Pasukan Khusus Rusia Tiba di Suriah Pasca-Serangan Udara AS

Pasukan Khusus Angkatan Bersenjata Rusia dilaporkan tiba di Provinsi Sweida, Suriah, pasca-serangan udara militer Amerika Serikat.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 22 Mei 2017, 08:42 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2017, 08:42 WIB
Pesawat Tempur AS Mendarat di USS Vinson (Lee Jin-man/AP)
Pesawat tempur AS jenis F/A-18 mendarat di kapal induk USS Vinson. Kapal induk itu akan bertolak ke perairan barat Samudera Pasifik dekat Semenanjung Korea. Manuver militer ini dinilai kuat akan tingkatkan tensi AS-Korea Utara (Lee Jin-man/AP)

Liputan6.com, Damaskus - Pasukan Khusus Angkatan Bersenjata Rusia dilaporkan tiba di Provinsi Sweida, Suriah, beberapa hari pasca-serangan udara militer Amerika Serikat di Kota Al-Tanf, dekat perbatasan Irak - Suriah.

Sumber informasi tersebut merupakan atase militer dari koalisi Suriah - Rusia, seperti yang dikutip kantor berita AMN dan diwartakan oleh Farsnews.com, Senin, (22/5/2017).

Para tentara Rusia itu akan berperan sebagai penasehat militer untuk pasukan pemerintah di Suriah selatan. Mereka juga dikerahkan untuk membantu merespons pasukan pemerintah dalam menghadapi kemungkinan serangan dari pihak koalisi AS di Provinsi Sweida dan Horns.

Sejumlah kantor berita juga menjelaskan bahwa pasukan Rusia berencana membangun sebuah pangkalan di sepanjang perbatasan Provinsi Sweida dengan Yordania. Media lain mengatakan bahwa Pasukan Khusus itu dikerahkan untuk menghadapi pasukan musuh dan membantu pasukan pemerintah guna menangkap pelintas perbatasan Irak - Suriah.

Pada 18 Mei 2017, CNN melaporkan serangan udara Amerika Serikat yang menyerang konvoi pasukan militer pro-pemerintah Suriah di Kota Al-Tanf. Menurut pihak AS, konvoi militer yang terdiri dari 20 kendaraan itu berusaha menerobos masuk wilayah bebas-konflik yang dikontrol oleh pasukan koalisi Negeri Paman Sam.

Rusia mengutuk tindakan yang dilakukan oleh AS.

"Setiap tindakan militer yang berupa agresi terhadap situasi di Suriah sangat berdampak besar dalam sebuah proses politik di Suriah, terutama ketika sasarannya adalah pasukan pemerintah Suriah. Sangat tidak bisa diterima dan pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah," jelas Deputi Kementerian Luar Negeri Rusia Gennady Gatilov kepada RIA-Novosti dan dikutip oleh CNN, Minggu, (21/5/2017).

Sejumlah pengamat mencatat bahwa AS pernah melakukan intervensi serupa pada September 2016 di pinggir Deir Ezzur. Pada waktu itu, militan ISIS berusaha untuk merebut posisi bertahan di gunung Jebel-Sarda.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya