Liputan6.com, Veles - Veles terkenal dengan kerajinan porselen di seluruh Yugoslavia. Namun, kini, kota itu dijadikan markas pengelolaan berita-berita palsu.
Kota pinggiran sungai yang suram di Makedonia itu adalah rumah bagi puluhan operator laman yang memproduksi cerita palsu untuk menarik perhatian warga Amerika Serikat. Tiap klik iklan memenuhi pundi-pundi di rekening bank mereka.
Baca Juga
Dikutip dari CNNMoney, pada Kamis (14/9/2017), skala pabrik berita palsu itu sudah bak industri. Lebih dari 100 situs yang dirunut berujung di kota ini saat minggu terakhir kampanye Pemilihan Presiden AS 2016 lalu.
Advertisement
Para pembuat berita palsu ini diduga dipesan oleh kubu dari Partai Republik yang mencalonkan Donald Trump sebagai presiden. Memuluskan jalan miliarder nyentrik ke Gedung Putih.
Salah satu pioner pembuat berita palsu adalah pria berperangai lembut yang drop-out dari sekolah hukum. Tak ingin akun onlinenya diputuskan, kepada CNNMoney pria 24 tahun itu mengaku bernama Mikhail.
Mikhail memiliki berbagai macam pribadi di malam hari. Di dunia maya, ia mengaku bernama Jesica, seorang Amerika yang kerap mem-posting meme Trump di Facebook.
Situs dan laman Facebook yang 'Jesica' kelola digunakan untuk memikat pembaca konservatif di AS
Isinya sangat politis dan kadang melenceng dari fakta. Tapi, Mikhail tak peduli. "Saya tak peduli, karena orang akan membacanya," kata Mikhail.
"Di usia 22 tahun, saya menghasilkan uang paling banyak di seluruh warga Makedonia," bualnya.
Mikhail mengklaim ia mendapatkan US$2.500 per hari dari iklan yang ia dapatkan di situs. Sementara, rata-rata pendapatan bulanan warga Makedonia hanya sekitar US$426.
Keuntungan didapat dari layanan iklan seperti Google's AdSense, yang menargetkan iklan di seluruh situs. Tiap klik pariwara itu, akan mendatangkan dolar bagi pencipta konten.
Mikhail mengatakan ia menggunakan keuntungan itu untuk membeli rumah dan menyekolahkan adik perempuannya yang terkecil.
Mikhail mengklaim ia pernah memiliki 15 anak buah, termasuk dua penulis di AS. Mereka membuat cerita juga berinteraksi dengan fans. Situs dia terakhir memiliki 1,5 juta pengikut di Facebook. Kebanyakan dari AS.
Situsnya telah ditutup beberapa bulan lalu setelah Facebook dan Google memulai usahanya untuk memerangi laman-laman berita bohong.
Mikhail kini tengah mencari strategi baru. Namun, target berikutnya jelas: pemilu presiden AS 2020 mendatang.
"Tujuan utama saya adalah menyiapkan situs seperti yang pernah saya buat, bersiap untuk pilpres AS mendatang," ujarnya mantap.
Jagoan di Balik Produksi Berita Palsu
Mirko Ceselkoski memiliki pengalaman lebih dari satu dekade untuk mengelola situs berita yang menargetkan pembaca Amerika Serikat.
Dia memulai dengan situs tentang tips kesehatan yang berlebihan, mobil CC besar dan gosip selebritas. Tak lama kemudian, dia menemukan berita palsu ternyata lebih menguntungkan.
Mirko kini menghabiskan waktunya untuk mengajar pemuda-pemudi Makedonia, termasuk kaum muda di Veles sebagai ujung tombak industri berita hoax. Kepada muridnya ia mengatakan, "Kalian akan mendapatkan setidaknya US$ 1.200 per bulan jika bisa memiliki situs macam ini."
"Ada semacam komunitas anak muda yang besar di sana... tak ada yang bisa menghentikan mereka," katanya. "Pekerjaan ini bak api... menyebar ke mana-mana."
Mirko mengestimasi ada sekitar 100 muridnya yang kini mengoperasikan sejumlah situs politik AS.
Ia membantu murid-muridnya membuat website yang tampaknya profesional, mirip situs terlegitimasi dengan banner news sticker, "Breaking News".
Mereka pernah memiliki situs seperti usaelectionnews.com, everydaynews.us hingga trumpvision365.com.
Para muridnya juga belajar mencari cerita yang viral. Triknya, kata Ceselkoski, mencari cerita legit yang sudah menjadi trending di AS, lalu kemudian, "membuat kisah itu lebih sensasional."
"Judul memainkan peran kunci," tegasnya.
Mirko mengklaim telah membuat setidaknya empat muridnya telah menjadi jutawan. Dan banyak murid lainnya membeli mobil mewah seperti Porsche, Mercedes, dan BWM. Lainnya, memiliki sejumlah properti. CNNMoney tidak bisa memverifikasi klaim itu.
Didukung Otoritas
Tak seperti pendahulunya, pemerintah Makedonia yang baru -- dipilih pada Mei lalu-- mengkritik industri di Veles.
"Kami akan melakukan sebuah inisiatif untuk memulai upaya terkoordinasi global untuk mengatasi berita palsu dan juga mendorong masyarakat sipil kita untuk membantu pencegahan fenomena ini dengan menciptakan alat untuk mendeteksi berita palsu," kata juru bicara pemerintah Mile Boshnjakovski.
Tapi pengusaha berita palsu masih menikmati setidaknya satu pendukung resmi: Wali Kota Veles, Slavcho Chadiev. "Itulah cara Anda menghasilkan uang dengan sangat cepat," katanya tentang berita palsu. "Kami bahkan tidak mencoba menghentikannya."
Sangat mudah untuk melihat daya pikatnya: hampir setengah dari orang Makedonia muda menganggur, dan pabrik-pabrik yang terlantar mendominasi cakrawala di Veles.
Chadiev mengatakan bahwa dia pernah menawari salah satu produser berita palsu muda kota tersebut untuk bekerja di komputer untuk balai kota, namun gaji bulanannya adalah setengah dari apa yang mereka hasilkan dalam satu hari online.
Meski begitu, dia bangga Veles sekarang berada di peta dunia.
"Yang paling penting dalam situasi ini adalah undang-undang di negara ini tidak rusak," katanya. "Tidak ada yang ilegal."
Chadiev mengatakan apa yang produsen berita palsu lakukan tidak berbeda dengan kebohongan yang ditulis wartawan lain tentang dirinya. "Tidak ada moralitas dalam politik," tegasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement
Facebook dan Google Melawan
Dalam minggu-minggu setelah pemilihan presiden AS 2016, para pakar, politisi dan pemain teknologi semuanya berusaha untuk mengetahui apakah berita palsu telah memengaruhi hasilnya.
Hillary Clinton secara terbuka menghukum "orang-orang di Macedonia yang menjalankan situs berita palsu ini," dan menduga mereka bekerja dengan Rusia. New Yorker melaporkan bahwa Presiden Obama menghabiskan waktu seharian setelah kemenangan Trump untuk berbicara "hampir secara obsesif" dengan para penasihat tentang cerita-cerita yang keluar dari Veles.
CEO Facebook Mark Zuckerberg pada awalnya skeptis tentang pengaruh Facebook pada hasil pemilihan.
Namun, dia mengubah pernyataannya, dan mengumumkan serangkaian tindakan yang dirancang untuk mengendalikan penyebaran berita palsu.
Facebook mengatakan bahwa mereka menemukan akun berita palsu dengan mencari beberapa pola aktivitas tertentu - mengulangi posting konten yang sama, atau peningkatan tiba-tiba dalam perpesanan.
Kegiatan memberi label peringatan pada cerita palsu di beberapa negara, dan perusahaan juga telah mengambil langkah untuk melemahkan model bisnis penerbit berita palsu.
Pada bulan September, Facebook mengatakan kepada penyelidik Kongres AS bahwa pihaknya menjual sekitar US$ 100.000 iklan politik ke sebuah perusahaan Rusia yang menargetkan pemilih Amerika selama pilpres 2016.
Beberapa produsen berita palsu di Veles mengatakan bahwa mereka juga telah membayar iklan di Facebook, namun perusahaan sosial media tersebut menolak menjawab pertanyaan dari CNN mengenai apakah mereka telah melacak penjualan di Makedonia.
Google juga ikut dalam memerangi berita palsu. Meski demikian, Google menolak untuk membagikan data spesifik tentang jumlah akun iklan yang telah ditutup di Macedonia. Namun, sistem otomatis mendeteksi "penerbit buruk", dan terus berkembang setiap saat. Perusahaan juga memiliki tim penegakan khusus yang mengulas situs.
Tiga produsen berita palsu di Veles mengatakan bahwa akun iklan Google mereka diskors dalam beberapa bulan terakhir, dan halaman penggemar Facebook mereka telah diblokir. Beberapa lainnya mengatakan mereka mengenal orang yang pernah mengalami hal yang sama.
Meski demikian, produsen berita palsu bertekad untuk mengambil kontrol. Salah satu taktik baru adalah membeli akun Facebook yang sah dari anak-anak muda seharga US$ 2,40 sebelum mengganti namanya menjadi lebih terdengar seperti orang Amerika Serikat. Sebagian besar postingan akan berisi tentang Trump, menurut Mikhail.
"Saya mungkin akan posting tentang Hillary, Bernie Sanders tapi saya tidak dibayar cukup untuk itu," ujar Mikhail.