Perusahaan Asal Mozambik Akui Amonium Nitrat di Beirut Miliknya Tak Pernah Tiba

Sebuah perusahaan asal Mozambik mengakui bahwa amonium nitrat yang meledak di Beirut merupakan miliknya.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 14 Agu 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2020, 11:00 WIB
Kondisi di Beirut Lebanon Setelah Ledakan Dahsyat
Setelah ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020). Kepala Keamanan Umum Lebanon Abbas Ibrahim menyatakan ledakan tersebut berasal dari 2.700 ton amonium nitrat yang telah ditimbun selama enam tahun di gudang pelabuhan. (AP Photo/Hassan Ammar)

Liputan6.com, Beirut - Pemilik asli amonium nitrat yang ditinggalkan di pelabuhan Beirut telah mengatakan bahwa amonium nitrat tersebut telah dibeli untuk digunakan dalam penambangan. 

Fábrica de Explosivos Moçambique (FEM), sebuah perusahaan manufaktur bahan peledak Mozambik, mengatakan bahwa merekalah yang awalnya memesan amonium nitrat yang ditinggalkan di pelabuhan Beirut selama hampir tujuh tahun. Pesanan amonium nitrat tersebut dimaksudkan untuk pembuatan bahan peledak untuk perusahaan pertambangan di Mozambik, kata juru bicara itu. 

"Kami dapat mengkonfirmasi bahwa ya, kami memang memesannya," kata juru bicara FEM, seperti melansir laman CNN, Jumat (14/8/2020).

Namun, pesanan amonium nitrat tersebut tidak pernah sampai ke Mozambik, kata sumber itu, dan malah disimpan dalam kontainer di pelabuhan Beirut selama lebih dari enam tahun sebelum meledak pada awal pekan ini. 

Ledakan dahsyat itu mengakibatkan kerusakan luas di ibu kota Lebanon dan menewaskan ratusan orang. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Satu-Satunya Pesanan yang Tak Pernah Tiba

Kerusakan Akibat Ledakan Besar di Beirut Lebanon
Orang-orang dekat mobil-mobil yang hancur setelah di pelabuhan Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020). Ledakan yang diduga dari gudang berisi 2.750 ton amonium nitrat meratakan hampir seluruh bangunan di sekitar Pelabuhan dan menyebabkan bangunan luluh lantak. (JOSEPH EID / AFP)

Pihak FEM mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya pengiriman bahan kimia yang dipesan oleh perusahaan Mozambik tersebut yang tidak pernah tiba.

"Ini tidak umum. Ini sama sekali tidak umum," kata juru bicara itu.

"Biasanya, ketika Anda memesan apa pun yang Anda beli, tidak umum Anda tidak mendapatkan barangnya. Ini adalah kapal, tidak seperti barang yang hilang melalui pos, itu kuantitas besar."

Juru bicara tersebut telah bekerja di perusahaan sejak 2008 dan mengatakan tidak ada pengiriman amonium nitrat serupa yang hilang sejak saat itu.

Pengiriman amonium nitrat pada September 2013 dimulai di Georgia, tempat senyawa kimia tersebut diproduksi.

Itu diangkut dengan kapal Rusia, Rhosus, yang berlabuh di Beirut, tempat senyawa kimia itu disimpan selama lebih dari enam tahun.

Pengiriman itu tidak pernah sampai ke Mozambik, kata sumber itu.

FEM telah bekerja dengan perusahaan perdagangan luar untuk memfasilitasi pemindahan senyawa kimia dari Georgia ke Mozambik. Tetapi beberapa bulan setelah amonium nitrat meninggalkan Georgia, juru bicara tersebut mengatakan bahwa perusahaan perdagangan tersebut mengatakan kepada FEM bahwa mereka tidak akan tiba.

"Kami baru saja diberitahu oleh perusahaan perdagangan tersebut: ada masalah dengan kapal, pesanan Anda tidak akan terkirim," kata juru bicara itu.

"Jadi, kami tidak pernah membayarnya, karena kami tidak pernah menerimanya."


Beli Barang Baru

Pandangan Udara dari Pelabuhan Beirut Usai Ledakan
Gambar drone menunjukkan asap dari tempat ledakan yang mengguncang pelabuhan Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020). Ledakan terjadi di area pelabuhan, di tempat penyimpanan bahan peledak, amonium nitrat. (AP Photo/Hussein Malla)

Pihaknya menambahkan bahwa FEM kemudian membeli pesanan amonium nitrat lagi untuk menggantikan yang hilang dan yang sudah dikirim.

Juru bicara mengatakan mereka telah merencanakan untuk membayar "jumlah yang signifikan" untuk bahan kimia tersebut pada pesanan pertama tetapi pembayaran tidak pernah dilakukan.

Sementara perusahaan mengetahui bahwa kapal tersebut telah ditahan di Beirut dan kemudian disita oleh pejabat Lebanon, juru bicara tersebut bersikeras "itu benar-benar di luar kendali kami."

Juru bicara mengatakan bahwa rekan-rekan di perusahaan sangat "terkejut" mengetahui berapa lama bahan kimia telah disimpan di pelabuhan karena "itu bukan bahan yang ingin Anda simpan tanpa menggunakannya."

Ia juga menambahkan, "ini adalah bahan yang sangat serius dan Anda perlu mengangkutnya dengan standar transportasi yang sangat ketat."

Sumber itu menambahkan, "Ini adalah bahan yang berbahaya, ini adalah pengoksidasi yang sangat kuat dan digunakan untuk menghasilkan bahan peledak. Tapi tidak seperti bubuk mesiu yang Anda nyalakan saja dan itu akan langsung meledak seperti kembang api. Ini jauh lebih stabil."

 


Kuantitas Terbilang Kecil

Kondisi di Beirut Lebanon Setelah Ledakan Dahsyat
Setelah ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020). Kepala Keamanan Umum Lebanon Abbas Ibrahim menyatakan ledakan tersebut berasal dari 2.700 ton amonium nitrat yang telah ditimbun selama enam tahun di gudang pelabuhan. (AP Photo/Hassan Ammar)

Walaupun kuantitasnya besar, hingga mencapai 2.750 metrik ton, namun angka tersebut juga bisa dikatakan kecil dibandingkan dengan pengiriman komersial amonium nitrat lainnya, kata juru bicara FEM.

"Jumlah itu - jauh lebih sedikit dari yang kami gunakan dalam konsumsi sebulan," kata sumber itu. Ia menambahkan, "Ada beberapa negara di dunia dengan konsumsi tahunan lebih dari 1 juta ton. Ini baru 2,7 ribu (ton)."

Juru bicara tersebut mengungkapkan bahwa perusahaan Mozambik hanya mengetahui keterlibatan mereka dalam berita tersebut dari laporan berita pada hari Rabu yang berbicara tentang tujuan di Mozambik.

"Pada hari Rabu ada beberapa berita yang mengatakan bahwa kargo itu pada awalnya ditujukan ke Mozambik. Jadi, ketika itu terjadi, kami tahu itu mungkin untuk kami," kata juru bicara itu.

"Ini benar-benar besar dan menghancurkan untuk melihat semua itu (peristiwa di Beirut). Dan dengan kesedihan yang besar kami melihat itu," tambah mereka.

"Dan sayangnya, kami melihat nama kami dilampirkan, meskipun kami sama sekali tidak memiliki bagian di dalamnya."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya