Liputan6.com, Bangkok - Seorang remaja dari salah satu negara termiskin dunia ini muncul sebagai pahlawan dalam misi penyelamatan gua Thailand. Siapa dia?
Namanya Adul Sam-on, seorang anggota tim sepak bola Wild Boars yang berusia 14 tahun. Seperti dikutip dari News.com.au, Kamis (12/7/2018), sosoknya dianggap memainkan peran penting dalam misi penyelamatan dramatis rekan-rekan dan pelatihnya.
Remaja itu mahir dalam lima bahasa: Inggris, Thailand, Burma, Mandarin dan Wa, bahasa yang digunakan di dekat perbatasan Myanmar dan China.
Advertisement
Pengetahuan Adul tentang bahasa Inggris sangat penting, karena itulah memungkinkan dia berbicara dengan penyelam penyelamat dari Inggris yang menemukannya bersama rekan-rekan dan sang pelatih setelah terjebak sembilan hari.
Saat ditemukan, Adul memberikan penjelasan kepada tim penyelamat tentang berapa lama mereka sudah berada di gua dan apa yang mereka butuhkan.
Angkatan Laut Thailand SEAL yang berada dalam tim penyelamat kemudian membagikan foto anak laki-laki itu tengah senyum lebar. Tidak peduli betapa mengerikan situasi yang dihadapinya, dia bisa tersenyum optimis.
"Saya Adul, saya sehat-sehat saja," kata remaja kurus di Thailand itu dalam sebuah video yang muncul beberapa jam setelah kelompok itu ditemukan. Dia juga menyampaikan salam tradisional Thailand "wai" untuk menunjukkan kesopanan.
"Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku tentang Adul adalah sikapnya yang baik. Dia memberi isyarat 'wai' kepada setiap guru yang mengajarnya, setiap saat," kata salah satu instrukturnya, Phannee Tiyaprom di Ban Pa Moead School kepada AFP.
Adul pun dipuji karena kemampuannya mahir berbahasa Inggris. Padahal, di negara itu kurang dari sepertiga penduduknya memahami bahasa tersebut.
Adul adalah satu-satunya yang bisa berkomunikasi dengan penyelam Inggris, yang menemukan anak-anak itu pada Senin malam, 2 Juli.
"Hari apa ini?" teriaknya seraya memberi tahu para penyelam bahwa mereka lapar dengan rekaman yang disiarkan ke seluruh dunia.
Ketika berita misi penyelamatan dari gua Thailand itu mendunia, latar belakang semua anak laki-laki tersebut pun dicari tahu.
Duganpet Promptep, sang kapten, masuk bersama tim sepak bolanya untuk mengatasi ketakutannya terhadap kegelapan. Sementara Peerapat Sompiangjai sedang merayakan hari ulang tahunnya pada hari ia berkelana bersama teman-teman ke gua.
Tetapi Adul memiliki salah satu kisah yang paling memilukan.
Orangtua anak itu menurunkannya di sebuah Gereja Baptis Thailand delapan tahun yang lalu, meminta agar pendeta dan istrinya merawatnya, The New York Times melaporkan.
Di wilayah Wa yang memiliki pemerintahan sendiri, tapi tak diakui oleh Myanmar atau secara internasional, pendidikan dan kesempatan kerja adalah hal langka.
Sebaliknya, wilayah itu dikenal marak perdagangan narkoba dan perang gerilya.
Akan tetapi, status Adul sebagai anak tanpa kewarganegaraan justru membuatnya unggul. Dia bahkan lebih pandai dari teman-teman sekelasnya.
Pemain sepak bola muda itu dikenal sebagai overachiever.
Overachiever adalah sebutan untuk orang yang dengan obsesi dalam meraih atau melakukan sesuatu. Identik dengan sifat percaya diri, ambisius, aktif, dan kompetitif. Hampir dalam segala hal, overachiever adalah orang yang berorientasi pada hasil, baik dalam prestasi akademik maupun persaingan bakat (pertandingan olahraga, musik, dan sebagainya).
Saksikan juga video berikut ini:
Sosok Serba Bisa
Menurut The Wall Street Journal, teman-teman dan gurunya menggambarkan Adul sebagai seorang yang serbabisa. Dia mampu memainkan tiga instrumen musik, telah memenangkan piala untuk setiap olahraga mulai dari bola voli hingga futsal, dan seorang siswa terbaik.
Dia adalah murid teratas di kelasnya di Sekolah Ban Wiang Phan di Mae Sai, dengan catatan akademis yang tak tertandingi.
"Sepak bola adalah hidupku," kata Adul kepada salah seorang sahabatnya, Luea-Boon Junta.
Kepala sekolah Adul, Phunawhit Thepsurin, menggambarkan remaja itu sebagai sosok berharga.
"Dia pandai dalam pelajaran dan olahraga ... dia membuat sekolah mendapat beberapa medali dan sertifikat atas prestasinya," kata Phunawhit Thepsurin kepada AFP.
Advertisement