Liputan6.com, Roma - Matteo Renzi, Perdana Menteri Italia yang baru saja mengumumkan pengunduran diri menyatakan setuju untuk tetap berkuasa setidaknya sampai Senat mengesahkan anggaran 2017 dalam beberapa hari mendatang. Demikian disampaikan Presiden Italia, Sergio Mattarella.
PM Renzi menyatakan mundur setelah ia kalah dalam referendum yang menuntut reformasi konstitusi di negara itu. Namun Presiden Mattarella mendesak pengunduran dirinya ditunda.
Baca Juga
Kelak Mattarella harus membuat keputusan di antara dua pilihan, yakni memilih perdana menteri baru atau menyelenggarakan pemilu lebih awal. Demikian seperti dikutip dari BBC, Selasa, (6/12/2016).
Advertisement
Para pemimpin Eropa telah waspada dengan dampak dari krisis stabilitas politik dalam negeri Italia.
Mundurnya Renzi tak hanya mengejutkan publik namun juga memicu kekhawatiran terkait ketidakstabilan jangka panjang bagi sektor perbankan. Saham sejumlah bank di Italia dilaporkan anjlok menyusul kabar kekalahan Renzi.
Kemenangan kubu 'No' dalam referendum konstitusi secara luas dilihat sebagai penolakan terhadap kemapanan politik di Italia.
Apa yang terjadi selanjutnya?
PM Renzi disebut akan menggelar rapat kabinet singkat pada Senin malam waktu setempat sebelum akhirnya ia menuju ke istana presiden untuk menyerahkan pengunduran dirinya secara formal.
Namun seiring dengan permintaan Presiden Matarella meminta Renzi menundanya dan tetap berkuasa hingga RUU anggara disahkan Senat dalam hitungan hari ke depan. Matarella ingin menghindari "risiko anggaran sementara".
Penundaan pengunduran diri Renzi disebut juga akan meyakinkan pasar bahwa hasil referendum tidak menyebabkan disfungsi pemerintahan.
Meski sejumlah partai oposisi yang berasal dari kelompok anti-kemapanan telah menyerukan penyelenggaran pemilu lebih awal.
Opsi lain Presiden Matarella adalah menunjuk perdana menteri baru dari Partai Demokrat, partai asal Renzi. Kelak PM tersebut akan berkuasa hingga pemilu digelar pada musim semi 2018.
Pier Carlo Padoan yang menjabat sebagai menteri keuangan adalah calon favorit untuk menggantikan posisi Renzi sebagai PM.
Mengapa PM Renzi Kalah
Kubu "No" berhasil memenangkan 60 persen suara, sementara "Yes" meraih sisanya, 40 persen. Dengan jumlah pemilik suara mendekati 70 persen maka kekalahan tersebut di luar dugaan pemerintah.
Renzi dinilai mempertaruhkan masa depan politiknya di tengah upayanya untuk mengubah sistem politik praktis Italia. Ia ingin memperkuat pemerintah pusat dan melemahkan Senat, Majelis Tinggi Parlemen.
Lawan-lawannya, termasuk mereka yang datang dari partainya sendiri menegaskan bahwa reformasi hanya akan memberikan PM terlalu banyak kekuasaan. Pemilih pun setuju.
Kemenangan gemilang bagi kubu "No" merupakan keuntungan bagi partai-partai populis untuk menolak kemapanan politik.
Oposisi, yang dipimpin oleh Gerakan Five Star memanfaatkan menurunnya popularitas Renzi. Tak hanya itu stagnasi ekonomi dan persoalan migran yang tiba dari Afrika juga mendatangkan keuntungan bagi mereka.
Pemimpin gerakan Five Star, Beppe Grillo pun menyerukan agar pemilu dilaksanakan dalam waktu seminggu.
Renzi sendiri tak berdiam diri. Pasca pemungutan suara, ia mengklaim prestasinya dengan mengatakan ekspor dan lapangan kerja meningkat sementara pengangguran turun 11,7 persen.
Reaksi Eropa
Hasil referendum Italia merupakan tamparan bagi Uni Eropa. Meski tak ada tuntutan negara itu untuk mengikuti jejak Inggris, hengkang dari Uni Eropa.
Pihak oposisi baik Five Star dan the Northern League menentang penggunaan mata uang euro, namun tidak keanggotaan Italia di Uni Eropa.
Menyikapi apa yang terjadi di Italia, Menteri Keuangan Jerman, Wolfgang Schaeuble mengatakan, tidak ada alasan untuk krisis euro. Menurutnya Italia sangat membutuhkan pemerintahan yang berfungsi.
Juru bicara Kanselir Jerman, Angela Merkel mengatakan, pihaknya menyesalkan pengunduran diri Renzi. Namun pemerintah Jerman siap bekerja sama dengan pemimpin Italia berikutnya.
Komentar pun datang dari politisi sayap kanan Prancis, Marine Le Pen yang maju dalam pilpres dari Partai Front Nasional.
"Rakyat Italia telah menentang Uni Eropa dan Renzi. Kita harus mendengarkan mereka yang haus kebebasan dalam berbangsa," cuit Le Pen melalui media sosial Twitter.
Renzi menyatakan mundur setelah berkuasa selama 2 tahun 287 hari. Ia dilantik ketika berusia 39 tahun, mencatatnya sebagai PM Italia termuda dalam sejarah.
Advertisement