Demo Berdarah di Irak Berlanjut, 13 Pengunjuk Rasa Tewas

Pasukan keamanan Irak, pada Kamis 7 November 2019, menembak mati enam pemrotes di Baghdad dan menewaskan lima lainnya.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 08 Nov 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2019, 18:00 WIB
Gelombang Protes Merebak di Irak, Korban Tewas Berjatuhan
Pengunjuk rasa antipemerintah membakar sejumlah benda dan memblokir jalan saat menggelar protes di Baghdad, Irak, Rabu (2/10/2019). Aksi protes di seluruh Irak telah menewaskan sembilan orang dalam 24 jam. (AP Photo/Hadi Mizban)

Liputan6.com, Baghdad - Pasukan keamanan Irak, pada Kamis 7 November 2019, menembak mati enam pemrotes di Baghdad dan menewaskan lima lainnya selama aksi duduk di kota Basra, Irak selatan, kata polisi dan petugas medis.

Ini merupakan korban kematian terbaru dalam demo berdarah di Irak yang telah berlangsung selama beberapa pekan dan belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Sementara itu, 35 orang lainnya terlukan dalam bentrokan di dekat jembatan Shuhada di Baghdad, ketika demonstrasi massa berlanjut selama 13 hari berturut-turut dengan ribuan orang memadati pusat kota, demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (8/11/2019).

Para pengunjuk rasa berusaha menghancurkan barikade di dekat dua jembatan yang mengarah ke tepi barat Sungai Tigris dan menyediakan akses ke Green Zone (Zona Hijau), yang menampung kantor-kantor pemerintah dan kedutaan besar asing. Sekarang semua jembatan menuju Zona Hijau telah diblokir oleh pasukan keamanan.

Seorang pejabat keamanan mengatakan, bala bantuan ditambahkan ke pintu masuk menuju Zona Hijau.

Aparat menggunakan peluru tajam terhadap demonstran di Basra --ladang minyak utama Irak-- yang telah melakukan aksi duduk selama berhari-hari. Laporan sebelumnya mengatakan tujuh orang tewas di kota itu.

Di tempat lain di Irak selatan, puluhan pengunjuk rasa membakar ban dan memblokir pintu masuk ke pelabuhan Umm Qasr, mencegah truk-truk mengangkut impor makanan, hanya beberapa jam setelah operasi dilanjutkan, kata pejabat pelabuhan.

Pemerintah Irak telah gagal menemukan jalan keluar dari tantangan terbesar dan paling rumit terhadap pemerintahannya selama bertahun-tahun. Kerusuhan telah menghancurkan ketenangan relatif yang mengikuti kekalahan ISIS pada 2017.

Sementara itu, respons keras aparat terhadap pendemo yang tidak bersenjata telah menewaskan lebih dari 260 orang sejak kerusuhan pecah pada 1 Oktober karena kurangnya pekerjaan, layanan dan infrastruktur yang hancur akibat konflik, sanksi dan korupsi selama beberapa dekade.

Para pengunjuk rasa, yang kebanyakan adalah kaum muda yang menganggur, menyalahkan elite politik sebagai dalang kesusahan tersebut.

Simak video pilihan berikut:

Sekilas Demo Irak

Demonstrasi di Irak pada 28 Oktober 2019 (Nabil al-Jurani / AP PHOTO)
Demonstrasi di Irak pada 28 Oktober 2019 (Nabil al-Jurani / AP PHOTO)

Protes dimulai di Baghdad pada 1 Oktober. Sebagian besar dari mereka yang ambil bagian adalah kelompok pemuda dan pengangguran.

Setelah pasukan keamanan menggunakan amunisi langsung terhadap demonstran, kerusuhan meningkat dan menyebar ke kota-kota lain.

Penanganan pemerintah terhadap protes-protes itu pada awal Oktober memicu ketidakpuasan dengan pemerintah Irak yang dipimpin Syiah, yang dituduh melakukan korupsi dan memicu perpecahan sektarian.

Pemerintah mengatakan sedang melakukan reformasi tetapi tidak menawarkan apa pun yang mungkin memuaskan sebagian besar pemrotes.

Imbalan bagi kaum miskin, lebih banyak kesempatan kerja bagi lulusan, dan janji untuk menghukum segelintir pejabat korup telah terlambat bagi mereka yang menuntut perbaikan institusi negara, proses pemilihan yang cacat, dan sistem pemerintahan yang telah memicu korupsi endemik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya