Liputan6.com, Moskow - Meteor berukuran raksasa meledak di atas permukaan Bumi di wilayah Kamchatka, daerah terpencil di Rusia. Sebelum hancur berkeping-keping, benda langit ini melayang di ketinggian 16 mil atau 25,7 km dan melepaskan energi 10 kali lebih dahsyat dari bom atom Hiroshima, kata NASA.
Bola api yang lebarnya beberapa meter itu, merobek atmosfer dengan kecepatan sekitar 71.000 mph pada 18 Desember 2018, kata para ilmuwan. Kemudian melepaskan energi yang setara dengan 173 kiloton TNT. Demikian seperti dikutip dari The Independent, Selasa (19/3/2019).
Baca Juga
Itu adalah ledakan terbesar kedua dari jenisnya dalam 20 tahun, setelah meteor yang meledak di Chelyabinsk, Rusia, enam tahun lalu. Meskipun tidak seperti pendahulunya, tidak ada seorang pun yang berhasil mengabadikan momen ketika meteor Kamchatka melintasi angkasa.
Advertisement
Lindley Johnson, perwira pertahanan planet di NASA, mengatakan kepada BBC News bahwa para ilmuwan telah meminta seluruh maskapai penerbangan yang terbang di atas Kamchatka bilamana mereka merekam meteor tersebut.
Menurut Johnson, fenomena itu berlangsung di atas Laut Bering, perairan dingin di Samudra Pasifik antara Rusia dan Alaska, bermil-mil dari daratan yang dihuni. Lokasi ini juga dekat rute yang digunakan oleh pesawat yang terbang antara Amerika Utara dan Asia.
NASA pertama kali diberitahu tentang ledakan meteor ini oleh Angkatan Udara Amerika Serikat, yang menangkan sinyal ledakan tersebut di satelit militer.
Pada 2013, ledakan meteor Chelyabinsk, yang dua setengah kali lebih kuat dari insiden Kamchatka, melukai lebih dari 1.000 orang dan mengirimkan gelombang kejut dua kali lipat ke seluruh Bumi.
Batuan sepanjang 17 meter itu meledak di ketinggian sekitar 18 mil atau 29 km dari Bumi. Tetapi daya ledaknya telah menghancurkan jendela di ribuan bangunan dan secara singkat, pancaran cahaya apinya bersinar lebih terang daripada matahari.
Insiden meteor Kamchatka adalah pengingat bahwa benda yang relatif besar masih bisa tiba di Bumi tanpa peringatan apa pun.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Meteor Hantu?
Gemuruh dampak meteor terekam pada detektor infrasound --stasiun yang mengukur gelombang suara frekuensi rendah yang tidak terdengar oleh telinga manusia-- di seluruh dunia. Bukti ini memberikan NASA data yang cukup untuk menarik beberapa kesimpulan dasar tentang meteor 'hantu' itu.
Menurut NASA, batuan tersebut berbobot sekitar 1.500 ton (1.360 metrik ton), berdiameter sekitar 32 kaki (10 meter), dan sedang melakukan perjalanan melalui atmosfer dengan kecepatan sekitar 71.582 mph (115.200 kilometer per jam) ketika meledak.
Ledakan itu terjadi sekitar 15,5 mil (25 km) di atas lautan dan meletus dengan energi yang setara dengan 173 kiloton TNT --sekitar 10 kali lipat energi bom atom yang diledakkan oleh AS di atas Hiroshima (Jepang) selama Perang Dunia II.
Kelompok pemantau asteroid dunia gagal melihat batu itu menuju ke arah Bumi karena ukurannya yang dinilai kecil. Alan Fitzsimmons, seorang astronom di Queen's University Belfast di Irlandia Utara, mengatakan kepada New Scientist bahwa sebagian besar teleskop modern hanya mampu mendeteksi objek dengan diameter beberapa ratus meter atau lebih.
Objek yang lebih kecil seperti meteor Kamchatka mudah dilewatkan. Di satu sisi, pemburu asteroid NASA mengkhawatirkan objek yang terdeteksi sedang melaju di dekat Bumi, berukuran 460 kaki (140 meter).
Menurut badan tersebut, meteor ini berpotensi untuk melenyapkan seluruh negara bagian AS jika dibiarkan memasuki atmosfer Bumi.
Advertisement