19-6-1885: Filosofi di Balik Patung Liberty Amerika Serikat

Konon sosok Miss Liberty adalah ibunda dari Bartholdi, sang pematung. Sementara sumber lain menyebut bahwa Nona Liberty adalah muslimah.

oleh Rasheed Gunawan diperbarui 19 Jun 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2017, 06:00 WIB
Liberty
Suatu patung berukuran raksasa yang terletak di Pulau Liberty, muara Sungai Hudson, New York Harbor, Amerika Serikat.

Liputan6.com, London - Dia adalah seorang wanita yang sangat terkenal di Amerika Serikat, tapi dia tidak dilahirkan di Amerika. Siapa dia? Ya, dia adalah sosok Patung Liberty yang menurut catatan sejarah, tiba di Pulau Bedloe, New York Harbor pada 132 tahun silam, atau 19 Juni 1885. Patung tersebut dikirim dalam bentuk 350 potongan di dalam bungkusan 200 dus. Setelah dirakit kembali, patung setinggi 93 meter itu secara resmi dipersembahkan pada tanggal 28 Oktober 1886 oleh Presiden Cleveland.

Patung Liberty ini merupakan hadiah dari Pemerintah Prancis sebagai simbol persahabatan antara AS dan Prancis sekaligus dalam rangka 100 tahun deklarasi kemerdekaan Negeri Paman Sam. Oleh karena itu, patung yang juga disebut Liberty Enlightening the World dalam bahasa Inggris, dan La Liberté éclairant le monde, dalam bahasa Prancis ini merepresentasikan sebuah kebebasan dan demokrasi dalam bernegara.

Selain itu, patung ini juga menjadi simbol selamat datang untuk imigran dan orang Amerika yang kembali ke negara tersebut. Pada tahun 1943, berdirinya Patung Liberty menyambut 12 juta imigran yang tiba di Amerika Serikat. Para pendatang berharap Patung Liberty ini menjadi simbol untuk mewujudkan harapan dan kebebasan di Negeri Paman Sam.

Seperti dimuat Americalibrary.gov, Patung Liberty ini dibuat dari lempengan tembaga yang dilebur bersama baja oleh pematung Prancis Frederic-Auguste Bartholdi yang dibantu Insinyur Gustave Eiffel, perancang menara Eiffel.

Konon sosok Miss Liberty adalah ibunda dari Bartholdi, sang pematung. Sementara sumber lain menyebut bahwa Nona Liberty merupakan sosok wanita muslimah.

Frederic Auguste Bartholdi, seniman Prancis pemahat Patung Liberty (Wikipedia)

Menurut pihak pengelola Taman Nasional AS atau US National Park, awal mulanya Bartholdi sempat mengikuti sayembara pembangunan menara mercusuar untuk Terusan Suez di Mesir. Bartholdi kemudian mendesain patung besar perempuan berjubah meniru gaya perempuan pedesaan sambil memegang obor. Proposal itu ia beri nama 'Egypt Brings Light to Asia' alias 'Mesir pembawa cahaya bagi Asia'.

"Bartholdi menghasilkan serangkaian sketsa, yang awalnya mengusulkan patung raksasa tersebut sebagai gambaran 'fellah' atau yang diartikan sebagai penduduk pedesaan Arab. Namun kemudian, secara bertahap berkembang sebagai dewi yang kolosal," kata Edward Berenson, seorang sejarawan yang menuliskan histori Patung Liberty.

Pemilihan sosok muslimah ini di pikiran Bartholdi, karena sebagian besar penduduk Mesir kala itu adalah muslim, sekitar 86 persen di Alexandria dan Kairo, dan 91 persen di area lain. Namun proposal Bartholdi ditolak mentah-mentah oleh Pemerintah Mesir. Patungnya urung didirikan di Terusan Suez. Konsep patung ini kemudian ia kembangkan untuk pembuatan Patung Liberty untuk Amerika Serikat dengan biaya pembuatan sekitar US$ 250 ribu atau lebih dari US$ 5,5 juta kurs saat ini.

Pada tahun 1924, Presiden Calvin Coolidge menetapkan patung tersebut sebagai monumen nasional. Dan 60 tahun kemudian patung tersebut direstorasi, dengan menggunakan sebuah obor baru yang nyala apinya tertutup daun emas. Tahun 1984, Patung Liberty masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. Kemudian Presiden Ronald Reagan meresmikan kembali patung tersebut pada 4 Juli 1986.

Setelah serangan teroris 11 September 2001, Patung Liberty sempat ditutup. Sebagian dari patung ini mulai dibuka pada tahun 2004. Dan mahkotanya baru dibuka kembali untuk umum pada 4 Juli 2009.

Sejarah lain mencatat pada 19 Juni 1944, Pertempuran Laut Filipina dimulai antara Angkatan Laut Amerika Serikat dan Angkatan Laut Jepang. Kemudian pada 19 juni 1945, terjadi pertempuran Tarakan yang kedua, di Pulau Tarakan, Indonesia yang berakhir dengan kemenangan Blok Sekutu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya