Maju Mundur Pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un di Singapura

Donald Trump dipastikan akan bertemu dengan Kim Jong-un di Singapura pada 12 Juni 2018 mendatang.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 02 Jun 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2018, 12:00 WIB
Gina Haspel Dilantik Jadi Direktur Wanita CIA Pertama
Presiden AS Donald Trump memeluk Gina Haspel seusai pengambilan sumpah sebagai Direktur CIA yang baru di markas CIA, Virginia, Senin (21/5). Haspel menggantikan Mike Pompeo, yang ditunjuk menjadi Menteri Luar Negeri AS (AFP PHOTO/SAUL LOEB)

Liputan6.com, Washington DC - Donald Trump dipastikan akan bertemu dengan Kim Jong-un di Singapura pada 12 Juni 2018 mendatang. Pengumuman tersebut disampaikan sendiri oleh Presiden Amerika Serikat tersebut setelah bertemu utusan Korea Utara di Gedung Putih.

Utusan Kim Jong-un, Jenderal Kim Yong-chol menyerahkan sepucuk surat dari pemimpinnya secara langsung ke Donald Trump.

Miliarder nyentrik itu awalnya mengatakan, isi surat tersebut 'sangat menarik'. Namun, belakangan, saat konferensi pers, ia mengaku belum membukanya.

Kepada para jurnalis Gedung Putih, Trump mengatakan, isu penghentian Perang Korea secara resmi akan dibicarakan di Singapura.

Dua Korea secara de facto masih berperang. Sebab, perang yang berlangsung pada 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai seperti semestinya.

"Kami akan bertemu pada 12 Juni di Singapura. Itu berjalan dengan sangat baik," kata Donald Trump, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (2/6/2018).

"Kami harus mengenal terlebih dulu orang-orang mereka dengan sangat baik," tambah dia.

Meski demikian, suami Melania Trump itu memperingatkan, pertemuan di Singapura mungkin tidak akan bermuara pada kesepakatan final terkait program nuklir Korea Utara yang kontroversial.

"Saya tak pernah mengatakan bahwa itu akan selesai dalam satu pertemuan. Butuh proses, namun hubungan telah terjalin (antara AS dan Korut) dan itu sangat positif," kata Donald Trump.

Pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un akan tercatat dalam sejarah sebagai momentum perdana presiden AS duduk bersama dengan pemimpin Korut. Sebelumnya, kedua negara saling bermusuhan.

Trump menawarkan bantuan untuk membangun kembali perekonomian Korut, jika negara paling menutup diri di dunia itu mengenyahkan senjata nuklirnya.

Di sisi lain, Kim Jong-un mengaku berkomitmen mewujudkan denuklirisasi. Namun, apa saja tuntutan yang ia ajukan, belum jelas.

Kunjungan Jenderal Kim Yong-chol ke Washington DC dilakukan sehari setelah dia bertemu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di New York.

Pompeo mengatakan, menggambarkan pembicaraan mereka tentang denuklirisasi sebagai hal yang 'substantif'.

"Presiden Trump dan saya percaya, Chairman Kim adalah tipe pemimpin yang dapat membuat keputusan semacam itu. Dalam beberapa minggu dan beberapa bulan mendatang, kita akan memiliki kesempatan untuk menguji apakah komitmen tersebut benar atau tidak," kata dia.

Menurut sumber pejabat, dalam suratnya, Kim Jong-un dilaporkan menyatakan minatnya untuk bertemu Donald Trump, namun tanpa konsesi atau ancaman yang signifikan terkait denuklirisasi, demikian dilaporkan Wall Street Journal.

Korut mengklaim telah mengembangkan senjata nuklir yang cukup kecil untuk dimasukkan dan dibawa oleh rudal jarak jauh. Meski, belum ada verifikasi sahih soal itu.

Upaya untuk bernegosiasi dengan Korea Utara telah gagal sebelumnya. Harapan kembali muncul setelah pihak Pyongyang mengadakan pembicaraan langsung dengan Seoul. Disusul kemudian pertemuan bersejarah dua pemimpin Korea digelar pada April 2018.

 

Saksikan juga video menarik soal Donald Trump dan Kim Jong-un di bawah ini:

Maju Mundur Pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un

Pejabat Korut ke AS untuk Bahas Pertemuan Trump dan Kim Jong-un
Pejabat tinggi Korea Utara, Kim Yong Chol (tengah) meninggalkan sebuah hotel di New York, Rabu (30/5). Tangan kanan Kim Jong Un itu berkunjung ke Amerika Serikat (AS) untuk membicarakan pertemuan dengan Donald Trump di Singapura. (AP/Andres Kudacki)

Singapura dipilih menjadi lokasi pertemuan antara Donald Trump dan Kim Jong-un, menyingkirkan China, Mongolia, bahkan zona demiliterisasi (DMZ) di Korea Selatan. Harinya pun telah dipilih, yakni 12 Juni 2018. 

Namun, jelang pertemuan yang tinggal hitungan hari, sejumlah perkembangan terjadi. Pertemuan bersejarah itu pun nyaris batal.

Pada 16 Mei 2018, Korea Utada menyatakan, pihaknya mungkin menarik dari KTT tersebut. Pyongyang menuduh AS mengeluarkan pernyataan sembrono dan memiliki niat jahat.

Giliran AS yang bersuara pada 24 Mei 2018. Donald Trump memutuskan membatalkan pertemuan tersebut. Ia menyalahkan "kemarahan luar biasa dan permusuhan terbuka" dari Utara.

Namun, pada 26 Mei 2018, Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in bertemu kembali di perbatasan kedua negara. Mereka melakukan pembicaraan.

Dan akhirnya, pada 1 Juni 2018,  Utusan Khusus Korea Utara, Jenderal Kim Yong-chol menyampaikan surat dari Kim Jong-un untuk Donald Trump di Gedung Putih.

Donald Trump pun mengatakan, KTT di Singapura pada 12 Juni  2018 jadi dilaksanakan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya