pasaran. Menanggapi situasi ini pihak bank mengumumkan akan menambah jam operasi mereka dan mempekerjakan staf tambahan.

Beberapa pejabat bank bahkan menyampaikan mereka memiliki persediaan uang ekstra.

500 rupee dan 1.000 rupee merupakan uang kertas dengan denominasi tertinggi di India. Bandara, stasiun kereta, rumah sakit dan stasiun bahan bakar hanya menerima kedua pecahan ini dalam transaksi pembayaran mereka.

Seorang warga dapat mendepositkan berapa pun uang mereka di bank, namun ada pembatasan saat penarikan sehingga sistem perbankan memungkinkan terjadinya 'banjir' uang kertas.

Aturan pemerintah India menyebutkan seseorang dapat menukar uangnya hingga 4.000 rupee per hari hingga 24 November. Dan jika jumlahnya lebih maka akan dikenai undang-undang pajak. Selain itu, setiap orang juga dapat menarik hingga 10.000 rupee per hari dan maksimum 20.000 rupee per minggu.

Waktu penukaran uang dimulai pada 10 November dan akan berakhir pada 30 Desember.

Pemerintah akan mengeluarkan pecahan 500 rupee dan 2.000 rupee dengan fitur keamanan baru sebagai ganti penarikan dua pecahan tersebut dari peredaran.

"Pecahan 1.000 rupee dengan dimensi dan desain baru juga akan segera diperkenalkan pada waktunya," ujar seorang pejabat senior pemerintah.

Sementara itu, turis mancanegara dapat membeli valuta asing setara 5.000 rupee dengan menggunakan catatan bank di konter money changer di bandara hingga Jumat tengah malam waktu setempat.

Di wilayah selatan India, seorang warga bernama, Kandukuri Vinoda dilaporkan bunuh diri karena khawatir akan jatuh miskin akibat kebijakan baru ini.

Vinoda dikabarkan memiliki setumpuk uang kerta 500 rupee dan 1.000 rupee di rumahnya. Ia sangat panik dengan kebijakan pemerintah tersebut.

Pada bulan lalu, Vinoda diketahui baru saja menjual sebidang tanah dengan harga 5,5 juta rupee. Dari hasil penjualan tanah itulah ia mendapat setumpuk uang tunai.

Sebagian besar warga India yang tinggal di pedesaan memang masih terbiasa menyimpan uang tunai dalam jumlah besar di rumah mereka.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya