Sempat 'Tegang', Trump Berharap Dapat Bertemu Paus Fransiskus

Trump dan Paus Fransiskus pernah saling balas komentar pedas. Namun kini Gedung Putih berharap kedua pemimpin dapat bertemu.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 21 Apr 2017, 17:03 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2017, 17:03 WIB
Paus Fransiskus
Paus Fransiskus (AP Photo/Alessandra Tarantino)

Liputan6.com, Washington, DC - Gedung Putih mengungkapkan harapan agar Donald Trump dapat bertemu dengan Paus Fransiskus. Pada 26-27 Mei 2017, presiden Amerika Serikat itu akan datang ke Sisilia, Italia untuk menghadiri KTT G7.

Meski demikian, hingga saat ini pertemuan Trump dengan Paus belum dijadwalkan.

"Kami akan menghubungi Vatikan untuk melihat apakah audiensi dengan Paus dapat diakomodasi. Kami akan merasa terhormat jika dapat bertemu dengan Yang Mulia," ungkap Juru bicara Gedung Putih Sean Spicer seperti dilansir Telegraph, Jumat (21/4/2017).

Menanggapi hal tersebut, Greg Burke, juru bicara Vatikan mengatakan bahwa Paus Fransiskus akan menyambut baik permintaan untuk audiensi dan dia akan berusaha untuk mewujudkan pertemuan tersebut.

"Sampai akhir pekan lalu kami tidak menerima permintaan resmi untuk sebuah audiensi tapi kami pasti akan menyambutnya dengan baik," kata Burke seraya menambahkan bahwa ia tidak dapat mengantisipasi jika kelak terjadi bentrokan jadwal.

Selain menghadiri KTT G7, Trump dikabarkan juga akan muncul dalam KTT NATO yang berlangsung di Brussels, Belgia.

Para pemimpin dunia normalnya menyodorkan permintaan audiensi untuk bertemu Paus beberapa bulan sebelumnya. Sementara jika keinginan Trump untuk bertemu dengan pemimpin tertinggi umat Katolik itu benar-benar diwujudkannya maka ia akan melayangkan permintaan kurang lebih satu bulan.

Selama kampanye pilpres 2016, Trump dan Paus Fransiskus sempat terlibat "perang kata-kata."

"Siapapun, siapapun dia, yang ingin membangun tembok bukan jembatan, bukanlah seorang Kristiani," tutur Paus Fransiskus menanggapi pertanyaan awak media tentang sikap anti-imigran Trump.

Tidak lama, Trump membalas pernyataan tersebut dengan mengatakan, "Bagi seorang pemimpin agama, mempertanyakan keyakinan seseorang adalah tindakan tidak terpuji."

Namun Trump kemudian melunak. Ia mengatakan bahwa Paus salah menerima informasi, tanpa mengetahui dampak obat-obatan yang masuk ke AS dan serangkaian masalah keamanan yang mengharuskannya membangun tembok di sepanjang perbatasan selatan AS.

Tapi Paus Fransiskus bersikeras menunjukkan ketidaksetujuannya atas kebijakan Trump. Ketika berkunjung ke perbatasan AS-Meksiko untuk memimpin sebuah misa terbuka, ia menggambarkan migrasi paksa sebagai "sebuah tragedi kemanusiaan."

Meski demikian, ketika Trump disumpah pada 20 Januari 2017, Paus Fransiskus turut mendoakan. Ia berharap agar Trump dianugerahi kebijaksanaan dan kekuatan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Di sisi lain, Paus asal Argentina itu juga meminta Trump untuk terus membantu orang miskin dan mereka yang membutuhkan bantuan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya