Ini Pesan Presiden Jokowi dalam HUT ASEAN ke-50

Menyampaikan pidato dalam rangka perayaan hari ulang tahun ASEAN ke-50, ini pesan Presiden Jokowi untuk kawasan Asia Tenggara.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 11 Agu 2017, 15:08 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2017, 15:08 WIB
Jokowi Hadiri Peringatan Ulang Tahun ASEAN ke-50
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menlu RI, Retno Marsudi saat menghadiri peringatan 50 tahun ASEAN di Jakarta, Jumat (11/8). Dideklarasikan di Bangkok pada 8 Agustus 1967, anggota ASEAN telah bertambah menjadi 10 Negara. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Indonesia Joko Widodo menyampaikan pidato dalam perayaan hari ulang tahun ASEAN ke-50. Pidato itu disampaikan di Gedung Sekretariat ASEAN di Jakarta dalam perhelatan 50 ASEAN Day Celebration, dengan tajuk Celebrating the People's Community, pada 11 Agustus 2017.

Acara itu turut dihadiri sejumlah pejabat tinggi dari dalam maupun luar negeri. Dari Tanah Air, beberapa di antaranya adalah Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.

Dua mantan Menlu RI Marty Natalegawa, dan Hassan Wirayuda turut hadir dalam acara itu. 

Sementara itu, pejabat internasional yang menghadiri acara HUT tersebut terdiri dari pejabat pemerintah, menlu, serta duta besar negara anggota dan mitra wicara ASEAN.

Menyampaikan pidatonya di hadapan para tamu, presiden yang akrab dipanggil Jokowi merangkum sejumlah pencapaian, masalah yang tengah dihadapi, dan tantangan di masa depan dari organisasi multilateral se-Asia Tenggara yang kini berusia lima dekade itu.

"Sejak berdiri, ASEAN selalu bersama, bergandengan tangan dalam semangat persaudaraan. Bersama untuk menciptakan ekosistem perdamaian, kokoh menjaga stabilitas, serta bergerak terus mewujudkan kesejahteraan bersama. Ini yang membuat ASEAN berbeda dan istimewa dengan apa yang terjadi di kawasan lain di dunia," kata Presiden Joko Widodo di Jakarta, Jumat (11/8/2017).

Dalam pidatonya, Jokowi membandingkan pencapaian ASEAN di Asia Tenggara dengan kawasan lain di dunia. Menurutnya, di kala wilayah lain tengah dirundung konflik, ASEAN mampu mempertahankan stabilitas di kawasan.

"Ketika wilayah lain beradu kekuatan, ASEAN mampu menyelesaikan masalah dengan menggunakan dialog dan negosiasi," ujar mantan Wali Kota Solo itu.

Presiden ke-6 RI itu juga menjelaskan bahwa organisasi multilateral negara Asia Tenggara tersebut semakin bertekad untuk menjadi pusat ekonomi dunia. Ia optimis bahwa pada 2030 nanti, ASEAN akan menjadi pasar terbesar ke-empat di dunia, di belakang Uni Eropa, Amerika Serikat, dan China.

"Dan ketika kawasan lain pesimis dengan integrasi ekonomi, ASEAN terus bergerak maju membangun integrasi ekonomi, bukan hanya dengan negara di Asia, namun juga dengan negara sahabat lainnya."

Presiden Jokowi bersama negara-negara ASEAN (Liputan6.com/Ahmad Romadoni)

Meski begitu, di tengah segala potensinya, ASEAN juga harus mampu menangani segala masalah yang saat ini mencuat ke permukaan. Menurut Jokowi, ada tiga polemik yang harus dihadapi oleh negara di kawasan.

"ASEAN tengah menghadapi isu terorisme, kejahatan lintas batas, serta peredaran dan perdagangan obat-obat terlarang. Terkait narkotika, kita juga harus berusaha keras agar anak muda yang menjadi masa depan di Asia Tenggara tidak terpapar akan hal itu.

"Terorisme merupakan ancaman nyata. Serangan seperti di Marawi merupakan wake up call buat kita. Maka kita harus bersinergi demi menghadapi masalah itu," lanjut Jokowi. 

Namun, Jokowi menegaskan, ke depannya, organisasi multilateral itu akan mengalami tantangan yang besar.

"Tantangan ke depan tak mudah. ASEAN akan mengalami rivalitas dengan negara besar di dunia yang berpengaruh di Asia Tenggara dan global. Menghadapi itu ASEAN harus mampu menjaga kesatuan dan sentralitas. Dengan bersatu, bisa mewujudkan cita-cita bersama dan menentukan masa depan sendiri tanpa harus didikte oleh negara besar," ujarnya.

Demi menghadapi sejumlah tantangan itu, ASEAN juga harus mampu berkaca dengan kondisi di kawasan lain. Sang presiden mencontohkan Inggris dan fenomena Brexit saat menarik diri Uni Eropa.

"Apa yang terjadi dengan Brexit perlu menjadi pembelajaran buat kita. Kita harus bekerja keras agar rakyat kawasan dapat merasakan manfaat ASEAN. Itu jadi tugas bersama para pemimpin di Asia Tenggara," jelas Presiden Joko Widodo.

"Bersama, ASEAN kuat," ujarnya menutup pidato.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal ASEAN Le Lurong Minh turut menyampaikan pidato di hadapan para tamu. Ia turut menggarisbawahi kinerja organisasi itu selama lima dekade terakhir.

"ASEAN telah berkontribusi besar dalam pembangunan, menjaga stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan juga internasional. Organisasi ini telah menjadi model kerjasama multilateral dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dan keamanan yang mumpuni di mata dunia. Pencapaian itu kita raih dengan dialog, diplomasi, dan keterbukaan yang bertanggung jawab," jelas Le Lurong Minh.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi turut menegaskan bahwa komitmen untuk menjaga stabilitas, mempertahankan perdamaian, dan menggencarkan pertumbuhan ekonomi adalah kunci kesuksesan ASEAN selama 50 tahun terakhir.

"Satu kondisi kondusif yang sampai sekarang dapat dikelola dengan baik oleh ASEAN adalah masalah stabilitas dan perdamaian di kawasan. Peace and stability merupakan syarat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Tanpa adanya itu, akan sulit bagi ASEAN untuk berkembang," jelas Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.

"Setelah 50 tahun berdiri, ASEAN mampu membuktikan diri menjadi suatu komunitas ekonomi yang terintegrasi. Pertumbuhan ekonominya di atas rata-rata dunia. Beberapa negara menikmati pertumbuhan ekonomi 6 - 7 persen. Dengan integrasi ekonomi, ke depan kita bisa jadi kekuatan ekonomi yang besar."

 

Saksikan pidato Presiden Joko Widodo dalam HUT ASEAN ke-50 berikut ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya