Unta dan Domba Asal Qatar Diperintahkan Meninggalkan Arab Saudi

Unta dan domba milik warga Qatar diperintahkan meninggalkan Arab Saudi. Langkah ini bagian dari memanasnya hubungan Doha dan Riyadh Cs.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 22 Jun 2017, 13:08 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2017, 13:08 WIB
Domba-domba milik warga Qatar diminta tinggalkan wilayah Arab Saudi
Domba-domba milik warga Qatar diminta tinggalkan wilayah Arab Saudi (AP)

Liputan6.com, Doha - Setidaknya 12.000 unta dan domba milik warga Qatar telah diperintahkan meninggalkan Arab Saudi. Langkah ini merupakan imbas dari krisis Teluk yang ditandai dengan pemutusan hubungan diplomatik oleh Saudi Cs atas Qatar.

Menurut surat kabar The Peninsula seperti dilansir Independent, Kamis (22/6/2017) tempat penampungan sementara, air, dan makanan telah dipersiapkan bagi 7.000 unta dan 5.000 domba pasca-pengusiran tersebut. Sementara itu, situs al-Raya menyebut jumlah hewan-hewan tersebut mencapai 25.000.

Pihak berwenang Qatar menyatakan, akomodasi permanen untuk unta dan domba tersebut masih dipersiapkan.

Qatar merupakan "rumah" bagi sekitar 22.000 unta. Kebanyakan hewan itu dimanfaatkan untuk balapan, diambil daging atau susunya. Namun, kebanyakan penggembala di Qatar menyewa padang rumput di Saudi yang memiliki luas wilayah jauh lebih besar.

Kebijakan Saudi mengusir hewan-hewan tersebut memicu kemarahan warga Qatar.

"Kami hanya ingin menjalani hari-hari kami, pergi ke Arab Saudi dan merawat unta-unta kami lalu kembali lagi ke keluarga kami di Qatar," kata Ali Magareh (40).

"Kami tidak ingin terlibat dalam urusan politik. Kami tidak senang dengan keputusan itu," tambahnya.

Peternak adalah korban terakhir dari pertikaian dua negara tetangga yang dimulai pada 5 Juni lalu. Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir tidak hanya memutus hubungan diplomatik, namun juga menerapkan blokade darat, laut, dan udara.

Pemicunya, Saudi Cs menuding Qatar mendukung terorisme dan ekstremisme. Tudingan itu telah dibantah Doha.

Hingga kini rekonsiliasi yang diupayakan oleh Kuwait, Turki, Departemen Luar Negeri AS, serta PBB belum membuahkan hasil signifikan.

Warga Qatar diberi waktu dua minggu sejak tanggal 5 Juni untuk meninggalkan negara-negara yang memutus hubungan diplomatik dengannya. Kondisi tersebut turut menggantung nasib banyak keluarga.

Selain itu, penerbangan Qatar Airways saat ini juga harus menghadapi pengalihan rute yang cukup jauh akibat diterapkannya blokade udara. Di dalam negeri, terjadi kepanikan tersendiri mengingat selama ini Qatar mengimpor 80 persen makanan dan bahan bakar.

Namun, bantuan datang dari Iran. Negeri Para Mullah tersebut mengirim buah dan sayuran melalui sejumlah pesawat dan kapal laut. Jika tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan mereda, maka krisis dikhawatirkan akan menimbulkan efek ekonomi dan politik yang jauh lebih luas.

 

Simak video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya