Liputan6.com, Canberra - Polisi Australia mengatakan pada Rabu, 27 Maret 2019 bahwa mereka telah menangkap seorang tersangka kasus narkoba asal Inggris yang mencoba melarikan diri ke Papua Nugini dengan jet ski.
Polisi perbatasan Negeri Kanguru mengatakan mereka menerima peringatan bahwa "seorang pria, diduga dipersenjatai dengan panah dan membawa bahan bakar serta pasokan cadangan, telah melarikan diri dengan jet ski" dari semenanjung ujung timur laut negara itu.
Advertisement
Baca Juga
Tersangka diketahui merupakan warga negara Inggris yang berusia 57 tahun yang menjadi target surat perintah penangkapan luar biasa atas tuduhan terkait narkoba di Australia Barat. Beberapa saat setelah mencoba melarikan diri, ia berhasil ditangkap di kubangan lumpur di sebuah pulau yang berjarak beberapa kilometer dari daratan Papua Nugini, sebagaimana dilansir dari VOA Indonesia pada Rabu (27/3/2019).
Menurut laporan, ia diketahui telah mengendarai jet ski sejauh sekitar 150 kilometer melintasi Selat Torres.
Pria itu kini sedang menunggu ekstradisi ke Australia Barat, dengan jet skinya diderek oleh petugas.
"Kami memiliki kemampuan untuk mendeteksi berbagai ancaman perbatasan, termasuk gerakan mencurigakan di seluruh wilayah," kata Pasukan Perbatasan Australia Jo Crooks.
"Siapa pun yang berpikir mereka dapat masuk atau meninggalkan Australia melalui wilayah ini tanpa terdeteksi nampaknya harus berpikir ulang," pungkasnya.
Simak pula video pilihan berikut:
Hal Sebaliknya Terjadi di Bangladesh
Kontras dengan kejadian di Australia, para pengedar narkoba di Bangladesh justru menyerahkan diri secara massal ke polisi. 100 orang tersangka itu mendatangi pihak berwenang pada Sabtu, 16 Februai 2019 lalu untuk meminta pengampunan.
Dalam upacara yang telah dijadwalkan sebelumnya di sebuah kota di pantai, seratusan pengedar narkoba berjanji untuk kembali ke kehidupan normal, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.
Peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya itu didorong oleh perang narkoba di Filipina, di mana tindakan tegas pemerintahan Rodrigo Duterte menyebabkan hampir 300 orang tewas, dan 25.000 lainnya ditangkap sejak Mei tahun lalu.
Tahun lalu, Bangladesh meluncurkan perang terhadap narkoba, menyusul proliferasi zat ilegal di negara Asia Selatan yang berpenduduk 165 juta orang itu, di mana sebagian besar berupa pil metamfetamin murah.
Masyarakat Bangladesh menyebut pil metamfetamin murah itu sebagai yaba, yang diambil dari bahasa Thailand, dan berarti "obat gila".
Mereka yang menyerah di hadapan Menteri Dalam Negeri setempat, Asaduzzaman Khan, di kota Teknaf di wilayah pesisir Cox Bazaar, adalah termasuk pedagang obat bius, pelaku perdagangan manusia, dan beberapa anggota mafia.
Mereka menyerahkan total 350.000 pil "yaba" berwarna merah muda beraroma vanila, serta puluhan senjata api ilegal.
"Saya mengarahkan hidup saya ke jalan yang salah. Saya menyesali aktivitas saya di masa lalu," kata Sirajul Islam, salah satu dari penyelundup narkoba yang menyerahkan diri.
Islam adalah penduduk Teknaf, sebuah kota pesisir tenggara Bangladesh yang berbatasan dengan Myanmar, di mana dikenal sebagai pusat penyelundupan dan perdagangan "yaba".
Advertisement