Liputan6.com, Canberra - Baru-baru ini, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan akan mempertimbangkan pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Pihaknya juga mengatakan akan membahas kemungkinan memindahkan kedutaan besar dari Tel Aviv.
Jika ditindaklanjuti, menurut pengamat, langkah itu akan mengikuti pergeseran kebijakan Amerika Serikat, yang mengundang kecaman internasional.
PM Morrison mengatakan Australia tetap berkomitmen terhadap solusi dua negara dalam menangani konflik Israel-Palestina, demikian sebagaimana dikutip dari BBC, Selasa (16/10/2018).
Advertisement
Di sisi lain, lawan politik mengatakan komentar PM Morrison sebagai taktik "tipu muslihat" untuk menghadapi pemilihan umum yang krusial.
Baca Juga
Status Yerusalem adalah salah satu masalah yang paling diperebutkan antara Israel dan Palestina.
Presiden AS Donald Trump dikecam dunia internasional tahun lalu lantaran mengubah kebijakan luar negeri yang berusia beberapa dekade, dengan mengakui kota kuno Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Kedutaan AS dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem pada bulan Mei.
PM Morrison mengatakan dia akan berkonsultasi dengan kabinetnya dan negara-negara lain sebelum membuat keputusan.
"Kami berkomitmen untuk solusi dua negara, tetapi terus terang, itu belum berjalan dengan baik, tidak banyak kemajuan telah dibuat," katanya kepada wartawan pada Selasa.
Dia mengatakan mungkin bagi negaranya untuk mendukung solusi dua negara dan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel - sesuatu yang Australia asumsikan hingga kini tak layak.
Perdana menteri mengatakan satu skenario masa depan bisa melibatkan Australia mengakui ibu kota Otoritas Palestina di Yerusalem Timur dan ibu kota Israel di Yerusalem Barat.
"Australia harus berpikiran terbuka untuk isu ini," kata PM Morrison.
Menanggapi kabar terbaru dari Australia, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengetwit sikap setujunya pada Senin, dan mengatakan bahwa Negeri Zionis terbuka dengan pemikiran baru yang segar.
Pernyataan Morison disebut berbeda dengan pendahulunya, Malcolm Turnbull, yang mengesampingkan serua AS untuk memindahkan kedutaan Australia ke Yerusalem.
Simak video pilihan berikut:
PM Scott Morrison Dituduh Bersikap Opotunis
Pada hari Selasa ini, PM Scott Morrison mengatakan pemikirannya telah dipandu oleh mantan Duta Besar Australia untuk Israel, Dave Sharma.
Dubes Sharma adalah kandidat pemerintah dalam pemilihan sela, yang akan diadakan pada Sabtu, 20 Oktober, untuk mengisi kekosongan kursi yang ditinggalkan oleh Turnbull, setelah ia digulingkan sebagai perdana menteri.
Namun, ditegaskan PM Morrison, komentarnya tidak ditujukan untuk komunitas Yahudi yang sangat besar di Wentworth, di mana banyak pihak di dalamnya adalah pengendali bisnis nasional di Sydney.
Di lain pihak, pemimpin Senat oposisi Partai Buruh, Penny Wong, mengatakan PM Morrison bermain api. Dia menyebut hal itu sebagai permainan kata yang berbahaya dan menipu terkait kebijakan luar negeri Australia.
"(Scott Morrison) siap mengatakan apa pun jika dia berpikir itu dapat memenangkan suara untuknya, bahkan dengan mengorbankan kepentingan nasional Australia," kata Wong.
Advertisement