Liputan6.com, Vitoria - Presiden Brasil memerintahkan mengirim 200 tentara ke Espirito Santo. Pasalnya dalam beberapa hari terakhir, di negara bagian tersebut telah terjadi gelombang kekerasan dan puluhan pembunuhan yang dipicu oleh pemogokan polisi.
Pemogokan aparat penegak hukum di negara yang mengalami defisit anggaran adalah contoh bagaimana keuangan publik benar-benar habis. Resesi terburuk yang dialami Brasil melumpuhkan pelayanan pendidikan dan keamanan di sejumlah negara bagian.
Dikutip dari The Guardian, Selasa (7/2/2017), lonjakan kejahatan di Espirito Santo bermula pada akhir pekan lalu, setelah polisi di wilayah tersebut berhenti bekerja karena masalah upah.
Advertisement
Sejak tindak kejahatan di Espirito Santo tersebar luas, terutama di ibu kota Vitoria dan sekitarnya, yang merupakan rumah bagi dua juta orang.
Menurut laporan media lokal, sebanyak 50 orang tewas dalam kurun waktu yang sangat singkat. Namun juru bicara keamanan mengatakan, pemerintah belum bisa membuat perhitungan resmi.
Sekolah, klinik kesehatan, dan kantor pemerintahan di negara bagian itu ditutup. Pejabat setempat yang mengatakan bahwa mereka tak memiliki sumber daya untuk menaikkan upah, telah mengganti komandan polisi dan mengatakan bahwa pihaknya tidak akan memperbaharui negosiasi tersebut sampai aparat keamanan kembali bekerja.
"Sikap ini sama sekali tak bisa kami terima, meninggalkan masyarakat akan layanan penting seperti keamanan publik," ujar Gubernur Espirito Santo, Cesar Colnago.
Presiden Michel Temer mengirim menteri pertahanan Brasil ke Espirito Santo pada Senin, 6 Februari 2017.
Sebelumnya, Temer juga mengirimkan tentara Brasil untuk meredakan gelombang pemberontakan di sejumlah penjara pada bulan lalu yang menyebabkan tewasnya 140 orang.
Sejumlah negara bagian di Brasil bergulat dengan krisis keuangan. Di Rio de Janerio, pemerintah negara bagiannya berupaya keras untuk membayar gaji polisi, guru, dokter, dan membeli perlengkapan dasar untuk sekolah dan rumah sakit.