Dukung Prancis Terkait Kartun Nabi, Uni Eropa Serang Balik Presiden Turki Erdogan

Uni Eropa mendukung Prancis yang memegang prinsip kebebasan berpendapat.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 27 Okt 2020, 14:31 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2020, 14:15 WIB
Kecam Pemenggalan Guru, Ribuan Warga Prancis Demo
Orang-orang berkumpul di alun-alun Republique, satu dengan poter bertuliskan "Saya Samuel" untuk demonstrasi di Paris (18/10/2020). Samuel Paty dipenggal pada hari Jumat di Conflans-Sainte-Honorine oleh seorang pengungsi Chechnya. (AP Photo/Michel Euler)

Liputan6.com, Brusel - Uni Eropa kompak mendukung Prancis yang memilih memegang prinsip kebebasan berpendapat. Isu tersebut disorot setelah seorang guru bernama Samuel Paty dibunuh teroris di tengah jalan akibat membahas kartun Nabi Muhammad SAW di kelas. 

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam tindakan itu sebagai "aksi teroris Islam". Ia lantas berkata negaranya menolak ujaran kebencian, tetapi tetap mendukung kebebasan berpendapat. 

"Kami tidak akan menyerah selamanya. Kami menghargai perbedaan dalam spirit perdamaian. Kami tidak menerima ujaran kebencian dan membela debat bernalar. Kami akan selalu berada dalam sisi martaban manusia dan nilai-nilai universal," ujar Presiden Prancis.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak argumen Macron dan meminta agar kesehatan mental Macron diperiksa. Selain itu, Erdogan menuntut agar produk Prancis diboikot. 

"Jangan memuji barang-barang berlabel Prancis, jangan membelinya," ujarnya seperti dilansir Hurriyet Daily News, Selasa (27/10/2020).

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Uni Eropa Dukung Prancis

Kecam Pemenggalan Guru, Ribuan Warga Prancis Demo
Seorang demonstran memegang bendera Prancis dengan slogan "Freedom of Speech" selama demonstrasi di Paris (18/10/2020). Pembunuh Samuel merupakan pria kelahiran Moskow berusia 18 tahun yang ditembak mati oleh polisi. (AP Photo/Michel Euler)

Negara-negara Uni Eropa kompak mendukung Prancis. Mereka juga mengkritik hinaan Presiden Erdogan kepada Macron.

"Kami berdiri di sisi Prancis setelah terjadinya serangan teroris yang membunuh Samuel Paty," ujar Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen via Twitter. 

High Representative of the EU for Foreign Affairs and Security Policy, Joseph Borrell Fontelles, turut menyesalkan ucapan Presiden Erdogan. Ia pun mengingatkan Turki bakal makin terisolasi jika tidak berdiplomasi secara positif.  

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas juga menyebut ucapan Erdogan tak bisa diterima. Jerman berkata akan terus mendukung Prancis melawan aliran Islam yang ekstremis.

Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte berkata ucapan Presiden Erdogan tidak membantu situasi. 

"Hinaan personal tidak membantu agenda positif yang ingin Uni Eropa bangun dengan Turki," ujar Conte seperti dikutip Politico. "Solidaritas penuh dengan Presiden Emmanuel Macron."

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte juga mengatakan bahwa Belanda "berdiri teguh dengan Prancis dan untuk nilai-nilai kolektif Uni Eropa."

Isu Antara Prancis dan Turki

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (AP/Yasin Bulbul)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (AP/Yasin Bulbul)

Seruan boikot Erdogan datang setelah ketegangan yang berlangsung selama berbulan-bulan meningkat antara Prancis dan Turki.

Meskipun kedua negara adalah anggota NATO, mereka mendukung pihak yang berbeda dalam konflik yang sedang berlangsung antara Armenia dan Azerbaijan serta dalam perang saudara Libya.

Macron juga bentrok dengan Erdogan terkait eksplorasi minyak dan gas Turki di perairan yang disengketakan di Mediterania timur. 

Prancis mengerahkan jet dan fregat ke wilayah itu pada Agustus di tengah ketegangan. Dan pada bulan Januari, Macron menuduh presiden Turki melanggar janjinya untuk tidak terlibat dalam konflik di Libya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya