Korban Penembakan Kelab Malam Turki 'Ramalkan' Kematiannya

Chami dan Wardini berada di dalam kelab malam mewah di Istanbul, Reina di tepi Selat Bosphorus. Tiba-tiba, pria bersenjata masuk.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 03 Jan 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2017, 18:00 WIB
 Rita Chami dan tunangannya Elias Wardini, korban penembakan di kelab malam Turki. (Facebook)
Rita Chami dan tunangannya Elias Wardini, korban penembakan di kelab malam Turki. (Facebook)

Liputan6.com, Istanbul - Kita tak akan pernah tahu kapan maut akan menjemput. Bisa dalam hitungan detik, menit, jam, hari ataupun tahun.

Pun demikian dengan sejoli, Rita Chami dan tunangannya Elias Wardini. Mereka tak pernah menduga bahwa malam Tahun baru 2017 adalah hari terakhir mereka di dunia.

Keduanya menjadi korban penembakan di kelab malam Turki.

Perayaan Malam Tahun Baru 2017 dihabiskan mahasiswa American University of Science and Technology Lebanon itu di Istanbul.

Chami dan Wardini berada di dalam kelab malam mewah di Istanbul, Reina di tepi Selat Bosphorus. Tiba-tiba seorang pria bersenjata menyeruak masuk sekitar pukul 01.30 waktu setempat.

Datang naik taksi, pria bersenjata senapan Kalashnikov (AK) itu menembak mati seorang polisi dan warga sipil di pintu masuk.

Pria berpakaian ala Sinterklas itu kemudian menembakkan empat senjata magazine yang berisi 120 peluru ke seantero kelab malam yang dipenuhi sekitar 700 tamu.

Saking paniknya, para tamu terjun ke perairan Bosphorus yang dinginnya bukan kepalang -- demi selamat. 

Setelah mengganti pakaian, pria bersenjata itu meninggalkan kekacauan di kelab malam dan berhasil menghindari pasukan keamanan. Sebanyak 39 orang tewas dalam penembakan itu, dan 4 orang lainnya luka-luka.

Rita Chami termasuk dalam daftar korban tewas. 

Chami, yang kehilangan ibunya karena kanker empat bulan lalu -- sempat menulis di Facebooknya. Kalimat yang ia tulis belakangan dianggap sebagai prediksi kematiannya.

"Harapannya kami akan bersenang-senang (di Turki), skenario terburuk adalah aku akan tewas dalam ledakan dan menyusul ibuku," tulis Chami di akun Facebooknya sebelum bertolak ke Istanbul, yang juga dikutip situs berita IMLebanon.

Sang ayah sudah berusaha mencegah Cami pergi. 

"Saya mencoba untuk menghentikannya (agar tak pergi ke Turki), tapi dia memutuskan untuk pergi dengan teman-temannya," jelas ayah Chami yang tengah bersedih kepada Lebanon MTV.

Sebelum kematiannya, Chami juga dilaporkan sempat memosting puisi pada Facebook dalam bahasa Arab tentang kematian. "Ia selalau ada...di antara kita dan sekitar kita."

Sementara, tunangannya,  Elias Wardini adalah seorang pelatih kebugaran pribadi yang populer di Lebanon. Sementara Chami berkarir di media.

Mati Demi Cinta

Sejumlah media melaporkan bahwa Wardini tenggelam di Selat Bosphorus setelah melarikan diri dari kelab malam.

Namun, salah satu temannya membantah lewat Facebook. "Ingin mengklarifikasi beberapa informasi palsu, bahwa media kita tercinta memberikan keterangan tak tepat. Elias Wardini tidak lari dari penembakan (sayangnya ia tak kabur)," tulis Jason Orfali.

"Elias Wardini ada di sana karena tunangannya ditembak dua kali, ia bertahan untuk membantu Chami, dan ditembak tiga kali dan meninggal dalam pelukannya. Ia begitu mencintainya, sampai-sampai kembali dan membantu tunangannya meski hidupnya terancam."

"... Jangan pernah berpikir bahwa Elias meninggal di perairan itu! Dia bertahan untuk melindungi orang yang dicintai dan meninggal dalam pelukannya."

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya