Liputan6.com, London - Sebuah penelitian ilmiah terbaru menyebut bahwa atmosfer planet Uranus memiliki bau menyerupai telur busuk. Fakta tersebut didapat dari hasil pengamatan spektroskopi sensitif melalui teleskop Gemini North.
Bau busuk pada planet Uranus berasal dari kandungan hidrogen sulfida, yakni gas beracun sejenis belerang yang memiliki karakter bau busuk.
Dikutip dari NY Daily News pada Rabu (25/4/2018), temuan yang dimuat di jurnal Nature Astronomy itu merupakan hasil penelitian kolaborasi antara ilmuwan dari California Institute of Technology, University of Leicester, dan University of Oxford.
Advertisement
Baca Juga
Para peneliti menganalisis pantulan matahari dari awan untuk menyimpulkan apa yang mereka teliti, dengan menggunakan Medan Spektrometer Dekat berbasis sinar infra merah (NIFS).
"Kami mampu mendeteksi dengan jelas berkat kepekaan NIFS yang ada pada (teleskop) Gemini," ujar Patrick Irwin, seorang profesor fisika planet dari University of Oxford.
Ketika titik-titik pantul yang diteliti tidak segera mencapai tepian ruang deteksi, peneliti menduga ada ketidakteraturan komposisi gas pada atmosfer Uranus.
Teleskop Gemini North membantu peneliti mengamati ketidakteraturan tersebut, dan kemudian mengkalkulasikannya secara kimia guna mengetahui kemungkinan kombinasi gas yang tercipta di lingkup atmosfernya.
Menurut Irwin, kombinasi gas tersebut tersusun atas gas hidrogen, helium, dan metana yang berisiko menaikkan suhu atmosfer Uranus hingga mencapai 200 derajat Celcius.
Jika manusia masuk ke kondisi ekstrem tersebut, maka kemungkinan besar akan mengalami gangguan napas, bahkan sebelum mencapai lapisan atmosfer utama planet Uranus.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Ekspedisi ke Planet Uranus Dimulai pada 2030
Sementara itu, setelah Mars, Jupiter, Saturnus, dan Pluto, NASA mulai fokus untuk menyiapkan proyek besar mengekspedisi planet Uranus dan Neptunus.
Proyek yang sebetulnya sudah direncanakan sejak September 2015 itu baru bisa direalisasikan sekarang.
Bagaimana pun, NASAÂ masih harus menggagas sejumlah inovasi teknologi mumpuni, agar pesawat luar angkasanya bisa terbang ke orbit planet berjuluk 'Planet Kekasih' tersebut.
Jadi, jika dihitung-hitung, ekspedisi Uranus dan Neptunus baru bisa dimulai pada 2030. Itu juga baru Uranus. Sementara untuk Neptunus, kemungkinan besar dimulai pada pertengahan 2030 atau setelah 2040.
Tujuan utama ekspedisi tersebut tidak lain adalah untuk memantau ekosistem kedua planet.
Tak cuma itu, Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut juga ingin mencari tahu material planet terbuat dari apa, serta komposisi atmosfer yang melapisi planet.
Para ilmuwan NASA juga berharap, ekspedisi bisa meneliti iklim planet secara keseluruhan. Jika proses penelitian rampung, barulah mereka dapat menyimpulkan seperti apa bobot kontribusi kedua planet ini terhadap Tata Surya.
Advertisement