WHO Sebut Corona COVID-19 Sebagai Musuh Kemanusiaan

Setelah WHO menyebut Virus Corona sebagai musuh tak terlihat, kini pihaknya menyebutnya sebagai musuh kemanusiaan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 19 Mar 2020, 16:02 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2020, 16:02 WIB
Kepala WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus (AFP)
Kepala WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus (AFP)

Liputan6.com, Jenewa - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut Virus Corona COVID-19 sebagai "musuh terhadap kemanusiaan". Alasannya, karena jumlah orang yang terinfeksi pandemi itu melonjak hingga 200.000.

Kematian di seluruh dunia saat ini mencapai 8.000. Lebih banyak kematian sekarang tercatat di Eropa, pusat pandemi COVID-19, daripada di Asia sejak wabah pertama kali muncul di China pada Desember 2019.

"Virus Corona ini memberi kita ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Tedros dalam konferensi pers virtual, seperti dilansir Channel News Asia, Kamis (19/3/2020).

Dia menekankan perlunya negara-negara di mana saja, "bersatu melawan musuh bersama: musuh melawan kemanusiaan."

Hingga kini, Afrika Sub-Sahara hanya mencatat 233 kasus Vorus Corona COVID-19 dan empat kematian, menjadikannya wilayah yang paling tidak terpengaruh. Namun Tedros memperingatkan situasi bisa berubah dengan cepat.

"Di negara-negara lain, kita telah melihat bagaimana sebenarnya virus itu berakselerasi setelah titik kritis tertentu, jadi saran terbaik bagi Afrika adalah bersiap untuk yang terburuk, dan bersiaplah hari ini," katanya.

"Afrika harus bangun."

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Persiapan Lebih

WHO Umumkan Virus Corona Pandemi Global
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus (kanan) berbicara dalam konferensi pers di Jenewa, 11 Maret 2020. WHO menyatakan wabah COVID-19 dapat dikategorikan sebagai "pandemi" karena virus tersebut telah menyebar semakin luas ke seluruh dunia. (Xinhua/Chen Junxia)

Tedros mengatakan, WHO berbicara setiap hari dengan para pembuat keputusan di seluruh dunia "untuk membantu mereka mempersiapkan dan memprioritaskan."

"Jangan menganggap komunitasmu tidak akan terpengaruh. Bersiaplah seolah-olah itu akan terjadi," katanya.

WHO telah meminta setiap kasus yang dicurigai untuk diuji.

Di negara-negara di mana itu tidak mungkin karena melonjaknya jumlah infeksi, Tedros menegaskan, ada langkah-langkah untuk mengurangi beban pada sistem perawatan kesehatan dan membuat epidemi lebih "dikelola".

Dia mendesak negara-negara untuk memperkenalkan langkah-langkah jarak fisik, termasuk membatalkan acara olahraga, konser dan pertemuan besar lainnya, untuk memperlambat transmisi.

Tetapi Tedros menambahkan bahwa satu-satunya cara untuk menekan dan mengendalikan epidemi virus adalah bagi negara-negara untuk "mengisolasi, menguji, merawat, dan melacak."

Jika negara gagal melakukan itu, katanya, "rantai transmisi dapat berlanjut pada tingkat rendah, kemudian bangkit kembali setelah langkah-langkah social distancing dicabut."

Tedros memuji bahwa uji coba vaksin pertama telah dimulai hanya dua bulan setelah China berbagi urutan genetik virus, menyebutnya "sebuah pencapaian luar biasa."

Dia juga mengatakan WHO meluncurkan "uji solidaritas" dari lima perawatan yang diusulkan untuk virus di 10 negara untuk mencari tahu mana yang paling efektif.

Tapi peluncuran vaksin yang sebenarnya masih jauh.

Tedros meminta semua negara untuk menggunakan "pendekatan komprehensif, dengan tujuan memperlambat transmisi dan meratakan kurva.

"Pendekatan ini menyelamatkan hidup dan membeli waktu untuk pengembangan vaksin dan perawatan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya