Liputan6.com, Amerika Serikat - Dalam tindakan eksekutif yang kontroversial, Presiden Gerald Ford menyatakan telah melakukan pengampunan tanpa syarat pada pendahulunya Richard M. Nixon pada 8 September 1974, atas segala kejahatan yang telah dilakukannya selama masa jabatannya terutama kasus Watergate.
Pernyataan ini diakui Ford di hadapan Komite Kehakiman DPR sebagai tanda akhir dari perpecahan nasional yang diciptakan skandal Watergate.
Baca Juga
Skandal Watergate mencuat setelah terungkap bahwa Richard Nixon dan para anggotanya telah terlibat dalam kegiatan ilegal selama kampanye dan berusaha menutupi bukti tersebut. Dengan proses pendakwaan yang sedang berlangsung terhadapnya di Kongres, Nixon akhirnya tunduk pada tekanan publik dan menjadi presiden Amerika pertama yang mengundurkan diri.
Advertisement
Pada 9 Agustus siang, Nixon secara resmi mengakhiri masa jabatannya, dan langsung berangkat bersama keluarganya dengan helikopter dari halaman Gedung Putih. Beberapa menit kemudian, Sang Wakil Presiden Gerald R. Ford pun dilantik sebagai presiden ke-38 Amerika Serikat di Ruang Timur Gedung Putih.
Melansir history.com, Senin (7/9/2020), setelah mengambil sumpah jabatan, Presiden Ford berbicara kepada bangsanya dalam sebuah pidato televisi, menyatakan, "Teman-teman Amerika, mimpi buruk nasional yang panjang telah berakhir."
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Presiden AS Pertama Melalui Pengangkatan
Delapan bulan sebelumnya, Ford, presiden pertama yang menjabat melalui pengangkatan, juga menggantikan Spiro Agnew sebagai wakil presiden melalui pengangkatan. Dalam skandal politik yang terlepas dari kesalahan pemerintahan Nixon dalam urusan Watergate, Agnew dipaksa untuk mengundurkan diri dengan tuduhan melakukan penggelapan pajak penghasilan dan korupsi politik.
Tepat satu bulan setelah Nixon mengumumkan pengunduran dirinya, Ford pun langsung mengeluarkan pengampunan "penuh, tak bersyarat dan absolut" kepada mantan presiden itu atas kejahatan yang dilakukannya selama menjabat. Keputusan pengampunan itu sempat menerima protes besar-besaran pada saat itu, namun Ford tetap melakukannya.Â
Â
Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul
Advertisement