Liputan6.com, Jakarta Mundurnya Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri Malaysia menciptakan kekacauan politik di negeri jiran. Sembilan sultan Malaysia pun dijadwalkan bertemu pada Jumat (28/2/2020), untuk menentukan bagaimana pemerintah berikutnya akan dibentuk.
Langkah Mahathir, yang mematahkan koalisi dengan saingan lama Anwar Ibrahim yang telah mengamankan kemenangan pemilihan mengejutkan dua tahun lalu, telah secara luas dianggap sebagai upaya untuk mengkonsolidasikan kekuatan pemimpin berusia 94 tahun itu.
Baca Juga
Mahathir, yang ditunjuk raja Malaysia sebagai perdana menteri segera setelah mengundurkan diri pada Senin 24Â Februari, mengatakan usai pertemuan lebih lanjut dengan raja bahwa parlemen akan mengadakan pemungutan suara yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk pemimpin baru pada Senin 2Â Maret.
Advertisement
Pengumuman itu membuat marah koalisi tiga partai yang dipimpin Anwar Ibrahim, yang berpendapat bahwa Mahathir tidak pantas untuk mendahului keputusan raja dan bahwa pemungutan suara di parlemen akan menantang kekuasaan raja.
Di bawah sistem politik Malaysia, raja biasanya akan menentukan partai atau koalisi mana yang mendapat mayoritas dukungan setelah perwakilan dari masing-masing. Partai atau koalisi yang menang kemudian akan memilih perdana menteri.
Pemungutan suara itu menandai perubahan sistem dengan memungkinkan semua anggota parlemen untuk memilih seorang pemimpin di seluruh garis partai. Pemungutan suara seperti itu akan sejalan dengan proposal Mahathir Mohamad untuk memimpin pemerintah persatuan yang akan menarik menteri dari partai mana pun yang dia suka.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:Â
Sesuatu yang Belum Pernah Terjadi
Pada Kamis 27Â Februari, Mahathir mengatakan pemilihan parlemen diperlukan karena raja telah melaporkan tidak ada partai yang memiliki mayoritas. Raja telah mengambil langkah pertemuan yang tidak biasa dengan semua 222 anggota parlemen, bukan hanya para pemimpin, untuk mengukur dukungan.
Jika tidak ada kandidat yang menerima dukungan mayoritas pada pemungutan suara pada Senin 2 Maret, menurut Mahathir akan ada pemilihan cepat.
"Saya pikir menarik bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah kita memiliki parlemen yang menentukan perdana menteri, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Tian Chua, mantan anggota parlemen dari partai Anwar Ibrahim, mengatakan, seperti dilansir Antara, Jumat (28/2/2020).
"Terlepas dari siapa yang terpilih, itu menunjukkan demokrasi kita semakin matang," kata dia.
Sembilan sultan, yang dipimpin oleh Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah, akan bertemu pada pukul 11.30 waktu setempat. Mereka berperan sebagai kepala turun-temurun dari masing-masing negara bagian Malaysia.
Istana tidak memberikan indikasi apakah mereka akan mengkonfirmasi rencana pemungutan suara parlemen pada Senin 2 Maret atau sebaliknya menguraikan proses lain. Tidak disebutkan kapan keputusan mereka diumumkan.
Advertisement
Janji Mahathir Serahkan Jabatan ke Anwar Ibrahim
Mahathir, yang adalah perdana menteri dari 1981 hingga 2003, muncul dari masa pensiunnya untuk membentuk koalisi Pakatan Harapan dengan Anwar Ibrahim dengan seruan anti-korupsi untuk mengalahkan partai UMNO dan aliansi Barisan Nasional yang dipimpin Najib Razak pada 2018.
Dukungan rakyat UMNO telah bangkit kembali dan dikatakan menginginkan pemilihan baru.
Pengunduran diri Mahathir juga membebaskannya dari janji untuk menyerahkan kendali kepada Anwar Ibrahim sebelum masa jabatannya berakhir pada 2023.
Tiga partai dalam aliansi Anwar Ibrahim memiliki bagian suara terbanyak dengan 92 kursi di parlemen, tetapi masih kekurangan mayoritas 112.
Pergolakan politik terjadi pada saat yang kritis bagi Malaysia. Mahathir mengumumkan paket stimulus ekonomi senilai US$ 4,7 miliar pada Kamis untuk melawan dampak epidemi Virus Corona pada ekonomi negara itu.