Studi: Minum Alkohol Selama Hamil Mempengaruhi Wajah Bayi

Analisa terhadap foto-foto penelitian mengungkapkan perbedaan tak kentara pada wajah-wajah bayi yang ibunya menenggak alkohol.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 06 Jun 2017, 21:00 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2017, 21:00 WIB
Ilustrasi Pecandu Alkohol (4)
Ilustrasi Pecandu Alkohol

Liputan6.com, Melbourne - Minum sedikit alkohol selama hamil diduga memiliki dampak pada perkembangan wajah janin, termasuk bentuk mata, hidung, dan bibir. Namun, bukan berarti pengaruh itu berbahaya.

Jane Halliday pemimpin tim riset Murdoch Children's Research Institute di Victoria, Australia, mengatakan, "Kita tidak mengetahui apakah perubahan-perubahan dalam bentuk wajah anak berkaitan dengan perbedaan selama perkembangan."

"Kami berencana mengamati hal itu ketika anak-anak sedang bertumbuh."

Dikutip dari New Scientist pada Selasa (6/6/2017), kebiasaan minum banyak alkohol selama kehamilan dapat menyebabkan sindrom alkohol janin, yang dicirikan dengan tampilan wajah semisal kecilnya bukaan mata, hidung pendek yang mendongak, serta ketiadaan relung tegak di atas bibir.

Anak dengan kondisi itu berkemungkinan memiliki penyimpangan perhatian dan perilaku, serta IQ yang lebih rendah, demikian menurut Halliday.

Konsumsi alkohol dalam kadar rendah lebih lazim saat kehamilan dibandingkan dengan konsumsi kadar tinggi. Untuk mengetahui apakah konsumsi alkohol dalam kadar rendah kemungkinan berdampak pada janin, tim Halliday mengamati 1570 wanita selama kehamilan dan kelahiran bayi mereka.

Di antara kaum wanita itu, sekitar 27 persen mengaku meneruskan minum sedikit alkohol selagi hamil.

Perubahan Tak Terlihat

Ilustrasi bayi pengidap sindrom janin alkohol (FASD). (Sumber CDC.gov)

Ketika anak-anak dalam penelitian itu kemudian berusia 1 tahun, tim Halliday mengambil foto 415 wajah bayi menggunakan kamera berganda dari beberapa sudut. Ketika tim menyambung foto-foto itu menggunakan komputer, hasilnya adalah foto 3D untuk hampir 70 ribu titik pada wajah masing-masing bayi.

Analisa terhadap foto-foto itu mengungkapkan perbedaan-perbedaan tak kentara pada wajah-wajah bayi yang ibunya menenggak alkohol dibandingkan dengan mereka yang ibunya tidak melakukan hal tersebut. Perbedaan yang dimaksud termasuk hidung yang lebih mendongak.

Perbedaan masih tetap ada ketika tim peneliti mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin berdampak pada bentuk wajah, semisal jenis kelamin dan berat badan.

Bahkan kadar rendah alkohol, misalnya kurang dari 2 takaran dalam suatu acara tidak lebih dari 7 hari dalam seminggu, terkait dengan perubahan pada bentuk wajah.

Tapi perubahan itu hanya bisa dideteksi menggunakan teknik pencitraan karena tidak terlihat dengan mata telanjang.

"Hasil tersebut membeberkan kepada kita bahwa ada dampaknya, walaupun tidak kentara," demikian menurut Halliday. Ia menambahkan bahwa dampak itu mungkin tidak menetap, karena wajah bayi terus berubah selama 2 tahun pertama.

Tidak Perlu Khawatir

Halliday mengatakan bahwa wanita yang menenggak sedikit alkohol selama kehamilan tidak perlu khawatir. Katanya, "Pada tahap ini, kami belum menemukan adanya persoalan yang harus dikhawatirkan."

Walaupun alkohol bisa memberi dampak, ada banyak faktor lain yang mempengaruhi kesehatan dan perkembangan bayi, misalnya gizi.

Halliday berhadap fotografi 3 D dapat membantu melakukan diagnosa kasus penyimpangan janin alkohol pada bayi. "Jika seorang anak menunjukkan beberapa pertanda penyimpangan perilaku dan tidak diketahui apakah ia pernah terpapar pada alkohol, maka temuan itu dapa memberikan bukti telah terjadinya paparan."

Christina Chambers di University of California, San Diego, sepakat mengenai hal itu. "Gejala janin alkohol merupakan masalah besar di dunia dan tidak dikenal secara luas ataupun salah diagnosa."

"Temuan ini dapat membantu kita mencirikan anak yang mungkin terdampak sehingga mengeri seluruh spektrum dampaknya."

Chambers menambahkan bahwa masih ada yang harus dipelajari. Kita masih belum mengetahui apa yang melindungi beberapa bayi dari dampak buruk alkohol.

"Ada wanita yang menenggak hampir 1 liter vodka tiap hari, tapi anak-anaknya tidak mengidap sindrom janin alkohol."

Kebanyakan organisasi kesehatan menganjurkan agar kaum wanita sama sekali menghindari alkohol ketika sedang hamil, tapi banyak wanita yang tetap minum alkohol karena belum menyadari sedang hamil, biasanya setelah 1 atau 2 bulan.

Chambers menambahkan, "Kita tidak mengetahui ambang bawah yang aman. Anjurannya adalah untuk menghindari alkohol ketika hamil."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya