Donald Trump Hapus Kicauan soal Unit Keamanan Siber AS-Rusia

Pada pertemuan G20 Putin dan Trump menjajaki kerja sama pembentukan Unit Keamanan Siber AS-Rusia.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 11 Jul 2017, 14:30 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2017, 14:30 WIB
KTT G20-Donald Trump-Vladimir Putin
Presiden AS, Donald Trump (kanan) berbincang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu di KTT G20, di Hamburg, Jerman (7/7). Pertemuan pemimpin negara adidaya ini untuk memperbaiki hubungan kedua negara. (AFP Photo/Sputnik/Mikhail Klimentiev)

Liputan6.com, Washington DC - Pertemuan bilateral antar Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghasilkan usulan pembentukan unit keamanan siber bersama. Usulan tersebut bahkan sempat dituliskan miliarder nyentrik itu lewat Twitter.

"Saya dan Putin berdiskusi membentuk Unit Keamanan Siber yang tangguh dan tak dapat ditembus. Jadi peretasan saat pemilu dan beberapa tindakan negatif lain akan kami tahan," kicau Trump seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (11/7/2017).

Akan tetapi, cuitan tersebut langsung dihapus Trump. Penghapusan tweet itu dilakukan kurang lebih 12 jam setelah diunggah.

Ia pun memutuskan mengeluarkan tweet baru untuk mengkonfirmasi hal tersebut. "Fakta saya dan Putin mendiskusikan unit keamanan siber, tidak berarti itu akan terjadi."

Diduga kuat Trump menarik tweet-nya karena diterjang kritik tajam. Termasuk dari Partai Republik yang merupakan organisasi politik pendukungnya.

Menurut sejumlah orang yang mengkritik Trump, usulan ini tak masuk akal. Sebab, ada dugaan kuat Rusia melalui dunia maya berupaya mempengaruhi hasil pemilu AS untuk memenangkan Trump.

Salah satu cara yang diduga dilakukan Moskow adalah peretasan serta penyebaran kampanye negatif di dunia maya.

Kritik tajam terhadap putusan Trump itu disampaikan salah satunya oleh John McCain. Tokoh berpengaruh di kubu Republik itu bahkan terang-terangan menyindir Trump.

"Saya yakin Vladimir Putin akan sangat membantu. Mengingat dialah yang memerintahkan peretasan," ucap McCain.

Sejak Pemilu AS 2016 berakhir, dugaan peretasan yang dibekingi Rusia terus menyeruak.

Kemungkinan besar ada dua negara bagian di AS yang datanya diretas untuk memenangkan Trump, yakni Arizona dan Illinois.

Isu ini di 2017 semakin memanas setelah putra Trump, Donald Trump Jr diketahui melakukan pertemuan dengan seorang pengacara yang dikabarkan terkait Kremlin.

Menanggapi isu tersebut, Wakil Juru Bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders mengeluarkan komentar untuk membela Trump Jr.

"Donald Trump Jr hanya bertemu sebentar dan tidak ada kelanjutan. Satu-satunya yang salah tentang pertemuan itu adalah ada orang yang membocorkannya meski itu tertutup," ucap Sarah.

Saksikan Video Berikut:

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya