Berkonflik dengan Manusia, Gajah di Botswana akan Dijadikan Pakan Ternak

Pemerintah Botswana akan memperbolehkan perburuan gajah dan menjadikan bangkai hewan sebagai pakan ternak.

oleh Siti Khotimah diperbarui 23 Feb 2019, 18:02 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2019, 18:02 WIB
Ilustrasi Gajah (iStock)
Ilustrasi Gajah (iStock)

Liputan6.com, Gaborone - Pemerintah Botswana tengah mempertimbangkan pencabutan larangan berburu gajah, menyusul sejumlah kasus penyerangan hewan tersebut terhadap warga negara. Hal ini disampaikan oleh subkomite peninjau moratorium perburuan pada Kamis, 21 Februari 2019.

Sebuah laporan menteri kabinet juga mengatakan bahwa gajah yang kemudian mati karena diburu, akan digunakan untuk makanan hewan peliharaan, dikutip dari situs abc.net.au, Sabtu (23/2/2019).

Masyarakat yang bertempat tinggal di dekat habitat gajah mendukung pemberlakuan perburuan. Mereka beralasan bahwa jumlah konflik antara manusia dan satwa liar meningkat sejak larangan berburu diterapkan pada 2014.

Namun para konservasionis menyatakan bahwa sektor pariwisata yang menjadi andalan negara di benua Afrika Selatan itu akan menurun. Mengingat, gajah adalah salah satu primadona turis mancanegara.

Saat ini, memang terdapat 130.000 gajah di Afrika Selatan dengan Botswana merupakan habitat bagi sebagian besar hewan tersebut. 

Warga Menolak

Senada dengan konservasionis, beberapa warga Botswana juga menolak diperbolehkannya berburu.

"Gajah sama-sama makhluk hidup dan makhluk sosial seperti manusia. Mencabut larangan berburu, maka sama dengan menolak hak-hak mereka. Menembak mereka sama dengan membunuh manusia," kata Ashwin Kumar dalam balasan terhadap tweet pemerintah.

Sementara itu, pengguna akun @mulalamovement mengatakan bahwa sudah seharusnya berburu dilarang. Menurutnya, berkat pelarangan itu Botswana terdepan dalam menjaga satwa liar.

"Jangan cabut larangan. Tetap di jalur dan terus menjadi juara konservasi," katanya.

Rencana kontroversial ini akan dibahas oleh kabinet sebelum dikeluarkan sebagai keputusan final, sebagaimana dinyatakan oleh Presiden Botswana Mokgweetsi Masisi.

Selain itu, menanggapi kritik dari banyak pihak, Masisi menyatakan bahwa perburuan masih dilarang untuk sementara waktu. Hal ini berkaitan dengan beberapa spesies hewan yang tengah menurun.

"Aku berjanji akan mempertimbangkannya," kata Masisi.

"Kertas putih akan segera dibuat dan akan dibagikan kepada publik," pungkasnya.

 

Simak pula video pilihan berikut:

87 Gajah Botswana Ditemukan Mati Tanpa Gading

Gajah Afrika
Ilustrasi gajah Afrika yang terdapat di Botswana (Sumber AFP/Jewel Samad)

Sementara itu, belum lama ini puluhan gajah didapati mati di dekat tempat perlindungan satwa liar yang terkenal di Botswana.

Sebuah penyidikan menemukan sekitar 87 ekor gajah yang diambil gadingnya. Keseluruhan gajah itu terbunuh dalam tiga bulan terakhir.

Tak hanya gajah, ada sekitar lima badak putih yang juga diburu dalam tiga bulan terakhir. Diperkirakan bahwa perburuan ini dilakukan oleh sejumlah orang asing di negara tetangga yang menyeberangi perbatasan ke Botswana, demikian dikutip dari laman ABC Indonesia.

Mike Chase dari grup Elephants Without Borders mengatakan dia terkejut dengan temuan itu.

"Skala perburuan gajah sejauh ini adalah yang terbesar yang pernah saya lihat, atau baca di mana saja di Afrika hingga saat ini," katanya kepada BBC.

"Ini membutuhkan tindakan segera dari Pemerintah Botswana."

Populasi gajah Afrika telah merosot dari jutaan menjadi sedikitnya 415.000 hari ini. Di Tanzania saja, populasi gajah menurun 60 persen menjadi 43.000 antara 2009 dan 2014 menurut pengakuan pemerintah.

Bangkai ditemukan di dekat perlindungan satwa liar Okavango Delta yang dilindungi, yang terpencil di Botswana.

"Orang-orang memang memperingatkan kami tentang masalah perburuan yang akan datang dan kami pikir kami siap untuk itu," kata Dr Chase.

"Para pemburu sekarang mengarahkan senjata mereka ke Botswana. Kami memiliki populasi gajah terbesar di dunia dan musim terbuka bagi para pemburu gelap.

"Jelas kita perlu berbuat lebih banyak untuk menghentikan skala dari apa yang kami rekam pada survei," pungkas Dr Chase.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya