Ingin Mendominasi Angkasa Luar, Donald Trump Bentuk Pasukan Antariksa AS

Presiden Donald Trump pada Senin, 18 Juni memerintahkan pemerintah Amerika Serikat untuk membentuk pasukan antariksa.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 19 Jun 2018, 16:07 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2018, 16:07 WIB
Setengah Juta Warga Buat Petisi Hapus Hak Trump Luncurkan Nuklir
Presiden AS Donald Trump (Brendan Smialowski / AFP)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Donald Trump pada Senin, 18 Juni memerintahkan pemerintah Amerika Serikat untuk membentuk pasukan antariksa.

Jika terwujud, hal itu kelak menjadikan Angkatan Bersenjata AS memiliki total enam cabang militer, bersama Angkatan Darat (US Army), Angkatan Laut (US Navy), Korps Marinir (US Marine Corps), Angkatan Udara (US Air Force), dan Penjaga Pantai (US Coast Guard).

Trump menyebut bahwa langkah tersebut ditujukan untuk membuat AS "mendominasi ruang angkasa". Demikian seperti dikutip dari ABC News, Selasa (19/6/2018).

"Tak cukup dengan hanya sekadar hadir di angkasa luar," kata Donald Trump dalam pidato di hadapan National Space Council Senin 18 Juni.

"Kita harus mendominasi antariksa. Dengan ini, saya memerintahkan Kementerian Pertahanan dan Pentagon untuk segera memulai proses yang diperlukan untuk mendirikan pasukan antariksa sebagai cabang militer keenam angkatan bersenjata AS

"Kita (sudah) memiliki Angkatan Udara dan kita akan memiliki pasukan antariksa. Terpisah tapi setara. Itu akan menjadi sesuatu," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS (Joint Chiefs of Staff) Jenderal Joseph Dunford mengafirmasi dengan mengatakan, "kami mengerti."

Anggota Joint Chiefs of Staff lain yang anonim mengatakan kepada wartawan bahwa "antariksa adalah salah satu domain pertempuran" dalam doktrin militer, dan mengafirmasi bahwa para panglima akan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan untuk mewujudkan arahan Donald Trump.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Sikap Kemhan dan Menhan AS

Menteri Pertahanan AS James Mattis
Menteri Pertahanan AS James Mattis (AP Photo/Alex Brandon)

Menyikapi titah Trump, Juru Bicara Kemhan AS Dana White mengatakan dalam kesempatan terpisah bahwa Angkatan Bersenjata AS dan Kementerian Pertahanan akan bekerja sama dengan Kongres serta pemangku kepentingan lain untuk menindaklanjuti kebijakan tersebut.

"Kami memahami arahan Presiden. Dewan Kebijakan Kemhan AS akan memulai bekerja terhadap arahan tersebut, yang akan berimplikasi bagi operasi intelijen bagi AU, AD, Marinir, dan AL," kata White.

Akan tetapi, Menhan James Mattis telah menolak gagasan bahwa Angkatan Bersenjata AS harus memiliki pasukan antariksa yang berdiri mandiri --yang mana pada saat ini, domain antariksa masih menjadi tanggung jawab operasional Angkatan Udara di bawah kendali Komando Antariksa AU AS (Air Force Space Command).

Dalam sebuah surat musim panas lalu kepada Anggota Kongres Mike Turner --salah satu legislator yang mempelopori upaya pembentukan pasukan antariksa-- Mattis menentang gagasan tersebut.

"Pada saat kami (Kemhan AS) mencoba untuk mengintegrasikan fungsi dan kinerja antar departemen cabang militer Angkatan Bersenjata AS, saya tak ingin menambah pekerjaan dengan berdirinya sebuah cabang militer baru, yang justru akan mempersempit ruang gerak operasi militer AS di antariksa," tulis Mattis.

Di sisi lain, beberapa jenderal senior di AU AS juga telah menyatakan keberatan kepada Kongres mengenai perihal yang sama.

Didukung NASA

Ilustrasi astronot
Ilustrasi (NASA)

Sementara itu, Badan Antariksa AS atau NASA sangat mendukung langkah Trump, menyebutnya sebagai sebuah kebijakan yang "akan membawa keberlanjutan dan fokus mendalam bagi proyek antariksa demi memperkuat kepemimpinan Amerika" secara global.

"Ketika kita semakin bersemangat untuk menjelajah ruang angkasa, pada saat yang sama telah banyak pihak yang sudah meluncurkan satelit ke orbit dan menambah rumit dunia ke-antariksa-an pada masa mendatang," kata kepala NASA Jim Bridenstine.

Lebih lanjut, Bridenstine mengatakan bahwa kebijakan Trump akan "Memberikan inisiatif demi menjamin bahwa Amerika adalah pemimpin dalam menyajikan lingkungan yang aman, ketika 'lalu-lintas' di angkasa luar semakin meningkat."

Ambisi Trump

Trump mempublikasikan rencana tersebut untuk pertama kali pada Maret 2018 lalu, di mana ia menyebut bahwa "Antariksa merupakan wilayah perang, sama seperti tanah, udara, dan laut."

"Dan pasukan kita akan menjadi hal vital untuk memastikan bahwa Amerika memimpin jalan menuju bintang," imbuh Trump dalam perkumpulan personel militer di Miramar Marine Corps Air Station, San Diego, California.

Dalam melihat antariksa melalui lensa keamanan nasional, Trump kembali menyebut untuk memperkuat eksplorasi ruang angkasa Amerika. Tahun lalu, ia menandatangani sebuah arahan yang berusaha menghidupkan kembali program antariksa negara itu.

Selain itu, seperti dikutip dari The Independent, misi penjelajahan dan pendaratan di Mars juga menjadi salah satu fokus Trump. Saat menandatangani arahan kebijakan angkasa luar, ia berbicara tentang membangun sebuah yayasan untuk mewujudkan misi ke Mars dan tempat lain di antariksa.

'Space Race'

Perlombaan untuk meraih status digdaya di antariksa (space race) telah lama dilakukan sejak era Perang Dingin dengan aktor utama yang terdiri dari AS dan Uni Soviet beserta koalisi keduanya. Namun, pada Abad ke-21, persaingan tak hanya terjadi di antara AS - Rusia (sebagai 'pewaris' Soviet), melainkan juga negara 'kekuatan antariksa baru' lain seperti India, China, Pakistan, dan Korea Utara, serta firma-firma swasta seperti SpaceX milik Elon Musk.

Peluncuran satelit yang makin murah dan mudah dikontrol, membuat makin banyak negara yang mengambil keuntungan dari sana.

"Karena kita tak memiliki ancaman yang cukup di Bumi, kita butuh melihat ke surga -- ancaman di antariksa," ujar direktur intelijen nasional, Daniel Coats, kepada Senate Intelligence Committee.

"Seluruh aktor akan memiliki peningkatan akses terhadap layanan informasi antariksa, seperti citra, cuaca, komunikasi, dan pelacakan, navigasi, dan waktu untuk keperluan intelijen, militer, ilmiah, atau bisnis," imbuh dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya