3-1-1990: Diktator Panama Sekaligus Eks Agen CIA Menyerahkan Diri

Sebelum ditangkap, Noriega berlindung selama 10 hari di Kedubes Vatikan di Panama City.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Jan 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2017, 06:00 WIB
Manuel Antonio Noriega. (gazettereview)
Manuel Antonio Noriega. (gazettereview)

Liputan6.com, Jakarta - Pada hari ini tepatnya tahun 1990, diktator Panama, Jenderal Manuel Antonio Noriega yang berlindung selama 10 hari di Kedutaan Besar Vatikan di Panama City menyerah kepada Amerika Serikat (AS). 

Penangkapan Noriega ini diawali oleh invasi AS ke Panama pada tahun 1989 yang dikenal dengan nama "Operation Just Cause". Latar belakangnya, AS tengah melancarkan perang narkotika di dalam negeri khususnya yang datang dari Panama.

Noriega sendiri bukan orang asing bagi AS. Demi menghentikan peredaran narkoba dari Panama ke AS, ia sempat direkrut menjadi agen CIA ketika George H. W. Bush menjabat sebagai direktur di badan intelijen itu pada 1976.

Awalnya, sosok Noriega kooperatif. Sebagai imbalannya ia dibayar US$ 110.000.

Peran sebagai agen rahasia CIA dijalani Noeriga selama bertahun-tahun bahkan hingga Bush menjadi wakil presiden pada tahun 1982. Belakangan terkuak, Noeriga sebenarnya berpura-pura bekerja sama dengan AS demi mendapat bayaran semata sementara pada saat yang bersamaan justru dialah yang menjadi dalang utama di balik peredaran narkotika dari Panama ke AS.

Negeri Paman Sam sebenarnya mengetahui persis bahwa perekrutan Noriega tidak akan banyak membantu perang terhadap narkoba. Bahkan peran Noriega sebagai aktor utama perdagangan narkotika mereka ketahui dengan baik.

Seperti dikutip dari Wikipedia, ternyata kala itu AS tak hanya berkepentingan dengan Noriega semata, namun juga Panama. Mereka menjadikan negara itu sebagai pusat militer gerilyawan Contra Nikaragua. Kelompok ini berjuang untuk menggulingkan pemerintahan Daniel Ortega.

Sementara itu, pada tahun 1985, kiprah Manuel Noriega sebagai gembong narkotika semakin menjadi-jadi. Ia bahkan mengendalikan jalur peredaran narkoba Panama-Kolombia-Nikaragua.

Demi mengantarkan narkotika, Noriega menyewa pilot bayaran asal AS. Dari per kilogram heroin yang berhasil dikirimnya ia mendapat untung US$ 400.

Sementara dari pesawat yang disewa mafia narkoba Nikaragua, Noriega mendapat bayaran sebesar US$ 100.000 per pesawat. Penghasilannya ini cukup besar jika dibandingkan dengan imbalan dari CIA.

Kejayaan dan kesuksesan bisnis narkotika Noriega mulai goyah pada akhir dekade 1980-an atau tepatnya saat AS melancarkan kampanye antinarkoba.

Selain melontarkan slogan antinarkoba, massa di AS yang berunjuk rasa juga melontarkan sikap anti-Noriega mengingat pamornya sebagai gembong narkotika.

Bush senior yang kala itu sudah menjadi presiden AS tentu tak bisa berdiam diri menyaksikan sepak terjang "kawan lama"nya itu. Terlebih di lain sisi, kepentingan AS mulai terganggu dan muncul sikap permusuhan terhadap Negeri Paman Sam.

Maka meluncurlah "Operation Just Cause." Meski demikian rencana AS sudah tercium oleh pasukan Panama dan mereka bertekad melawan.

Setelah penangkapan Noriega, rakyat Panama tumpah ruah di jalan-jalan di ibu kota, bersuka cita. Sang diktator pun diterbangkan ke Miami. Demikian seperti dikutip dari History.com.

Eks diktator itu diadili pada 10 Juli 1992. Ia didakwa atas tuduhan perdagangan narkoba, pencucian uang, dan pemerasan. Persidangan terhadap Noriega dilakukan secara cepat dan fakta bahwa ia merupakan mantan agen CIA tidak pernah diungkap dan disinggung di pengadilan.

Noriega dinyatakan bersalah. Ia dijatuhi hukuman 40 tahun penjara. Demi mencerminkan kesuksesan operasinya, AS menggaungkan penangkapan Noriega sebagai tertangkapnya gembong narkotika abad ini.

Dalam peristiwa berbeda, tepatnya pada 3 Januari 1848, Joseph Jenkins Roberts dilantik sebagai presiden pertama di Liberia. Dan pada 3 Januari 1871, Henry Bradley, seorang kimiawan di Binghamton, New York mematenkan margarin.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya