Liputan6.com, Kota Vatikan - Paus Fransiskus mendesak umat Katolik Roma untuk tak mengabaikan penderitaan jutaan migran yang terpaksa melarikan diri dari tanah mereka. Hal itu disampaikannya dalam Misa Malam Natal di Vatikan.
Banyak migran, kata Paus Fransikus, dipaksa melarikan diri dari pemimpin yang mati rasa dengan tumpahnya darah orang-orang yang tak berdosa.
Dikutip dari BBC, Senin (25/12/2017), jumlah pengungsi di seluruh dunia melebihi 22 juta, dengan arus masuk terakhir adalah warga Rohingya yang melarikan diri di Myanmar.
Advertisement
Paus Fransiskus pun menceritakan kisah perjalanan Maria dan Yusuf dari Nazaret ke Bethlehem. Namun, mereka tak menemukan tempat tinggal.
Baca Juga
"Begitu banyak jejak lain yang tersembunyi dalam jejak Yusuf dan Maria," ujar Paus Argentina berusia 81 tahun itu kepada para jemaah di Basilika St Peter's.
"Kita melihat jejak jutaan orang yang tidak sengaja memilih pergi, tapi diusri dari tanah air mereka, meninggalkan apa yang mereka sayangi," ujar cucu dari seorang imigran Italia itu.
Paus Fransiskus itu juga menekankan bahwa agama mereka menuntut agar para imigran disambut dimana pun.
Paus Fransiskus Sebut Natal Telah 'Disandera' Materialisme
Pada Misa Malam Natal 2016, Paus Fransiskus mengatakan, makna sesungguhnya dari Natal telah tenggelam oleh matrealisme.
Dalam kesempatan itu, Paus Fransiskus juga menyebut soal mereka yang menghadapi kelaparan, bahaya yang harus dihadapi dalam rute migrasi, dan pemboman di sejumlah kota-kota Suriah seperti Aleppo.
Dalam Misa tersebut, Paus Fransiskus juga mengatakan bahwa Natal telah disandera oleh materialisme dan membutuhkan lebih banyak kerendahan hati.
Selama beberapa tahun terakhir, Paus telah menyerukan belas kasih terhadap pengungsi, dan mendesak umat Kristiani untuk mengingat bahwa Yesus sendiri adalah seorang migran.
Seperti dilansir The Guardian, Paus Francis yang terkenal akan pada pembelaannya terhadap kaum miskin selama kepausannya, mengatakan bahwa bayi Yesus harusnya mengingatkan semua orang dari kaum yang menderita hari ini, terutama anak-anak.
"Mari kita membiarkan diri kita ditegur oleh anak-anak dunia saat ini, yang tidak berbaring di sebuah pondok dengan belaian kasih sayang dari ibu dan ayah, melainkan tempat terlantar yang menelan kehormatan: bersembunyi di bawah tanah untuk kabur dari pemboman, pada trotoar di kota besar, di bagian bawah perahu yang sarat dengan imigran," ujar Paus Fransiskus.
Advertisement