Pertama dalam Sejarah, Israel Gelar Pemilu Tiga Kali Setahun

Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, Israel sudah menggelar pemilu sebanyak tiga kali. Hal ini pun merupakan yang pertama dalam sejarah.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 12 Des 2019, 13:02 WIB
Diterbitkan 12 Des 2019, 13:02 WIB
Ilustrasi Bendera Israel dan Yerusalem (AFP)
Ilustrasi Bendera Israel dan Yerusalem (AFP)

Liputan6.com, Yerusalem - Israel akan mengadakan pemilihan umum untuk ketiga kalinya dalam waktu kurang dari setahun -- periode sejak April 2019. Langkah itu dilakukan karena anggota parlemen gagal membentuk koalisi mayoritas hingga tenggat waktu yang telah ditentukan.

Laporan BBC, Kamis (12/12/2019) menyebut, anggota parlemen diperikirakan akan menetapkan tanggal pemilihan selanjutnya pada 2 Maret 2020. Pemilu ketiga dalam kurun waktu 12 bulan ini belum pernah terjadi dalam sejarah.

Menjelang tenggat waktu tengah malam (22.00 GMT), mereka memberikan persetujuan awal terhadap RUU untuk membubarkan parlemen.

Baik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan saingan utamanya, Benny Gantz, gagal dalam upaya mereka sendiri setelah pemilihan umum September yang tidak meyakinkan.

Kedua pemimpin juga tidak bisa menyetujui pengaturan pembagian kekuasaan.

Pada bulan September, persekutuan Gantz yang beranggotakan partai Blue and White memenangkan 33 kursi di 120 anggota Knesset, sementara partai sayap kanan Netanyahu, Likud mendapat 32 kursi.

Dengan tidak ada pihak yang mampu membangun koalisi yang dapat memerintah mayoritas dengan 61 kursi, Presiden Reuven Rivlin meminta mereka untuk membentuk pemerintah persatuan nasional.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Diperkirakan Hasil Tetap Seri

Bendera Israel
Bendera Israel berkibar di dekat Gerbang Jaffa di Kota Tua Yerusalem (20/3). Gerbang Jaffa adalah sebuah portal yang dibuat dari batu yang berada dalam deret tembok bersejarah Kota Lama Yerusalem. (AFP Photo/Thomas Coex)

Jajak-jajak pendapat terbaru menunjukkan, pemilu Maret 2020 mendatang kemungkinan akan membuahkan hasil serupa. Alasannya karena dukungan terhadap kedua partai itu masih tidak berubah.

Netanyahu dan Gantz saling menyalahkan tidak mampu mencari solusi. Salah satu kemungkinan yang sedang dibahas antar partai saat ini adalah membentuk koalisi dengan posisi PM yang bergilir.

Pada saat ini, Netanyahu yang sedang menghadapi tuduhan suap dan penipuan yang dibantahnya, masih terus memegang posisi penjabat perdana menteri.

Pemilu Ketiga Usai Gagal Capai Kesepakatan Bentuk Pemerintahan Koalisi

Ikuti Langkah AS, Guatemala Resmikan Kedubes di Yerusalem
PM Israel Benjamin Netanyahu memberi sambutan saat peresmian Kedubes Guatemala di Yerusalem, Rabu (16/5). Netanyahu menyebut peresmian tersebut adalah tepat karena Guatemala menjadi negara kedua yang mengakui Israel pada 1948. (Ronen Zvulun/Pool via AP)

Israel sedang dalam proses melangsungkan pemilu ke-3 dalam setahun karena para pemimpin dua partai terbesar di parlemen tak berhasil mencapai kesepakatan untuk membentuk pemerintahan koalisi.

Para anggota parlemen telah memberi persetujuan awal untuk mengambil langkah pembubaran, Rabu 11 Desember, dan diperkirakan akan merampungkan semua prosesnya melalui beberapa pemungutan suara lainnya pada hari yang sama. Jika berlangsung mulus, permilu ketiga akan dilangsungkan pada 2 Maret 2020.

Pemilu April dan pemilu September lalu berlangsung tanpa ada satupun partai berhasil meraih suara mayoritas.

Setelah kedua pemilu itu, Partai Likud – partainya Benjamin Netanyahu -- dan Partai Biru Putih yang dimotori mantan kepal staf militer Benny Gantz diberi kesempatan untuk membentuk koalisi namun gagal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya