Liputan6.com, London - Polisi Inggris, pada 21 Desember 2001, menyerbu sebuah kapal kargo di Selat Inggris setelah info intelijen yang menduga adanya ancaman teroris. Cabang Anti-Teroris Kepolisian Metropolitan, dalam operasi keamanan gabungan dengan Angkatan Laut kerajaan dan Bea Cukai, menyerbu untuk menyelidiki kapal MV Nisha.
Kapal setinggi 500 kaki itu dimiliki oleh Great Eastern Shipping Company (GESC) yang berbasis di Bombay dan dicegat di perairan internasional lepas pantai Sussex sekitar pukul 08.00 GMT, demikian seperti dikutip dari BBC On This Day
MV Nisha berlayar dari Mauritius. Tetapi, muncul laporan bahwa ia sempat berhenti di Djibouti, di sebelah Somalia, yang telah dikaitkan dengan jaringan teror al-Qaeda Osama bin Laden.
Advertisement
Baca Juga
Kapal itu kemudian menuju kilang gula Tate & Lyle di Silvertown, London timur, Inggris di mana dijadwalkan tiba keesokan harinya.
Pencarian awal tidak mengungkap apa-apa kecuali adanya jadwal lepas jangkar kedua di Sandown Bay dari Isle of Wight dan itu bisa berlangsung beberapa hari.
Ketua GESC Sudhir Muliji mengatakan bahwa kapal singgah di Djibouti untuk menurunkan biji-bijian Amerika sebagai bagian dari pengiriman bantuan makanan.
Dia mengatakan kapal kemudian pergi ke Mauritius untuk mengambil gula dan mengangkutnya ke Inggris.
"Dia sedang melakukan pelayaran yang cukup standar tetapi kemudian kami diberitahu ada semua tempat ini yang seharusnya terkait dengan al-Qaeda," katanya.
"Jelas, pasti ada beberapa informasi yang masuk ke Scotland Yard dan mereka memutuskan untuk memastikan bahwa tidak ada yang buruk di kapal, yang saya pikir kita harus sangat berterima kasih," jelasnya saat itu.
Simak video pilihan berikut:
Pasca-9/11
Direktur komunikasi perusahaan Tate & Lyle, Chris Fox, mengatakan perusahaan bekerja sama sepenuhnya dengan polisi.
Kapal AL Inggris, HMS Sutherland terlibat dalam operasi itu, kata Kementerian Pertahanan.
MV Nisha digeledah selama lima hari tetapi diberi semua-jelas ketika petugas mengatakan mereka puas kapal itu tidak menimbulkan bahaya bagi publik. Tapi Mulji mengatakan perusahaannya sedang mempertimbangkan tindakan hukum terhadap polisi Inggris untuk penundaan.
Dia mengatakan kapal itu milik perusahaan Inggris, disewa di Inggris dan broker semua orang Inggris dan bahwa "itu hanya pertanyaan untuk bertanya kepada seseorang".
Scotland Yard menolak untuk mengomentari ucapannya.
Tetapi kepala operasi spesialis Scotland Yard, asisten komisaris David Veness, mengatakan petugas akan tetap waspada, dan tidak akan ragu untuk mengambil tindakan serupa di masa depan jika ada potensi risiko kepada publik.
Peristiwa ini hanya terjadi beberapa bulan setelah teror mengenaskan 11 September 2001 di Amerika Serikat --menjadi pukulan penyadar bagi banyak negara-negara tentang pentingnya kewaspadaan dini terhadap potensi tindakan terorisme.
Advertisement