Bersitegang dengan Iran di Teluk Oman, AS Tambah 1.000 Tentara ke Timur Tengah

Militer AS disebut menaruh tambahan 1.000 lebih tentara ke Timur Tengah, guna menghindari ancaman Iran.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 18 Jun 2019, 11:24 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2019, 11:24 WIB
Tentara AS sedang melakukan latihan bersama dengan berbagai kelompok militer internasioal (AP?Mindaugas Kulbis)
Tentara AS sedang melakukan latihan bersama dengan berbagai kelompok militer internasioal (AP?Mindaugas Kulbis)

Liputan6.com, Washington DC - Pelaksana tugas menteri pertahanan Amerika Serikat (AS), Patrick Shanahan, mengumumkan pada hari Senin, pengerahan sekitar 1.000 tentara ke Timur Tengah sebagai "tujuan pertahanan" atas kekhawatiran tentang ancaman dari Iran.

"Saya telah memberi otorisasi kepada sekitar 1.000 tentara tambahan untuk tujuan defensif dalam mengatasi ancaman udara, laut, dan darat di Timur Tengah," kata kepala Pentagon Patrick Shanahan dalam sebuah pernyataan.

"Serangan Iran baru-baru ini, berdasarkan laporan intelijen yang andal dan kredibel, merupakan perilaku bermusuhan oleh Iran dan kelompok-kelompok proksi merek, yang mengancam personel dan kepentingan AS di seluruh kawasan," lanjutnya, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Selasa (18/6/2019).

"AS tidak mencari konflik dengan Iran," kata pernyataan terkait.

Ditambahkan bahwa penempatan tersebut bertujuan "untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan personel militer yang bekerja di seluruh kawasan, dan untuk melindungi kepentingan nasional AS".

Pengumuman itu datang hanya beberapa jam setelah militer AS merilis foto-foto baru, yang diklaimnya menunjukkan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) berada di belakang serangan terhadap salah satu dari dua kapal tanker di dekat Selat Hormuz.

"Iran bertanggung jawab atas serangan yang didasarkan pada bukti video dan sumber daya serta kecakapan yang dibutuhkan untuk dengan cepat menarik tambang limpet yang tidak meledak," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan yang menyertai gambar tersebut.

Video hitam putih itu dirilis pada pekan lalu, yang disebut menunjukkan orang-orang Iran menghapus tambang limpet terkait, tetapi belum memberikan penjelasan mengapa mereka diduga melakukannya ketika militer AS berada tidak jauh darinya.

Konfrontasi AS-Iran Meningkat Sejak Kamis Lalu

Bendera Iran (Atta Kenare / AFP PHOTO)
Bendera Iran (Atta Kenare / AFP PHOTO)

Kekhawatiran konfrontasi antara Iran dan AS telah meningkat sejak Kamis lalu, ketika dua kapal tanker minyak diserang.

Insiden itu menuai kecaman dari AS dan sekutu regionalnya, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).

Teheran menyangkal tuduhan itu sebagai "tidak berdasar".

Iran mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya akan segera melanggar batasan pada seberapa banyak uranium yang diperkaya yang dapat ditimbunnya berdasarkan kesepakatan nuklir.

Hal itu, menurut juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, sama dengan "pemerasan nuklir."

Konflik Diawali Keluarnya AS dari Kesekapatan Nuklir Iran

Kecam Kebijakan Trump, Anggota Parlemen Iran Bakar Bendera AS
Detik-detik anggota parlemen Iran membakar dua lembar kertas bergambar bendera AS, Teheran, Iran, Rabu (9/5). Donald Trump menarik AS dari kesepakatan Nuklir Iran dan akan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran. (AP Photo)

Ketegangan antara Teheran dan Washington telah meningkat sejak AS keluar dari kesepakatan nuklir Mei lalu, dengan Washington memperkuat kehadiran militernya di Timur Tengah.

Di bawah perjanjian itu, Iran berjanji untuk mengurangi kapasitas nuklirnya selama beberapa tahun, dan memungkinkan para pengawas internasional memantau kegiatannya dengan imbalan penghapusan sanksi internasional.

Kesepakatan itu menetapkan batas pada jumlah sentrifugal yang memperkaya uranium, dan membatasi haknya untuk memperkaya uranium hingga tidak lebih tinggi dari 3,67 persen, jauh di bawah tingkat kadar senjata sekitar 90 persen.

Selain itu, ketegangan juga meningkat setelah AS memasukkan Korps Garda Revolusi Iran ke daftar hitam, termasuk menyebutnya sebagai organisasi teroris.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak Iran untuk terus mematuhi kesepakatan 2015, dan bagi semua pihak untuk menahan diri dari langkah-langkah yang dapat meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya