Belum Usai Diuji, 5,7 Miliar Dosis Calon Vaksin COVID-19 Telah Dipesan Seluruh Dunia

Setidaknya 5,7 miliar dosis vaksin Virus Corona COVID-19 telah dipesan di seluruh dunia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 12 Agu 2020, 15:35 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2020, 15:35 WIB
FOTO: Rusia Daftarkan Vaksin COVID-19 Pertama di Dunia
Seorang peneliti bekerja di laboratorium Institut Penelitian Ilmiah Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya, Moskow, Rusia, 6 Agustus 2020. Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin pada 11 Agustus 2020, negaranya telah mendaftarkan vaksin COVID-19 pertama di dunia. (Xinhua/RDIF)

Liputan6.com, Jakarta- Sebanyak 5,7 miliar dosis vaksin Virus Corona COVID-19 telah dipesan di seluruh dunia. Hal itu terjadi, meskipun vaksin yang sedang dikembangkan belum terbukti keefektifannya karena masih dalam tahap uji klinis.

Dikutip dari AFP, Rabu (12/8/2020), AS sering kali mengambil alih untuk pengiriman pertama vaksin Virus Corona COVID-19 yang dibuat oleh Western Laboratories Inc.

Sedangkan lima vaksin - di tiga negara barat dan dua di China - sedang dalam uji klinis Fase 3 yang melibatkan ribuan orang.

Pada 11 Agustus, Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pengumuman mengejutkannya yaitu mengklaim bahwa vaksin yang dijuluki "Sputnik V", yang diambil dari nama satelit Soviet, telah memberikan "kekebalan berkelanjutan" terhadap Virus Corona COVID-19.

Para produsen telah menerima pembiayaan untuk membantu mereka mempersiapkan jutaan dosis yang siap diberikan pada 2021 atau bahkan sebelum akhir tahun, saat laboratorium penelitian di seluruh dunia berlomba untuk mengembangkan vaksin.

Adapun pengembangan vaksin di Universitas Oxford, yang bekerja sama dengan grup farmasi Swedia-Inggris AstraZeneca, berharap mendapatkan hasil pada bulan September.

Sementara perusahaan biotek AS Moderna, yang bermitra dengan Institut Kesehatan Nasional AS (NIH), menargetkan vaksin Virus Corona COVID-19 pada akhir tahun ini, yang kemungkinan di bulan November.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

Pemesanan di AS Hingga Brasil

Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)

"Operation Warp Speed" telah diluncurkan oleh Presiden AS Donald Trump, dalam upaya untuk mengembangkan, memproduksi, dan mendistribusikan vaksin Virus Corona COVID-19 ke semua warga Amerika pada Januari 2021.

Tidak tanggung-tanggung, ratusan juta dolar AS juga telah diarahkan ke pengembang vaksin, termasuk hampir US$500 juta kepada perusahaan Johnson & Johnson pada akhir Maret.

Dibanding negara-negara lain, Negeri Paman Sam tersebut telah mengalokasikan dana ke lebih banyak perusahaan, dengan harapan salah satu dari mereka akan menghasilkan vaksin untuk melawan Virus Corona COVID-19.

Selain itu, Washington sejauh ini juga telah membagikan setidaknya US$ 9,4 miliar kepada tujuh pengembang vaksin dan menandatangani kontrak manufaktur dengan lima di antaranya untuk menyediakan 700 juta dosis.

Deretan perusahaan yang terlibat di antaranya adalah Johnson & Johnson, Moderna, Oxford/AztraZeneca, Novavax, Pfizer/BioNTech, Sanofi/GSK, Merck Sharp dan Dohme.

Sementara di Eropa, untuk menyediakan gabungan 700 juta dosis vaksin, dua pengembang vaksin yaitu Oxford/AztraZeneca dan Sanofi/GSK telah menandatangani atau sedang dalam negosiasi lanjutan dengan Komisi Eropa.

Sedangkan di Inggris, karena Brexit, negara tersebut tengah menegosiasikan pra-pemesanan sebanyak 250 juta dosis vaksin terpisah dari empat pengembang.

Adapun Negeri Sakura (Jepang), yang mengandalkan 490 juta dosis dari tiga pemasok termasuk 250 juta dari Novavax di Amerika Serikat.

Perusahaan farmasi Jepang Takeda dilaporkan membeli hak atas vaksin Novavax untuk Jepang, yang mendanai penelitian tersebut, dan bakal diproduksi secara lokal.

Model serupa dipilih oleh Brasil, dengan memesan 100 juta dosis dari AstraZeneca, dan bekerja sama dengan Sinovac China untuk memproduksi 120 "CoronaVac", yang sudah menjalani pengujian dengan orang-orang Brasil.

Pemesanan 1 Miliar Dosis Sputnik V dari 20 Negara

FOTO: Rusia Daftarkan Vaksin COVID-19 Pertama di Dunia
Seorang peneliti bekerja di laboratorium Institut Penelitian Ilmiah Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya, Moskow, Rusia, 6 Agustus 2020. Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin pada 11 Agustus 2020, negaranya telah mendaftarkan vaksin COVID-19 pertama di dunia. (Xinhua/RDIF)

Uji klinis dari dua kandidat vaksin China, yaitu Sinovac dan Sinopharm, sedang berjalan dengan baik. Namun, hanya ada beberapa kemitraan internasional yang diumumkan, satu dengan Brasil dan satu kemungkinan dengan Indonesia.

Rusia mengatakan bahwa 20 negara telah memesan satu miliar dosis Sputnik V di muka. Selain itu, dengan adanya mitra asing, akan dapat memproduksi 500 juta dosis setahun di lima negara.

Sementara organisasi The Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), yang diluncurkan pada tahun 2017 oleh Norwegia, India, Bill and Melinda Gates Foundation dan Wellcome Trust, berupaya memastikan adanya "akses yang adil"dari vaksin di masa depan.

Dalam kemitraan dengan The Vaccine Alliance (Gavi), CEPI telah memesan 300 juta dosis dari AstraZeneca untuk puluhan negara berkembang.

Selain itu, Institut Serum India (SII), yang merupakan produsen vaksin terbesar di dunia, juga akan memproduksi miliaran dosis vaksin untuk Asia dan wilayah-wilayah lain.

Untuk memproduksi satu miliar dosis, Novavax dan AstraZeneca secara terpisah telah menandatangani perjanjian dengan SII, yang masing-masing akan diberikan kepada India dan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan syarat kemampuan untuk membuktikan kemanjurannya dalam uji klinis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya