Liputan6.com, Jakarta - Warga negara Indonesia (WNI) di kapal pesiar Diamond Princess kini tengah menanti evakuasi dari pemerintah. Salah satu opsinya melalui jalur laut.
Meski menyambut rencana evakuasi tersebut, seperti dikutip dari ABC Indonesia, Sabtu (22/2/2020), sejumlah WNI di Kapal Diamond Princess itu mengaku "kecewa", karena dinilai membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai daratan.
Baca Juga
Sejauh ini empat kru kapal pesiar Diamond Princess asal Indonesia telah dinyatakan terinfeksi Virus Corona dan Pemerintah Indonesia sudah merancang beberapa operasi evakuasi.
Advertisement
Evakuasi lewat laut rencananya dengan menggunakan kapal medis milik Angkatan Laut, KRI DR Soeharso, yang saat ini bersandar di dermaga Komando Armada Dua (Koarmada II) Surabaya, Jawa Timur.
Kamis 20 Februari 2020 malam, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan KSAL Laksamana TNI Siwi Sukma Adji telah menggelar rapat koordinasi, sekaligus mendengarkan pemaparan kesiapan KRI Dr Soeharso untuk mengevakuasi WNI di Kapal Diamond Princess.
Butuh 34 Hari untuk Evakuasi Lewat Laut
Dalam paparannya, disampaikan perkiraan perjalanan Surabaya ke Yokohama di Jepang melalui Davao (Filipina) akan memakan waktu 11 hari.
Setelah proses evakuasi, perjalanan dari Yokohama ke Surabaya melalui Ranai, Natuna, diprediksi sekitar 15 hari.
Total lama perjalanan termasuk waktu sandar di pelabuhan dan upaya evakuasi adalah 34 hari.
Selain melaporkan kesiapan KRI Dr Soeharso, pada rapat tersebut dijelaskan pula proses evakuasi akan melibatkan 153 awak kapal, termasuk personel petugas kesehatan.
Pilihan menggunakan KRI Dr Soeharso menjadi skenario pertama pemulangan kru kapal asal Indonesia dari kapal Diamond Princess, menyusul merebaknya Virus Corona di kapal pesiar tersebut awal Februari lalu.
Ingin Pulang Lebih Cepat
Meski menyambut baik pilihan evakuasi ke Indonesia, yang mulai lebih jelas dibanding hari-hari sebelumnya, perjalanan laut ini dipertanyakan oleh kru kapal asal Indonesia, seperti yang diakui oleh WNI Sasa.
"Kami memang upset karena mendengar di berita katanya mau dijemput dengan kapal medis, dan penjemputannya (dari Indonesia ke Jepang) itu lama, 14 hari. (Dengan jangka waktu selama itu), sama saja dengan kita dikarantina di sini dong. Jika sudah selesai dikarantina di sini, sebenarnya kita juga akan diberi free tiket pesawat dari perusahaan," kata Sasa, salah satu kru kapal pesiar asal Indonesia kepada Hellena Souisa dari ABC News.
"Bayangkan, kita di sini bakal dikarantina 14 hari, kalau misalnya bakal dijemput pakai kapal, berarti nanti (bertambah) 14 hari lagi," kata Sasa.
"Memang (dipulangkan dengan kapal) belum pasti juga sih, tapi (kami) hampir putus harapan untuk dipulangkan lebih awal."
Cek Kesehatan Masih Berlangsung
Sementara itu, pemeriksaan kesehatan terhadap awak kapal sudah mulai dilakukan secara bertahap sejak hari Kamis 20 Februari.
"Kemarin sore sebagian sudah mulai dicek kesehatannya. Saya baru dapat giliran siang ini," Sasa menjelaskan.
"Di tesnya di tenggorokan, seperti cotton bud yang besar, dimasukkan ke tenggorokan," jelasnya.
"Kemudian diambil air liur dan lendir di tenggorokan."
Meski begitu, ia tetap bekerja seperti biasa, dengan lebih dari 10 jam sehari, karena sebagian besar penumpang baru pulang pada Jumat 21 Februari.
"Sasa masih bekerja seperti biasa ... setelah ini, kembali lagi kerja."
Advertisement
Sudah Dikarantina, Masih Ada Virus
Sementara itu, dua penumpang asal Australia yang baru saja dipulangkan dari kapal Diamond Princess terkonfirmasi positif terjangkit Virus Corona setelah dites.
Warga Australia lainnya, Trevor Overton, yang juga baru dievakuasi dari kapal pesiar dan sedang dikarantina, mengaku tidak kaget mendengar kabar penumpang yang terinfeksi corona.
"Ketika kami berada di kapal, kami melihat banyak penumpang yang tidak mengikuti instruksi, misalnya, tidak mengenakan masker dan merokok. Sangat sulit untuk mengendalikan atau memantau 3.800 orang di atas kapal."
Meski status karantina di kapal pesiar diberlakukan dua minggu sejak 4 Februari lalu, jumlah orang yang didiagnosa Virus Corona bertambah.
Profesor Satoshi Hori dari Pengawasan Infeksi di Universitas Juntendo, Tokyo mengatakan adanya kasus-kasus baru tidak menandakan proses karantina telah gagal.
"Saya yakin tes hanya dilakukan bertahap, karenanya kasus-kasus baru dilaporkan," ujarnya.
Namun sebuah institut penyakit menular di Australia mempertanyakan alasan kapal pesiar ditutup dan penumpangnya dilarang berpergian.
"Akan lebih baik jika mereka turun dari kapal sejak awal dan dikarantina dengan diisolasi di lingkungan yang layak," Professor Ian Mackay.
ABC juga menemukan pihak otoritas kesehatan di Jepang saat itu tidak melakukan tes kepada semua orang di kapal pesiar.
Fasilitas pemerintah hanya dapat melakukan tes 300 sampel setiap harinya, sehingga akan sulit dengan total 3.600 orang yang berada di atas kapal.
Dua penumpang, berusia 80 tahun, meninggal akibat Virus Corona, seperti yang dilaporkan media Jepang NHK.
Badan Kesehatan Dunia, WHO, mengatakan lebih dari setengah kasus corona di luar China terjadi di kapal pesiar Diamond Princess.