Italia Akhiri Lockdown Terpanjang di Eropa Akibat Virus Corona COVID-19

Italia telah mencabut aturan lockdown atau karantina terpanjang di Eropa pada Senin 4 Mei akibat Virus Corona COVID-19..

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Mei 2020, 07:31 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2020, 07:31 WIB
Roma yang Bak Kota Hantu
Foto udara pagi pada 30 Maret 2020, jalan utama Piazza Venezia dan Via del Corso yang sepi selama penerapan penutupan nasional atau lockdown di Roma. Roma menjelma bak kota mati pasca pemerintah Italia memberlakukan aturan lockdown untuk mencegah penyebaran virus corona. (Elio CASTORIA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Italia telah mencabut aturan lockdown atau karantina terpanjang di Eropa pada Senin 4 Mei. Sebanyak 4,5 juta warga Italia pun kembali bekerja setelah dua bulan berada di rumah untuk mencegah penyebaran Virus Corona COVID-19.

Dengungan mobil, bus, dan sepeda motor menunjukkan peningkatan perjalanan, tetapi lalu lintas masih terasa lebih lengang dibandingkan masa sebelum Virus Corona jenis baru menyerang pada Februari 2020.

Pemerintah telah memerintahkan pencabutan aturan secara bertahap dengan memberi lampu hijau kepada pabrik-pabrik untuk mulai kembali berproduksi.

Selain itu, pemerintah telah membolehkan taman-taman dibuka kembali, sehingga memberi anak-anak kesempatan untuk berlarian, sementara kerabat dan keluarga dapat saling bertemu kembali.

Namun, untuk mencegah bangkitnya pandemi Virus Corona COVID-19, warga tetap diharuskan menjaga jarak dan sebagian besar toko masih tutup hingga 18 Mei. Restoran dan bar hanya dapat melayani pesan antar, sedangkan sekolah, bioskop, dan teater akan tetap tutup sampai waktu yang belum ditentukan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Antara Senang dan Cemas

Kasus Kematian Akibat Virus Corona COVID-19 di Italia
Pekerja membersihkan permukaan jalan di Piazza del Duomo, Milan, 31 Maret 2020. Pandemi COVID-19 terus menyebar di Italia pada Selasa (31/3), menambah total jumlah terinfeksi, kematian dan pulih menjadi 105.792, menurut data terbaru Departemen Perlindungan Sipil Italia. (Xinhua/Daniele Mascolo)

Gianluca Martucci adalah salah satu dari sedikit orang yang bisa kembali bekerja sejak karantina nasional diberlakukan di Italia pada 12 Maret lalu.

"Sangat senang untuk kembali (bekerja), tetapi dunia telah benar-benar berubah," kata dia.

Perusahaan tempat dia bekerja biasanya menyelenggarakan pernikahan dan acara perusahaan, tetapi acara-acara itu sudah lama dibatalkan dan perusahaan menyesuaikan diri dengan menawarkan katering untuk dibawa pulang.

Meskipun senang bisa kembali berkecimpung dalam bisnis, Martucci cemas bahwa penularan virus mungkin akan terjadi lagi karena semakin banyak orang yang berbaur.

"Pemerintah sejauh ini sangat bijaksana, tetapi saya khawatir kita memulai terlalu dini. Saya tidak tahu apakah negara ini bisa selamat dari gelombang kedua (penyebaran Virus Corona)," ujar dia, seperti kutip dari Antara, Selasa (5/5/2020).

 

Gelombang Kedua COVID-19

Banner Infografis Cara China hingga Vietnam Tangani Virus Corona. (Liputan6.com/Abdillah)
Banner Infografis Cara China hingga Vietnam Tangani Virus Corona. (Liputan6.com/Abdillah)

Dengan hampir 29.000 kematian akibat COVID-19 sejak 21 Februari, Italia memiliki jumlah korban tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Selain itu, perhitungan kematian dan infeksi baru setiap hari telah melambat dari yang diperkirakan pemerintah dan mendorong Perdana Menteri Giuseppe Conte untuk mengadopsi pendekatan perlahan-perlahan untuk mengakhiri masa karantina, yang akan terus disesuaikan tergantung pada tren penularan.

"Kami masih dalam pergolakan penuh melawan pandemi," kata Conte dalam sebuah wawancara dengan surat kabar La Stampa pada Minggu (3/5), menekankan apa yang disebut "fase 2" dari karantina "tidak harus dilihat sebagai sinyal bahwa kita semua bebas".

Pelonggaran karantina telah dirusak oleh kurangnya kejelasan tentang apa tepatnya kegiatan yang diizinkan, dan bahkan rumah siapa saja yang dapat dikunjungi.

Kebingungan kemudian diperburuk oleh pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah selama akhir pekan, yang dengan cepat menjadi sasaran kecaman dan cemoohan yang meluas di media sosial.

Pedoman itu menjabarkan bahwa kunjungan bahkan ke kerabat jauh akan diizinkan, termasuk untuk menemui anak-anak sepupu, atau sepupu pasangan, serta kunjungan ke siapa pun yang memiliki "ikatan kasih sayang yang stabil".

Namun pedoman itu tidak menjelaskan apakah persahabatan dianggap sebagai ikatan kasih sayang yang stabil, sampai pesan yang seharusnya tidak dilaporkan ke media dari kantor perdana menteri menjelaskan bahwa kunjungan ke teman masih tidak diizinkan.

Conte mengatakan bahwa "fase 2" akan mencakup lebih banyak pengujian untuk melihat siapa yang terinfeksi virus, dengan 5 juta alat tes dikirim ke daerah dalam dua bulan ke depan.

Selain itu, mulai minggu ini sekitar 150.000 tes darah akan dilakukan untuk mengetahui berapa banyak orang Italia yang telah mengembangkan antibodi terhadap virus tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya