Liputan6.com, Jakarta - NASA sedang melaksanakan sebuah misi untuk menyelamatkan alam. Badan antariksa milik pemerintah Amerika Serikat ini menginginkan penduduk yang ada di dunia untuk berpartisipasi dalam kegiatan mereka.
Satelit ICESat-2 tengah memperkirakan ketinggian pohon dari angkasa luar dan NASA telah menciptakan perangkat baru untuk "ilmuwan warganet" agar bisa membantu lembaga tersebut dalam memeriksa pengukuran itu dari daratan.
Baca Juga
Alat yang diperlukan oleh orang-orang hanyalah sebuah ponsel pintar, sebuah pita pengukur opsional, dan sebuah pohon.
Advertisement
Diluncurkan pada September 2018, satelit ICESat-2 membawa instrumen yang disebut ATLAS, yang menembakkan 60.000 pulsa cahaya ke permukaan Bumi setiap detiknya ketika wahana tersebut mengorbit planet kita.
"Ini pada dasarnya adalah sebuah laser yang ditempatkan di angkasa luar," kata Tom Neumann, ilmuwan proyek untuk ICESat-2 di NASA Goddard Space Flight Center.
Dengan mengukur posisi satelit, sudut, dan lama sinar laser itu memantul kembali dari permukaan Bumi, para ilmuwan dapat mengukur ketinggian es di laut, es di darat, lautan, air di daratan, dan pepohonan.
Dengan demikian, para peneliti bisa memperkirakan kesehatan hutan yang masih hijau di seluruh pelosok negeri dan jumlah karbon dioksida yang dapat diserap oleh tanaman tersebut.
"Anda tidak bisa begitu saja menyuruh sekelompok anak sekolah di Pennsylvania agar pergi ke Antarktika, untuk mengukur ketinggian lapisan es di sana supaya Anda bisa mendapatkan kalibrasi," katanya, seperti dikutip dari The Verge, Kamis (18/4/2019).
NASA hanya meminta penduduk di seluruh negara untuk mengambil gambar dari pepohonan yang mereka temukan di mana pun mereka berada dengan menggunakan ponsel pintar dan mengunggah hasil jepretan ke aplikasi GLOBE Observer.
Setelah mengunduh aplikasi itu yang sudah tersedia di layanan Play Store, Anda dapat memilih berbagai alat dengan fungsi berbeda, seperti merekam pergerakan awan, habitat nyamuk, dan lanskap di sekitar Anda.
Sedangkan fitur baru untuk mengukur pohon bernama GLOBE Trees. Saat Anda pertama kali membukanya, akan ada panduan (tutorial) yang sungguh-sungguh menjabarkan cara pengukuran pohon, yang memungkinkan Anda melakukan triangulasi tentang ketinggian pohon.
Petunjuk tersebut mencakup kiat-kiat untuk, seperti, "memilih sebuah pohon", apakah itu bengkok dan mudah patah --sebab tidak bisa diukur nantinya.
Kriteria Pohon
Setelah Anda memilih pohon yang kuat dan tidak rusak, serta mengambil jarak sejauh sekitar 25 hingga 75 kaki dari pohon tersebut, Anda disarankan untuk memegang smartphone milik Anda tepat di hadapan wajah Anda dan mengarahkannya untuk mengukur dasar dan kemudian bagian atas pohon.
Begitu Anda selesai memfoto pohon dan menuliskan posisi Anda berdiri dengan pohon, maka aplikasi ini akan langsung mengeluarkan ketinggian pohon.
Akan tetapi, jika hasil tidak dapat ditampilkan di layar, ada kemungkinan bahwa pohon yang jadi objek Anda memiliki latar belakang cahaya matahari yang menyilaukan atau dikelilingi oleh pohon-pohon lain.
Bagian puncak pohon itu akan sulit dibedakan dari puncak pohon lain yang berada di sekitarnya. Ini bukan kondisi ideal untuk pengukuran pohon, menurut tutorial.
Sejak diluncurkan secara resmi pada akhir Maret, GLOBE Trees telah menerima sekitar 700 pengukuran dari sekitar 20 negara, menurut spesialis pohon senior dari NASA Earth Science, Brian Campbell, yang juga merupakan pemimpin Trees Science.
Data dari pengukuran tersebut berguna untuk tim ICESat-2, menurut Neumann. Jadi ketika orang-orang menggunakan aplikasi ini, dia berkata, "Semakin banyak yang memakai, maka semakin meriah pula penelitian kami."
Advertisement
NASA Minta Warga Dunia Kirim Gambar Langit
Sebelumnya pada tahun lalu, NASA pernah meminta semua orang yang ada di berbagai penjuru dunia untuk ikut serta dalam proyeknya.
Mereka disarankan untuk memotret langit dari tempat mereka tinggal. Setelahnya, kirimkan gambar tersebut kepada mereka melalui sebuah aplikasi.
Proyek sains ini diperlukan untuk memvalidasi data dari enam instrumen pengamatan Bumi di satelit yang berbeda. Instrumen tersebut merupakan bagian dari sebuah proyek yang disebut Clouds and the Earth’s Radiant Energy System (CERES).
Tujuan penyelenggaraan proyek ini yaitu untuk memahami peran awan dalam perubahan iklim global.
Terkadang, awan sulit dikenali dari ketinggiannya. Misalnya, awan tipis cirrus -- jenis awan yang paling umum ada di langit -- sulit dikenali apabila salju turun, menurut NASA. Itu sebabnya, pengamatan dari satelit harus dibandingkan dengan pengamatan dari Bumi. Demikian seperti laporan yang dikutip dari The Verge, Sabtu, 17 Maret 2018.
Jika Anda ingin berpartisipasi, cara termudah adalah dengan mengunduh aplikasi GLOBE Observer, yang memberi petunjuk untuk mengirimkan foto awan di kota tempat Anda tinggal.
Aplikasi tersebut akan menanyakan segala sesuatu tentang foto awan yang Anda unggah, mulai dari warna langit (biru tua sampai biru pucat) hingga jarak penglihatan (sangat jelas sampai sangat kabur), dan tentu saja, jenis awan yang Anda lihat.
Bagi Anda yang masih awam dengan jenis awan di langit, tak perlu khawatir. Pasalnya, aplikasi ini memiliki beberapa gambar awan yang bisa membantu Anda untuk mengidentifikasi.
Apabila Anda memotret awan itu saat satelit -- dengan instrumen CERES -- melayang di atasnya (Anda dapat memeriksanya di aplikasi), maka NASA akan mengirimkan hasil pengamatan luar angkasanya untuk dibandingkan dengan foto Anda.
Kapan Bisa Mulai Berpartisipasi?
NASA meluncurkan tantangannya pada hari itu juga, menjelang tibanya musim semi. Pada periode tersebut, awan muncul dalam jumlah banyak dan aktivitasnya dinilai cukup menarik.
Perubahan musim, dari musim dingin ke musim panas, biasanya disertai angin. Oleh sebab itu, NASA harus memeriksa kembali seluruh data -- paling tidak sebanyak dua kali -- dan mulai melakukan pengukuran pada awal tahun 2018.
Kesempatan Anda untuk berpartisipasi bersama NASA dimulai hari ini sampai tanggal 15 April 2018, dengan mengirimkan maksimal 10 foto awan per hari.