Studi: Perbaikan Kondisi Rumah Penting untuk Mencegah Malaria

Peralihan dari rumah tanah liat tradisional ke yang lebih kuat disebut-sebut bisa mencegah malaria.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 09 Mar 2017, 06:54 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2017, 06:54 WIB
Kenali Perbedaan Malaria Ringan dan Berat
Mengingat Hari Malaria Sedunia (HMS) yang jatuh pada 25 April 2016 mendatang, Kemenkes kembali ingatkan bahayanya malaria.

Liputan6.com, Jakarta Menurut riset baru, meningkatkan kondisi rumah bisa membuat pencegahan malaria lebih efektif ketika upaya-upaya lainnya sudah tidak berhasil. Para pakar mengambil contoh dari penyebaran penyakit itu di Afrika.

Mereka menyebut, peralihan dari rumah tanah liat tradisional ke yang lebih kuat akan memberikan kesempatan bagi para arsitek dan penata perkotaan untuk ikut memerangi penyakit malaria.

Sub-Sahara Afrika mengalami urbanisasi lebih cepat dibandingkan belahan dunia lainnya. Pakar-pakar kesehatan harus memanfaatkannya kata pakar epidemiologi Universitas Oxford, Lucy Tusting.

"Kita punya kesempatan untuk memanfaatkan perubahan yang sedang berlangsung di banyak bagian Afrika dalam rangka mengupayakan perumahan yang lebih sehat," ujar Tusting seperti dikutip dari VOA News, Kamis (9/3/2017). 

Lebih dari 400 ribu orang meninggal karena malaria tahun 2015, terutama anak-anak di Afrika. Kelambu yang disemprot insektisida dan penyemprotan di dalam ruangan telah membantu menurunkan kematian sampai 40 % sejak tahun 2000. Tapi nyamuk makin kebal terhadap insektisida itu sehingga diperlukan alat-alat baru.

Tusting dan rekannya bertanya-tanya apakah perubahan yang mereka saksikan bisa membawa perubahan.

"Yang kita saksikan di banyak bagian Afrika adalah transisi dari perumahan tradisional, berupa atap jerami dan dinding tanah liat, ke atap kerangka besi dan atap genting serta tembok beton," tambah Tusting.

Itu akan membantu karena nyamuk pembawa penyakit malaria di Afrika terutama menggigit di dalam ruangan pada malam hari. Bangunan yang lebih kuat akan mencegah nyamuk masuk rumah. Tapi belum banyak riset mengenai masalah itu.

Dalam studi baru yang diterbitkan jurnal PLOS Medicine, Tusting dan rekan-rekannya mengamati survei kesehatan dan demografi dari 21 negara. Mereka memperoleh temuan, anak-anak yang tinggal di rumah modern 9-14 % lebih kecil kemungkinannya terjangkit malaria dari pada mereka yang tinggal di rumah tradisional.

Ini hampir sama dengan tingkat perlindungan dari kelambu yang disemprot insektisida.

"Ini menunjukkan bahwa perumahan bisa menjadi sarana penting untuk mengatasi malaria," lanjut Tusting.

Ini sebenarnya bukan ide baru. Tusting mengatakan jendela dan pintu jaring merupakan teknik pertama yang paling efektif untuk mencegah penyakit itu pada awal abad ke 20.

Lucy Tusting mengatakan itu bisa membantu mencegah malaria di lingkungan kota-kota yang berkembang di benua itu.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya