Politikus Cantik Israel Ini Disebut Berbahaya, Ini Alasannya

Penunjukan Ayelet Shaked sebagai menteri kehakiman Israel pada tahun 2015 menuai polemik.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 23 Jul 2017, 21:00 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2017, 21:00 WIB
Ayelet Shaked dikenal memiliki pemikiran politik yang mencolok. Sikapnya tak jarang memicu kontroversi
Ayelet Shaked dikenal memiliki pemikiran politik yang mencolok. Sikapnya tak jarang memicu kontroversi (Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Tel Aviv - Jika bicara soal Israel, selama ini publik mungkin hanya fokus pada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Padahal ada sosok menarik lain untuk dibahas. Dia adalah seorang insinyur komputer sekaligus politikus cantik bernama Ayelet Shaked.

Pada tahun 2015, Ayelet ditunjuk untuk mengisi kursi menteri kehakiman. Jabatan tersebut masih diembannya hingga kini.

Oleh teman-temannya, Ayelet dideskripsikan sebagai sebuah "robot". Sementara itu sang suami menjulukinya "komputer" merujuk pada pendekatan metodisnya.

"Mereka mengatakan saya sangat perhitungan dan tidak sensitif -- pada umumnya bagi rata-rata orang adalah banyak hal yang mengganggu mereka, dan saya tidak merasa demikian. Jika Anda terbawa emosi, maka itu akan mengganggu kerja Anda. Kadang-kadang Anda fokus pada apa yang kurang penting dan bukan hal utama," tuturnya dalam sebuah wawancara seperti dikutip dari The New York Times pada Minggu (23/7/2017)

Adapun oleh sebagian pihak ia dijuluki sebagai Michele Bachmann di dunia politik Israel.

Michele Bachmann merupakan seorang politikus fenomenal AS. Ia adalah wanita Minnesota asal Partai Republik pertama yang berhasil duduk di Kongres. Pada tahun 2012, namanya masuk dalam calon kandidat presiden, namun langkahnya gagal di kaukus Iowa.

Pandangan politik Ayelet sendiri dinilai "mencolok". Yang terpenting baginya adalah "memperkuat identitas Yahudi" atas Israel dan "untuk memiliki sebuah negara demokratis dan Yahudi yang kuat".

Dalam istilah kebijakan hal tersebut kurang lebih dapat diartikan, mempromosikan aneksasi Israel atas sebagian besar wilayah Tepi Barat dan mengusir pencari suaka dari Afrika.

Hanan Ashrawi, seorang politikus Palestina menyebut bahwa kehadiran Ayelet di pemerintahan Israel "bukan hanya ancaman bagi perdamaian dan keamanan, namun juga menghasilkan budaya kebencian dan pelanggaran hukum".

Ayelet dikenal sebagai seorang yang menjawab pertanyaan secara ringkas. Pengkritiknya menilai, perempuan itu memiliki pendekatan sederhana dalam menghadapi masalah yang kompleks.

Kesadaran akan minatnya di dunia politik diakuinya telah dirasakannya saat usia delapan tahun. Kala itu ia mengagumi sosok Yitzhak Shamir, politikus ternama Israel yang juga perdana menteri ketujuh negara itu.

Ayelet pintar menari balet, aktif di pramuka, dan cerdas dalam pelajaran matematika. Perempuan yang meski berasal dari partai religius Habayit Hayehudi namun dikenal sekuler tersebut, pernah bertugas sebagai instruktur infanteri di Brigade Golani, di mana seiring waktu ia dekat dengan pemukim Yahudi hingga belakangan mereka menjadi konstituennya.

Ketika bertugas di Hebron, salah satu daerah yang diperebutkan di Tepi Barat, ia sempat mengatakan, "Saya baru menyadari bahwa tidak ada solusi saat ini untuk konflik dengan Palestina".

Ayelet menikah dengan seorang pilot pesawat tempur dan pasangan ini diketahui memiliki dua anak. Perempuan itu telah bekerja untuk Netanyahu sejak tahun 2006.

Bersama dengan mitra politiknya Naftali Bennett dan Netanyahu, mereka memulai sebuah gerakan My Israel yang bertujuan untuk menuntut bank menghentikan aktivitas dengan investor Palestina dan sederetan propaganda lainnya.

Bennett dalam sebuah kesempatan mengungkapkan penilaiannya tentang sosok Ayelet, "Yang paling bagus dari dirinya adalah bagaimana ia menangani persoalan sulit di mana ia berada di tengah partai lawan dan banyak emosi, dan dia semacam membongkarnya pada tingkat yang sangat sulit. Pandangan publiknya lebih radikal dibanding dirinya".

Pada Juni 2015, Ayelet memicu kontroversi ketika ia memposting artikel milik seorang aktivis pemukim yang juga jurnalis sayap kanan Uri Elitzur. Tulisan itu belum pernah dipublikasikan.

Yang bersangkutan sendiri telah meninggal dunia. Artikel itu menggambarkan seluruh rakyat Palestina sebagai "musuh" dan menjuluki pemuda Palestina "ular".

Dengan cepat tudingan bahwa Ayelet mempromosikan genosida pun meluas. "Itu sebuah kesalahan. Saya melakukan banyak kesalahan, layaknya setiap manusia," ujarnya.

Ayelet sendiri menolak mengungkap agendanya sebagai menteri kehakiman. "Pertama saya ingin masuk ke kantor, dan bicara tentang rencana-rencana saya".

Oleh media Israel, Haaretz, Ayelet digambarkan sosok yang membahayakan.

"Reaksi terhadap pengangkatannya sangat ekstrem. Banyak yang meresponsnya dengan keterkejutan dan ketakutan, menyuarakan kekhawatiran bahwa seorang ekstremis sayap kanan yang menikmati pemikiran genosida sekarang bertanggung jawab atas keseluruhan sistem peradilan Israel," tulis media tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya