Demo Anti-Trump Merebak di AS, Ini Peringatan Turki ke Warganya

Kementerian Luar Negeri Turki telah menerbitkan peringatan menyusul meluasnya demonstrasi anti-Trump di AS.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 14 Nov 2016, 07:00 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2016, 07:00 WIB

Liputan6.com, Ankara - Pemerintah Turki mengeluarkan travel advisory atau peringatan bagi warganya yang berada di Amerika Serikat (AS) mau pun bagi yang hendak bepergian ke Negeri Paman Sam untuk "berhati-hati menyusul terjadinya aksi protes" pasca-pilpres AS yang menjadikan Donald Trump sebagai presiden terpilih.

Peringatan tersebut tidak spesifik menyinggung Trump, melainkan merujuk pada kerusuhan yang dimulai setelah pilpres AS.

"Ketika pengunjuk rasa ditahan pihak kepolisian, kadang-kadang aksi protes dapat berujung pada kekerasan dan tindak kriminal," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki seperti dikutip dari CNN, Senin (14/11/2016).

Dalam pernyataannya, Kemlu Turki juga mengatakan bahwa rasialisme dan xenophobia atau kecurigaan berlebih pada orang asing, telah meningkat di AS.

"Mempertimbangkan risiko, kami menyarankan warga Turki yang tinggal dan bepergian ke AS untuk memperbarui informasi melalui media lokal, untuk mengikuti arahan Kedubes Turki di Washington dan pasukan keamanan AS, untuk menjauh dari aksi protes, meningkatkan keamanan dan melapor kepada otoritas terkait jika terjadi serangan," imbau Kemlu Turki.

Setelah pilpres, sejumlah kota di AS seperti New York, Chicago, Philadelphia, Miami, Los Angeles, Seattle, Oakland dan Portland dilanda unjuk rasa. Demonstrasi yang awalnya damai berubah menjadi ricuh setelah diwarna penangkapan dan tindak kekerasan.

Sementara itu, sosok yang diprotes, Trump sempat mengatakan bahwa para pendemo adalah orang-orang yang terhasut oleh media. Namun belakangan ia meralat ucapannya. Menurutnya, mereka adalah 'kelompok kecil' yang memiliki semangat untuk AS.

Sebelumnya, AS lebih dulu telah merilis travel warning bagi warganya yang ingin bepergian ke Turki mengingat meningkatnya ancaman dari kelompok teroris.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya