Donald Trump Sebut Punya Bukti Bahwa Corona COVID-19 Berasal dari China

Donald Trump terus menyebut Virus Corona COVID-19 berasal dari sebuah institut virologi di Wuhan. Meski begitu ia tak menyebut buktinya.

diperbarui 02 Mei 2020, 09:03 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2020, 09:03 WIB
Presiden AS Donald Trump dalam briefing melawan Virus Corona (COVID-19) di Gedung Putih.
Presiden AS Donald Trump dalam briefing melawan Virus Corona (COVID-19) di Gedung Putih. Dok: Gedung Putih

Washington, D.C - Institut Virologi di Wuhan disebut Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjadi lokasi pertama penyebaran Virus Corona COVID-19.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump terus menyerang China dengan menyebut dirinya sudah melihat bukti.

Ia terus menyebut Virus Corona baru berasal dari sebuah institut virologi di Wuhan. Berikut laporan perkembangan Virus Corona di dunia dalam sepekan.

Seperti dikutip dari ABC Australia, Sabtu (2/5/2020), Presiden Donald Trump tidak menjelaskan bukti apa yang dia maksudkan saat mengatakan Virus Corona berasal dari sebuah laboratorium. Ia beralasan "tidak diizinkan" untuk menyampaikan bukti yang ia ketahui.

Presiden Trump menegaskan China sangat tidak kompeten dalam menghentikan Virus Corona sehingga keluar dari negaranya, "atau mereka malah membiarkannya keluar".

Sebelumnya, Kantor Direktur Intelijen Nasional AS mengeluarkan sebuah pernyataan jika intelijen AS sependapat dengan "konsensus ilmiah" bahwa Virus Corona "tidak dibuat atau dimodifikasi secara genetis".

Tapi kantor itu menambahkan intelijen AS akan "terus memeriksa secara teliti informasi yang muncul dan laporan intelijen untuk menentukan apakah wabah itu dimulai melalui kontak dengan hewan terinfeksi atau hasil dari kecelakaan laboratorium di Wuhan".

Kemarin, Presiden Trump mengklaim penanganan pandemi yang dilakukan China adalah bukti bahwa Beijing terus berusaha menggagalkan upaya Presiden Trump terpilih kembali pada November nanti.

Ratusan warga Amerika Serikat, termasuk milisi bersenjata, berkumpul di dalam Gedung Negara Bagian Michigan di Lansing untuk memprotes 'lockdown' di negara bagian tersebut.

Aksi dilakukan kelompok yang menamakan dirinya "American Patriot Rally", termasuk diantaranya para pendukung Donald Trump.

Para pengunjuk rasa diukur suhu tubuhnya oleh polisi ketika hendak memasuki gedung.

Di dalam gedung, mereka menyanyikan lagu kebangsaan dan meneriakkan slogan "mari kita bekerja".

Ini merupakan aksi protes terbesar di Michigan sejak 15 April lalu, ketika para pendukung menggelar aksi 'Operasi Gridlick' yang melibatkan ribuan warga, hingga memacetkan jalan-jalan di Lansing.

Unjuk rasa ini sebagai bentuk protes terhadap aturan tinggal di rumah, yang telah diperpanjang hingga 15 Mei mendatang di Michigan.

 

Simak video pilihan berikut:

Pasien Corona COVID-19 di Michigan

Presiden AS Donald Trump bersama Dr. Anthony Fauci dan Dr. Deborah Birx yang menjadi penasihat Gedung Putih melawan Virus Corona (COVID-19)
Presiden AS Donald Trump bersama Dr. Anthony Fauci dan Dr. Deborah Birx yang menjadi penasihat Gedung Putih melawan Virus Corona (COVID-19). Dok: Gedung Putih

Gubernur Gretchen Whitmer menyatakan langkah ini perlu dilakukan karena Michigan memiliki banyak pasien akibat COVID-19, yang sejauh ini sudah 3.789 orang yang meninggal.

Masih di AS, 30 juta warganya menganggur dalam enam minggu terakhir. Sebanyak 3,8 juta orang yang kehilangan pekerjaan telah mengajukan permintaan tunjangan.

Beberapa ekonom memperkirakan tingkat pengangguran AS di bulan April bisa mencapai 20 persen. Angka ini belum pernah terlihat sejak depresi tahun 1930-an, ketika tingkat pengangguran mencapai 25 persen.

Perekonomian AS diperkirakan mengalami penurunan sebesar 40 persen pada kuartal April - Juni.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya