Tiangong-1, Stasiun Angkasa Luar China Menanti Ajal Jatuh ke Bumi

Setelah berbulan-bulan tak ada kabar pasca-lima tahun hilang dari peluncurannya pada 2011, China memastikan satelit itu akan jatuh ke Bumi.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 13 Okt 2017, 15:01 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2017, 15:01 WIB
Tiangong
Ilustrasi wahana angkasa Tiangong-1 milik China. (Sumber (Adrian Mann/Bisbos.com)

Liputan6.com, Beijing - Stasiun angkasa luar Tiangong-1 yang pada tahun lalu dilaporkan kehilangan kontrol, kini terdeteksi memasuki atmosfer.

Stasiun luar angkasa berbobot 8,5 ton milik China itu diprediksi akan jatuh ke Bumi dalam waktu beberapa bulan ke depan.

Tiangong-1 atau berarti 'Istana Surgawi' diluncurkan dari Bumi pada September 2011. Stasiun luar angkasa itu adalah 'sebuah simbol politik' China yang berambisi menjadi negara superpower.

Melansir The Guardian pada Jumat (13/10/2017) satelit itu digunakan untuk misi berawak dan tidak berawak. Tiangong-1 pernah dikunjungi oleh astronot wanita China pertama, Liu Yang, pada tahun 2012.

Namun pada 2016, setelah dilaporkan hilang dan berbulan-bulan spekulasi, pejabat China mengonfirmasi bahwa mereka telah kehilangan kendali atas stasiun luar angkasa itu. Para penjabat Tiongkok memastikan proyek kebanggaannya itu akan menabrak Bumi pada akhir 2017 atau awal 2018.

Semenjak saat itu, Badan Antariksa China memberitahukan kepada PBB bahwa mereka memprediksi Tiangong-1 akan jatuh antara bulan Oktober 2017 dan April 2018. Orbit stasiun secara stabil dilaporkan makin lama makin hancur.

Dalam beberapa pekan terakhir ini satelit itu telah masuk ke atmosfer Bumi yang lebih padat dan mulai turun lebih cepat.

"Sekarang perigee (jarak orbit benda antariksa ke Bumi --dalam hal ini satelit itu) telah berada di bawah 300 km dan dekat di atmosfer yang lebih padat, tingkat kerusakan semakin tinggi," kata Jonathan McDowell, astrofisikawan terkenal dari Harvard University dan penggemar industri luar angkasa.

"Saya berharap satelit yang menanti ajal itu akan jatuh ke Bumi dalam beberapa bulan dari sekarang - akhir 2017 atau awal 2018."

Meskipun sebagian besar body satelit itu akan terbakar di atmosfer, McDowell mengatakan sisanya yang mungkin lebih dari 100 kg akan jatuh ke permukaan Bumi.

Kemungkinan itu bisa terjadi dan probabilitas melukai manusia sangatlah tinggi.

Meski demikian, China mengatakan kepada Committee on the Peaceful Uses of Outer Space dari PBB, kemungkinan sisa dari tubuh satelit itu akan jatuh ke daerah terpencil di Tiongkok.

Beijing memperkirakan, benda itu akan jatuh pada Bulan Mei mendatang dan berjanji kepada PBB mereka akan menginformasikan kepada dunia internasional.

Namun, McDowell mengatakan, prediksi di mana satelit itu akan jatuh adalah hal yang mustahil. Bahkan di hari-hari menjelang jatuhnya satelit itu ke Bumi.

"Anda benar-benar tidak bisa mengendalikan hal-hal ini," katanya pada 2016.

"Bahkan beberapa hari sebelum jatuh ke Bumi. Mungkin kita tidak tahu di mana satelit itu akan tiba di Bumi, bahkan di mana benda itu akan jatuh enam atau tujuh jam sebelumnya, kita tak pernah bisa memprediksikannya," lanjutnya.

McDowell mengatakan sedikit perubahan atmosfer bisa mengubah lokasi pendaratan "dari satu benua ke benua berikutnya".

Sejauh ini tidak pernah ada laporan sisa benda antariksa yang masuk ke Bumi telah melukai manusia.

Pada tahun 1991, sebuah stasiun antariksa milik Soviet, Union Salyut 7 mendarat ke Bumi saat masih berlabuh ke pesawat angkasa luar lain yang berkapasitas 20 ton yang disebut Cosmos 1686.

Mereka hancur di atas Argentina, menyebarkan puing-puing di atas kota Capitán Bermúdez.

Stasiun luar angkasa Skylab seberat 77-ton meluncur ke Bumi dalam kecepatan yang hampir tidak terkendali pada tahun 1979. Beberapa potongan besar mendarat di luar Perth di Australia Barat.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya