Cara Demonstran Thailand Berkoordinasi Saat Unjuk Rasa: Pakai Bahasa Isyarat

Para demonstran di Thailand memiliki bahasa isyarat tersendiri yang dimaksudkan untuk mempermudah komunikasi antara satu sama lain.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 20 Okt 2020, 12:30 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2020, 12:30 WIB
Demonstran pro-demokrasi menunjukkan penghormatan tiga jari selama protes anti-pemerintah, di Victory Monument di Bangkok, Thailand, Minggu, 18 Oktober 2020.
Demonstran pro-demokrasi menunjukkan penghormatan tiga jari selama protes anti-pemerintah, di Victory Monument di Bangkok, Thailand, Minggu, 18 Oktober 2020. (Foto AP / Sakchai Lalit)

Liputan6.com, Bangkok - Jari menunjuk di atas kepala artinya perlu payung; tangan di atas kepala artinya butuh helm; tangan disilangkan di dada mengartikan persediaan cukup di sini.

Para pengunjuk rasa Thailand mempelajari bahasa isyarat baru yang dikembangkan dalam beberapa hari terakhir untuk berkoordinasi di antara kerumunan ribuan orang dalam demonstrasi.

Unjuk rasa ini pun kian membesar karena melanggar larangan pemerintah dan meskipun banyak pemimpin protes telah ditangkap. Demikian seperti mengutip laman Channel News Asia, Selasa (20/10/2020). 

"Setiap orang telah membantu satu sama lain," kata Riam, 19 tahun, yang seperti kebanyakan pengunjuk rasa hanya akan memberikan satu nama. "Awalnya, kami harus mencari tahu apa yang dikatakan orang, tapi dengan gerakan, itu cukup mudah ditebak."

Beberapa kata dalam kosakata isyarat tangan Thailand sama dengan yang digunakan oleh pengunjuk rasa di Hong Kong. Beberapa dibuat sendiri dan sekarang telah digunakan secara umum.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Tuntutan Unjuk Rasa

Demonstran pro-demokrasi memegang poster para pemimpin protes yang telah ditangkap, saat protes anti-pemerintah di Victory Monument di Bangkok, Thailand, Minggu, 18 Oktober 2020.
Demonstran pro-demokrasi memegang poster para pemimpin protes yang telah ditangkap, saat protes anti-pemerintah di Victory Monument di Bangkok, Thailand, Minggu, 18 Oktober 2020. (Foto AP / Sakchai Lalit)

Protes yang telah berlangsung selama tiga bulan di Thailand berusaha menjatuhkan Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha, mantan pemimpin militer, dan mengekang kekuasaan monarki Raja Maha Vajiralongkorn.

Mereka mendapatkan momentum tambahan pada minggu lalu dengan tindakan keras pemerintah yang menyebabkan penangkapan beberapa pemimpin protes terkenal dan melihat polisi menggunakan meriam air untuk pertama kalinya pada hari Jumat.

Juru bicara polisi Kissana Phathanacharoen mencatat bahwa situasi protes "sangat dinamis" dan orang harus memahami bahwa kehadiran mereka di sana ilegal.

Sejak Jumat, polisi belum mencoba membubarkan protes, tetapi pengunjuk rasa tidak mau mengambil risiko.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya