Thomas Cook Tumbang, Ratusan Ribu Wisatawan Menanti Dipulangkan

Operator wisata Inggris Thomas Cook yang berusia 178 tahun runtuh pada Minggu malam (22/9/2019) waktu setempat. Ratusan ribu pelancong terlantar di bandar udara dan sekitarnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Sep 2019, 15:27 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2019, 15:27 WIB
Ilustrasi Bandara
Ilustrasi bandara. (iStock)

Liputan6.com, Inggris - Perusahaan maskapai dan travel Inggris Thomas Cook yang berusia 178 tahun bangkrut pada Minggu 22 September malam waktu setempat. Ratusan ribu pelancong terlantar di bandar udara dan sekitarnya.

Dalam sebuah pernyataan, perusahaan memberi keterangan terkait lumpuhnya perusahaan wisata Inggris tersebut. "Menyimpulkan bahwa mereka tidak punya pilihan selain mengambil langkah-langkah untuk masik ke dalam likuidasi wajib dengan segera," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan seperti dilansir cnn.com.

"Sebuah permohonan diajukan ke Pengadilan Tinggi untuk likuidasi wajib dari perusahaan sebelum membuka bisnis pada hari ini (23/9/2019)," kata perusahaan. 

"Serta, perintah telah diberikan untuk menunjuk Official Receiver sebagai likuidator perusahaan," tambah perusahaan dalam pernyataan yang diberikan.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyarankan pada hari Minggu sebelumnya ketika berbicara kepada BBC, pemerintah kemungkinan tidak akan menyelamatkan Thomas Cook. Ia menyebut para menteri tidak akan "secara sistematis melangkah" untuk menyelamatkan bisnis kecuali ada "kepentingan-kepentingan strategis nasional yang baik."

Raab mengatakan, bagaimanapun, pemerintah Inggris memiliki rencana untuk membawa pulang 160.000 pelancong Inggris yang mungkin terdampar akibat keruntuhan Thomas Cook. Saat ini ada 600.000 pelanggan yang sedang berlibur, termasuk 160.000 dari Inggris, konfirmasi Thomas Cook pada CNN

"Kami punya semua rencana darurat untuk memastikan tidak ada yang terlantar," kata Raab. 

"Saya tidak ingin membahas detailnya karena itu tergantung pada sifat orang-orang di luar sana, apakah mereka telah memesan paket atau hanya membayar untuk penerbangan,” tambah Dominic Raab.


Permohonan Maaf

Pesawat Thomas Cook
Dengan keputusan pilot itu, pesawat yang mengangkut 235 penumpang itu otomatis harus terbang lebih lama 20 menit dari seharusnya.

Kepala eksekutif Thomas Cook, Peter Fankhauser meminta maaf kepada pelanggan, karyawan, pemasok, serta mitra perusahaan.

"Ini menandai hari yang sangat menyedihkan bagi perusahaan yang memelopori liburan paket serta memungkinkan perjalanan bagi jutaan orang di seluruh dunia," ujar Peter Fankhauser.

Keruntuhan perusahaan Thomas Cook mempunyai efek riak bagi Asia. Saham perusahaan China, Fosun Tourism turun lebih dari 5 persen pada perdagangan pagi di Hong Kong.

Induk perusahaan Fosun Tourism, Fosun International adalah salah satu konglomerat terbesar di Tiongkok/China. Pendiri Klub Med. Billionaire, Guo Guangchang adalah pemangku kepentingan terbesar untuk perusahaan Thomas Cook, menurut Refinitiv.

"Perusahaan Fosun kecewa karena Thomas Cook Group belum dapat menemukan solusi yang layak,” ujar perusahaan Fosun dalam sebuah pernyataan. "Kami menyampaikan simpati terdalam kami kepada semua orang yang terpengaruh oleh hasil ini," tambah perusahaan.


Upaya Repatriasi

Ilustrasi baggage wrap
Layanan baggage wrap yang bisa dibeli dari aplikasi Traveloka akan memberikan keamanan ekstra saat terbang dengan pesawat. (foto: tallinn-airport.ee)

Otoritas Penerbangan Sipil Inggris mengatakan melalui cuitan di Twitter bahwa semua pemesanan Thomas Cook telah dibatalkan.

Langkah perusahaan Thomas Cook memicu repatriasi (pemulangan) masa damai terbesar yang pernah ada dalam sejarah Britania Raya. Melampaui operasi yang dilakukan pemerintah setelah runtuhnya Monarch Airlines di tahun 2017 lalu.

“Ada lebih dari 150 ribu pelanggan Thomas Cook di luar negeri, hampir dua kali lipat jumlah yang dipulangkan setelah kegagalan Monarch,” kata otoritas penerbangan dalam sebuah pernyataan.

Disebutkan pemerintah Britania Raya telah meminta meluncurkan program repatriasi. Program tersebut berlangsung dari 23 September hingga 6 Oktober 2019, dan diharapkan akan mengembalikan pelanggan Thomas Cook yang berada di berbagai wilayah kembali ke Inggris.

"Karena jumlah pelanggan Inggris yang belum pernah terjadi saat ini di luar negeri yang terpengaruh oleh situasi ini, Otoritas Penerbangan Sipil telah mengamankan armada pesawat dari seluruh dunia untuk membawa penumpang kembali ke Inggris dengan penerbangan kembali," kata pemerintah Britania Raya.

Otoritas Penerbangan Sipil negara Inggris juga mengonfirmasi kepada BBC, rencana repatriasi yang dijuluki Operasi Matterhorn. Rencana tersebut diperkirakan akan menelan biaya pemerintah Inggris sekitar 750 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar 10 triliun rupiah lebih. 

Beberapa pesawat sudah diterbangkan ke tujuan liburan sebagai bagian dari operasi ini sehingga wisatawan Inggris dapat dibawa pulang Senin jika Thomas Cook tumbang, menurut laporan BBC

Sementara itu, otortitas penerbangan juga telah meluncurkan laman situs bagi pelanggan untuk menemukan rincian mengenai penerbangan repatriasi.

“Pelanggan saat ini di luar negeri tidak boleh bepergian ke bandara sampai penerbangan mereka kembali ke Inggris telah dikonfirmasi di situs web khusus," katanya. 

Tergantung di mana para pelancong berada, penerbangan balik akan baik pada penerbangan yang dioperasikan oleh otoritas penerbangan atau oleh penerbangan yang ada dengan maskapai lain, menurut Thomas Cook.


Terbelenggu Hutang

Ilustrasi uang dolar
Ilustrasi (iStock)

Thomas Cook telah berjuang selama akhir pekan untuk menghindari keruntuhan setelah Royal Bank of Scotland dan sejumlah bank lain menuntut agar Thomas Cook Group PLC mencari 200 juta poundsterling atau 250 juta dolar Amerika Serikat untuk pendanaan pada minggu yang akan datang ini.

Sekretaris negara Inggris untuk transportasi, Grant Shapps mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemerintah dan CAA (Civil Aviation Authority) "bekerja sepanjang waktu" untuk membantu orang-orang yang terkena dampak keruntuhan.

"Perencanaan darurat kami telah membantu memeroleh pesawat dari seluruh dunia, beberapa dari jauh seperti Malaysia, dan kami telah menempatkan ratusan orang di pusat-pusat panggilan serta di bandara," kata sekretaris negara inggris untuk transportasi.

"Tapi tugasnya sangat besar, repatriasi masa damai terbesar dalam sejarah Inggris. Jadi, pasti ada masalah dan keterlambatan. Tolong cobalah untuk memahami dengan staf/pegawai yang berusaha membantu, yang mungkin merupakan waktu yang sangat sulit bagi mereka juga. "

Diketahui perkembangan terjadi setelah tahun yang penuh gejolak untuk Thomas Cook. Sejak Mei 2018, saham telah turun lebih dari 96% di tengah ketidakpastian Brexit dan persaingan yang ketat di sektor pariwisata.

Reporter: Hugo Dimas

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya