Donald Trump Membantah Punya Hubungan Baik dengan Kim Jong-un

Presiden Amerika Serikat Donald Trump membantah jika dirinya mungkin memiliki hubungan baik dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 15 Jan 2018, 09:09 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2018, 09:09 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AFP Photo)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AFP Photo)

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump membantah jika dirinya mungkin memiliki hubungan baik dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

Bantahan itu sekaligus menyanggah sepenggal isi tulisan yang dimuat oleh The Wall Street Journal, di mana di dalamnya terdapat kutipan Trump yang mengatakan, "Saya mungkin memiliki hubungan baik dengan Kim Jong-un," kala diwawancarai oleh surat kabar tersebut beberapa hari lalu.

Kini, beberapa hari usai kutipan dan isi wawancara itu tersiar luas, sang Presiden ke-45 AS membantah pernyataan tersebut.

"Sangat jelas aku tidak berkata seperti itu," klaim Trump mengklarifikasi lewat akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump pada 14 Januari 2018, seperti dikutip dari The Washington Post (15/1/2018).

"Saya mengatakan; 'Saya AKAN menjalin hubungan baik dengan Kim Jong-un', sangat berbeda," lanjutnya.

Dalam rangkaian Tweet yang sama, Donald Trump kemudian menyindir reporter The WSJ yang mewawancarainya, serta menyebut berita yang dimuat dalam salah satu surat kabar dengan sirkulasi tertinggi di AS itu sebagai 'Fake News'.

"Sayangnya, berbagai pembicaraan kita direkam oleh reporter ... Dan mereka seharusnya tahu benar apa yang saya maksud dan katakan. Mereka hanya ingin cerita. FAKE NEWS!" kata Trump melalui @realDonaldTrump.

Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders (AFP)

Sementara itu, Sekretaris Pers Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders juga berpihak kepada Trump. Sanders, yang mengatakan juga memiliki rekaman wawancara tersebut, mengklaim bahwa The WSJ dengan sengaja salah mengutip perkataan sang presiden.

Ia juga mengatakan, "Lagi-lagi FAKE NEWS. Presiden Trump mengatakan 'Saya MUNGKIN AKAN memiliki hubungan baik dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un," kata Sanders lewat akun Twitte resminya @PressSec.

Sanders kemudian mengunggah porsi rekaman wawancara versi Gedung Putih yang berisi perkataan Trump ke Twitter.

Merespons komentar Trump, The WSJ menyatakan tetap mempertahankan isi kutipan, pewartaan, serta tulisan yang dipublikasikan dari hasil wawancara mereka dengan sang presiden -- yang dilaksanakan pada 11 Januari 2018.

"Kami telah meninjau rekaman wawancara dengan Presiden Trump beserta transkripnya. Kami tetap mempertahankan pewartaan tersebut," tulis The Wall Street Journal dalam akun Twitter resminya, @WSJ.

Surat kabar itu juga merilis porsi rekaman versi mereka melalui Twitter, yang berisi perkataan Trump.

Liputan6.com, yang mendengar kedua porsi wawancara -- baik yang dirilis oleh Sanders dan The WSJ -- cukup kesulitan membedakan apakah Trump mengatakan 'Saya Mungkin AKAN' (I'd probably) atau 'Saya Mungkin' (I probably).

Begitupun dengan The Washington Post, yang juga sulit membedakan perkataan Donald Trump tersebut.

Mungkin Akan Membuka Kesempatan Pertemuan Diplomatik

Diejek Tua, Donald Trump Balas Sebut Kim Jong Un Pendek-Gendut
Bagaimana jika dua kepala negara berdebat dan saling mengejek? Ini tanggapan Donald Trump saat diejek Kim Jong Un, pria tua.

Dalam wawancara tersebut, Presiden ke-45 AS itu juga mengatakan bahwa dirinya mungkin akan membuka kesempatan untuk melakukan pertemuan diplomatik dengan Korea Utara.

Kendati demikian, ketika ditanya apakah dirinya telah menjalin komunikasi dengan Korea Utara, Trump mengatakan kepada The WSJ, "Saya tak ingin mengomentari hal tersebut. Saya tak mengatakan 'saya pernah atau tidak pernah'. Hanya saja, saya tak mau mengomentari hal tersebut."

Meski begitu, komentar positif seputar Korut semacam itu bukanlah hal baru yang diutarakan oleh Donald Trump.

Pada November 2017, saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Vietnam -- sebagai bagian dari tur Asia-Pasifik -- Trump pernah mengatakan bahwa 'berteman dengan Kim Jong-un adalah sesuatu yang aneh, tapi bisa saja terjadi'.

Sementara itu, ketika ditanya oleh The WSJ seputar aksi saling balas retorika agresif dengan Kim Jong-un, Trump secara implisit menyatakan bahwa hal itu merupakan bagian dari 'strategi'-nya dalam menanggapi isu Korea Utara.

Usai Dialog Korut-Korsel

Menteri Unifikasi Korea Selatan Cho Myoung-gyon (kanan) berjabat tangan dengan Ketua Komite Reunifikasi Damai Korea Utara Ri Son Gwon dalam pertemuan di DMZ. (Korea Pool/Yonhap via AP)
Menteri Unifikasi Korea Selatan Cho Myoung-gyon (kanan) berjabat tangan dengan Ketua Komite Reunifikasi Damai Korea Utara Ri Son Gwon dalam pertemuan di DMZ. (Korea Pool/Yonhap via AP)

Komentar Donald Trump itu muncul beberapa hari setelah diadakannya pertemuan oleh Korea Utara dan Korea Selatan dalam mempersiapkan Olimpiaden Musim Dingin di PyeongChang Februari 2018.

Dialog itu menghasilkan beberapa kesepakatan, salah satunya, keharusan AS dan Korsel untuk menunda seluruh latihan militer di kawasan Semenanjung Korea hingga gelaran Olimpiade selesai.

Ketika ditanya oleh The Wall Street Journal seputar hasil dialog itu, Trump mengatakan bahwa langkah tersebut, "Memberikan pesan yang baik untuk Korea Utara."

Usai dialog itu, Donald Trump juga mengatakan bahwa 'Amerika Serikat bersedia untuk berbicara dengan Pyongyang, dalam kondisi yang tepat'.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya